Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
GENERASI YANG DINANTI-NANTI
12 April 2018 13:37 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Gamal Albinsaid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“You can tell the condition of a nation by looking a the status of its youth”
ADVERTISEMENT
1. Wajah Baru Gerakan Pemuda Indonesia
Gambar 1 Peran pemuda Indonesia dalam perjalanan bangsa
Pemuda selalu menjadi tulang punggung yang mengawal Indonesia dari waktu ke waktu. Pemuda memiliki saham besar dalam melahirkan bangsa Indonesia melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, kemudian mengawal lahirnya Negara Indonesia melalui peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945, mengakhiri Orde Lama melalui gerakan mahasiswa 1966 yang menuntut Tri Tura, dan melahirkan reformasi pada 1998 setelah menduduki gedung DPR/MPR. Itu adalah tinta emas perjalanan sejarah pemuda yang menjadi aktor utama dalam berbagai momentum mulai zaman penjajahan hingga era reformasi. Kita pemuda Indonesia harus mewarisi semangat itu untuk melanjutkan kontribusi peran kita dalam mengawal bangsa, bukan sekedar untuk membuktikan eksistensi, namun memahami bahwa ini semua adalah tanggung jawab moral dan beban historikal kita sebagai pemuda Indonesia. Ini tugas kita. Bung Karno pernah berpesan “Jangan mewarisi abu Sumpah Pemuda, tapi warisilah api Sumpah Pemuda. Kalau sekadar mewarisi abu, saudara-saudara akan puas dengan Indonesia yang sekarang sudah satu bahasa, satu bangsa, dan satu tanah air. Tapi ini bukan tujuan akhir”. Pesan Bung Karno bahwa “ini bukan tujuan akhir” harus kita maknai bahwa ini semua adalah lembaran awal dalam perjalanan bangsa kita dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Lalu apa cita – cita luhur kemerdekaan kita itu? Menyebarkan kesejehteraan di Bumi Indonesia. Pesan yang mendalam itu sudah seharusnya menghentakkan kita semua bahwa tidak sepatutnya kita sekedar berbangga atau berpuas diri atas semua karya pemuda-pemudi pendahulu kita, tapi kita harus mampu menciptakan momentum baru yang mampu menjadi lompatan besar dalam melesatkan peradaban Indonesia melalui kerja – kerja kolektif untuk mewujudkan cita-cita kita berbangsa dan bernegara.
ADVERTISEMENT
Sembilan puluh tahun berlalu semenjak Sumpah Pemuda, pemuda-pemudi Indonesia kini mengalami titik transformasi yang harus mampu menunjukkan maturitas gerakan melalui peran-peran konstruktif dalam menyelesaikan pelbagai permasalahan bangsa. Kita tidak perlu lagi menjadi aktor dalam mengakhiri dan memulai sebuah era atau rezim, tapi lebih jauh lagi kita harus menjadi aktor utama dalam melahirkan sebuah karya – karya gemilang yang mampu membawa peradaban kita lebih maju hingga sejajar dengan bangsa – bangsa lain. Diantara berbagai pesimisme akibat pergaulan ramaja yang jauh dari moralitas, lunturnya budaya di kalangan pemuda, dan ketidakpedulian sosial politik, ada pemuda-pemudi kita yang bergerak cepat, nyata, dan massive dalam membangun sebuah ide, gagasan, pemikiran yang kemudian melahirkan pegerakan sosial dan memberikan sumbangsih nyata yang konstruktif dan solutif dalam pembangunan bangsa.
ADVERTISEMENT
Jika dahulu di Sumpah Pemuda ada Mohammad Yamin dari Sawah Lunto Sumatera Barat dan Katjasungkana dari Madura, hari ini kita memiliki Andreas Senjaya dengan inovasi iGrow, Panji Aziz dengan gerakan Isbanban, Nur Agis Aulia dengan gerakan Jawara Banten Farm, Alfatih Timur dengan inovasi kitabisa.com, Adamas Belva dengan inovasi ruangguru.com, Nadiem Makarim dengan inovasi Go-jek, Ahmad Zaki dengan inovasi Bukalapak, dan banyak pemuda lain yang membangun optimisme bangsa, serta menunjukkan wajah baru peran pemuda Indonesia. Di era milenial yang penuh tantangan ini, sebagian dari mereka mampu mengelola potensi modernisasi teknologi dalam berbagai sektor untuk mengoptimalkan peran pemuda secara siginfikan hingga mampu menjadi titik akupuntur yang mengobati pelbagai permasalahan bangsa.
Jika dahulu gerakan pemuda diidentikkan dengan melakukan kajian dan diskusi yang dilanjutkan dengan turun ke jalan untuk berdemo, kini gerakan pemuda harus dan telah mulai bertransformasi dalam kesadaran akan permasalahan bangsa dan dilanjutkan dengan melakukan kerja-kerja nyata untuk menyelesaikan pelbagai masalah yang ada. Mereka menunjukkan sebuah karakter yang berjiwa ksatria dengan mengambil tanggung jawab sosial, membangun masyarakat melalui peningkatan kesejahteraan, dan menghadirkan solusi-solusi yang inovatif, tajam, dan menghentakkan kita semua. Pemuda-pemuda ini memiliki 2 sikap utama, pertama kritis terhadap permasalahan yang ada dan bertindak nyata untuk menyelesaikannya. Mereka tidak hanya berhenti dengan belajar mengenal masalah atau menyuarakan masalah, tapi mereka juga mampu membangun kesadaran pribadi atas masalah yang ada, menghimpun sumber daya untuk kemudian melakukan kerja-kerja kongkret, dan berkelahi melawan masalah itu. Mereka bekerja dalam sunyi untuk mengisi kekosongan-kekosongan yang selama ini tidak mampu dicapai oleh pendahulu – pendahulu kita. Mereka mengembalikan kittah kemerdekaan Indonesia dalam hakikat yang sebenarnya, yaitu memperjuangkan kesejahteraan.
ADVERTISEMENT
Seperti itu pula pesan Sang Eyang Habibie, “Hanya anak muda sendirilah yang bisa diandalkan untuk membangun Indonesia, tidak mungkin kita mengharapkan dari bangsa lain”. Kita pemuda Indonesia tidak dalam posisi memberikan kritik untuk bangsa Indonesia, pemuda dari bangsa lain boleh mengkritik bangsa Indonesia, tapi tidak dengan kita pemuda Indonesia, karena kita adalah bagian dari Indonesia. Bukan tugas kita memberikan kritik, tugas kita adalah menghadirkan solusi. Sepanjang sejarah Indonesia, pemuda Indonesia memainkan peran penting dalam membawa perubahan politik, sosial, dan ekonomi, dan mendorong negara maju ke depan. Setelah 1928, 1945, 1966, 1998, tahun berapakah momentum sejarah selanjutnya akan terjadi?
2. Momentum Akseleratif Pemuda Indonesia
Gambar 2 Perkembangan Youth Development Index Indonesia
ADVERTISEMENT
Mari sejenak melihat posisi perkembangan Pemuda Indonesia dalam persaingan dunia. Pada tahun 2016, skor Youth Development Index (YDI) kita sebesar 0,527 yang menempatkan kita pada urutan 139. Peringkat tersebut merupakan hasil beberapa indikator, termasuk diantaranya health and well being kita dengan skor 0,699 di urutan 96 dan education kita dengan skor 0,683 di urutan 115. Youth Development Index kita sesungguhnya meningkat 14% dalam 5 tahun terakir. Namun sayangnya, kita mengalami penurunan pada health and well being akibat penggunaan obat-obatan terlarang dan penyakit HIV.
Gambar 3 Darurat Narkoba di Indonesia
Tidak salah jika sekarang kita dalam kondisi darurat narkoba dan itu termasuk extra ordinary crime, bayangkan di tahun 2016 sekitar 5,8 juta orang Indonesia adalah pengguna narkoba, 33 orang meninggal per hari akibat dampak penyalagunaan narkoba, dan 60% atau sekitar 27.000 penghuni lapas adalah terkait kejahatan narkoba. Pada indikator pendidikan, kita mengalami peningkatan signifikan pada sekolah menengah. Satu hal yang cukup menarik dan membanggakan adalah kita mengalami peningkatan pada partisipasi masyarakat dalam kerelawanan (volunteerism) yang meningkat lebih dari 2 kali lipat dalam 5 tahun terakhir hingga menjadi 32%.
Gambar 4 Penetrasi teknologi digital di Indonesia
ADVERTISEMENT
Penetrasi dunia digital juga mengubah kehidupan kita. Data dari Hootsuite dan We are Social pada Januari 2018 menyatakan bahwa dari 265,4 juta penduduk Indonesia yang 56% berada di kota-kota besar, sebesar 132,7 juta penduduk Indonesia atau sekitar 50% adalah pengguna internet, dan 130 juta diantaranya aktif di media sosial. Bayangkan selama 1 tahun terakhir sejak Januari 2017, pengguna media sosial di Indonesia meningkat sebesar 23% dengan penambahan 24 juta pengguna. Pengguna mobile phone sudah mencapai 91% dan pengguna smart phone semakin menggeliat hingga mencapai angka 60%. Pertanyaannya kemudian, berapa jam yang dihabiskan penduduk Indonesia untuk menggunakan internet dan media sosial setiap hari? Bayangkan 8 jam 51 menit dihabiskan masyarakat Indonesia untuk mengakses internet dan 3 jam 23 menit untuk menggunakan media sosial. Youtube, facebook, whatsapp, instagram, dan line menjadi 5 media sosial yang paling banyak digunakan secara berurutan. Facebook kini digunakan oleh 130 juta penduduk Indonesia, sedangkan Instagram digunakan sebanyak 53 juta penduduk Indonesia. Oleh karena itu, penetrasi dunia digital ini bisa menjadi pisau bermata dua untuk pemuda-pemudi Indonesia, di satu sisi bisa mempercepat perkembangan kapasitas dan kompetensi, di sisi lain bisa mendestruksi karakter, peran, dan fungsi jika tidak dikelola dengan baik.
ADVERTISEMENT
Fenomena lain yang menjadi pembahasan di berbagai media, kalangan, dan forum adalah bonus demografi, dimana Indonesia akan mengalami peningkatan usia produktif. Bonus demografi ini akan mencapai puncaknya di tahun 2030, dimana 180 juta penduduk Indonesia berada dalam usia produktif dan berbanding dengan 85 juta penduduk usia non produktif. Pada momentum ini, dependency ratio kita menjadi 44%. Momentum ini adalah peluang, namun juga bisa menjadi ancaman jika tidak kita persiapkan dan optimalkan sebagai momentum percepatan. Siapa yang bertanggung jawab? Bukan pemerintah Indonesia, tapi kita semua, termasuk pemuda Indonesia.
Gambar 5 Bonus demografi di Indonesia
Tiga faktor utama yang harus menjadi perhatian dan persiapan kita bersama adalah meningkatkan kualitas pendidikan, meningkatkan kesehatan, dan meningkatkan lapangan kerja. Mengapa demikian? Kita butuh ketiga hal itu untuk memastikan hadirnya produktivitas di momentum ini. Tanpa kesehatan, produktivitas akan hilang, tanpa lapangan kerja produktivitas tak mampu disalurkan, tanpa pendidikan produktivitas akan tak berkualitas. Tingginya usia produktif yang tidak diikuti oleh produktivitas tak akan berarti. Di sisi lain, jika jumlah usia produktif tinggi, tapi tidak diikuti oleh produktivitas yang berkualitas juga tidak memiliki dampak yang signifikan.
ADVERTISEMENT
Tantangan pemuda dalam momentum bonus demografi yang harus kita sadari bersama adalah pemahaman bahwa rendahnya kualitas pendidikan dan tidak berimbangnya komposisi kemampuan dengan kebutuhan lapangan kerja akan berimplikasi pada tingginya pengangguran pada pemuda. Dengan kata lain, ketidakmampuan sistem pendidikan kita untuk mempersiapkan pemuda bersaing di pasar atau masuk ke lapangan kerja dan keterbatasan dari ketersediaan lapangan kerja akan menjadi 2 barrier besar yang menghambat kita lari cepat dalam momentum bonus demografi. Inilah ancaman kita dalam era bonus demografi.
Ketidaksiapan jumlah lapangan kerja dan rendahnya kualitas para pekerja akan memberikan banyak pengaruh sosial dan ekonomi yang muncul sebagai akibatnya, yaitu penurunan produktivitas dan rendahnya pendapatan yang pada fase selanjutnya akan meningkatkan kriminalitas dan konflik sebagai akibat ketidakadilan sosial. Jika tidak waspada, kita akan mengubah bonus demografi menjadi bencana demografi. Maka dari itu, upaya-upaya strategis dalam rangka pembukaan lapangan kerja pemuda secara massive dan peningkatan sistem pendidikan yang berorientasi pada penyiapan pemuda masuk ke dalam pasar dan dunia kerja adalah pekerjaan rumah besar yang harus kita selesaikan bersama-sama dalam menyambut bonus demografi. Proses integrasi dan penjembatanan antara edukasi dan pekerjaan adalah objek strategis yang harus segera kita tuntaskan.
ADVERTISEMENT
Lebih dari sekedar bonus demografi, hadirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah memberikan peluang sekaligus tantangan besar bagi pemuda kita saat ini dimana kapasitas intelektualitas dan kapabilitas kerja menjadi kunci keberhasilan. Jika kita punya daya saing dan kapasitas yang kuat, maka itu adalah peluang kita melebarkan sayap, memembsarkan pasar, dan meluaskan daya jangkau kita. Namun, jika pemuda Indonesia tidak diberikan iklim yang subur maka akan memberikan dampak berupa ketidakmampuan pemuda kita dalam persaingan MEA dan pada saat yang sama pemuda – pemuda kita akan kehilangan berbagai peluang di era MEA dan globalisasi ini.
Pemerintah perlu menjadikan pemuda sebagai prioritas dalam pembangunan untuk mendorong peningkatan kapasitas, karakter, kompetensi, dan menjadikan pemuda kita kompetitif. Karena kita pemuda Indonesia adalah masa depan Indonesia. Kita harus optimis dan percaya diri bahwa bonus demografi adalah peluang besar kita untuk mengejar ketertinggalan. Ini saatnya kita sprint. Ini adalah panen raya kita. Upaya mendorong wirausaha sosial dari kalangan pemuda juga merupakan strategi akumulatif dalam memberikan percepatan pertumbuhan ekonomi dan sosial bangsa. Kita harapkan pada akhirnya, peningkatan kapasitas pemuda ini akan memberikan kekuatan daya saing global melalui peningkatan Youth Development Index kita dan memampukan kita melakukan lompatan peradaban.
ADVERTISEMENT
Inilah momentum kita, era kita, saatnya kita mengejar ketertinggalan, menciptakan lompatan kesejahteraan untuk generasi setelah kita. Kita harus siapkan pendidikan, pastikan kesehatan, buka lapangan kerja, dan pacu daya saing pemuda kita. Ini adalah saatnya kita memanfaatkan bonus demografi, bersaing dalam MEA, dan menjadikan pemuda kita sebagai tonggak dalam percepatan pembangunan bangsa.
3. Generasi Wirausaha Sosial untuk Percepatan yang Akseleratif
Pertanyaan yang kemudian harus kita jawab bersama, bagaimana kita mampu menjadikan momentum percepatan ini sebagai upaya menciptakan lompatan besar? Kita butuh lebih dari pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja. Kita harus mampu menciptakan konvergensi gerakan yang menjadi titik akupuntur dalam mengobati berbagai masalah kita. Apa itu? Saya yakin wirausaha sosial muda jawabannya.
ADVERTISEMENT
Jika kita sudah bersepakat, bahwa wirausaha sosial adalah cara kita mencitpakan lompatan besar, kita harus bersama – sama ajak anak – anak kita dan pemuda – pemuda kita untuk menjasi seorang wirausaha sosial. Apa yang bisa mendorong mereka menjadi wirausaha sosial? Untuk menjawab pertanyaan itu, saya akan ajak Anda berselancar bagaimana wirausaha sosial membangun berbagai bangsa di Eropa dan apa yang menggerakkan pemuda-pemuda disana membangun berbagai wirausaha sosial yang berdampak besar bagi negaranya.
Gambar 6 Motivasi pemuda menjadi wirausaha sosial muda
Pada sebuah penelitian di Eropa, ketika ditanya “Apa alasan yang memotivasi mereka menjadi wirausahawan sosial muda?” jawabannya adalah 21% ingin melakukan sesuatu yang lebih baik, 18% menjadi bos untuk diri sendiri, 17% memenuhi kebutuhan, 17% ingin mengubah dunia, 12% mengambil peluang, 6% menghindari karir perusahaan, 3% tidak dapat melakukan hal lain yang lebih baik, 2% menjadi kaya, 4% alasan lainnya. Jawaban yang diberikan tersebut cukup menarik, karena hampir 1 dari 5 wirausaha sosial di eropa menyatakan peluang untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dengan memperbaiki layanan dan produk yang sudah ada. Yang cukup menarik, hanya 2% dari responden yang memiliki motivasi ingin menjadi kaya. Ini memberikan sebuah pesan bahwa orientasi finansial tidak lagi menggiurkan bagi mereka, tidak menjadi alasan yang berarti signifikan bagi mereka untuk menjadi wirausaha sosial muda. Penelitian diatas harus menjadi rujukan dan penyadaran kita dalam membangun kesadaran pemuda Indonesia untuk mau dan mampu basah kuyup berjuang menjadi wirausaha sosial muda Indonesia. Kita harus menularkan semangat dan mentalitas yang mendorong lahirnya wirausaha sosial yang berjiwa altruisme.
Gambar 7 Isu atau halangan utama pemuda menjadi wirausaha sosial
ADVERTISEMENT
Dalam perspektif lain, penelitian tersebut menganalisis “Apa isu atau halangan utama yang Anda hadapi atau telah dihadapi sebagai wirausaha sosial muda?” Jawaban mereka antara lain adalah keterbatasan sumber finansial 23%, kerangka kerja regulasi dan legal 12%, keterbatasan pengalaman bisnis 9%, keterbatasan tim 8%, keterbatasan laynanan pengembangan dan pendukuk bisnis 7%, menyeimbangkan profit atau tujuan sosial 7%, kesulitan mengakses pasar 7%, kesulitan mengkomunikasikan nilai 6%, keterbatasan kepercayaan diri 5%, usia 5%, kesulitan meningkatkan 4%, keterbatsan pelatihan dan penelitian 3%, dan keterpatasan kemampuan kepemimpinan 2%. Praktisi yang diwawancara menunjukkan bahwa kekurangan pembiayaan atau sumber pembiayaan mewakili penyebab utama pemuda dan menjadi halangan utama untuk mengembangkan wirausaha sosial baru atau memastikan pertumbuhannya. Oleh karena itu yang harus dilakukan pemerintah dalam mendukung perkembangan kewirausahaan sosial muda adalah menciptakan instrumen-instrumen pembiayaan yang memungkinkan untuk diakses para wirausahawan muda. Hal yang tidak kalah penting adalah memberikan pendampingan pengembangan non-financing yang berkelanjutan, antara lain manajemen organisasi, kepemimpinan, analisis keuangan, marketing dan branding, pengembangan bisnis, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Selama ini kita sudah menyadari bahwa jumlah wirausaha di kalangan pemuda Indonesia masih kurang, dimana hal tersebut berdampak pada pertumbuhan ekonomi bangsa. Sudah sering kita dengar bahwa kita butuh 2% wirausaha di Indonesia. Saya ingin katakan bahwa saat ini kita lebih membutuhkan wirausaha sosial daripada sekedar wirausaha. Merekalah sejatinya pondasi penting dalam mewujdukan keadilan sosial di masyarakat. Oleh karena itu, saya melihat menjadi penting dan mendesak untuk berbagai sektor dapat mengenal, memahami, dan memperhatikan wirausaha sosial, kemudian bersama-sama membentuk arus yang mampu melahirkan jutaan wirausaha sosial baru di Indonesia. Saya yakin, lahir dan tumbuh kembangnya wirasusaha sosial bisa menjadi strategi yang solutif untuk peningkatan produktivitas pemuda dan percepatan pertumbuhan bangsa. Hal ini dapat menyelesaikan isu ketidakadilan sosial dan kesenjangan ekonomi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Saya yakin, menuju tahun 2020 kita akan sampai sebuah momentum besar yang mungkin tidak terulang dalam 10 dekade ke depan. Momentum dimana pemuda melakukan gerakan kewirausahaan sosial secara massive, nyata, cepat yang berdampak besar. Kita harus jujur dan menyadari bahwa saat ini memang benar bahwa bangsa kita sedang mengalami ketertinggalan. Namun adanya bonus demografi, pertumbuhan teknologi informasi, dan menguatnya kesadaran pemuda untuk mengambil tanggung jawab sosial akan mampu mendorong kita melakukan sesuatu yang Pak Harto sebut sebagai “percepatan yang akseleratif”. Suatu saat bangsa ini akan menyadari bahwa kita adalah generasi yang dinanti-nanti.
Hari ini kita butuh pemuda-pemudi terbaik di tiap daerah hingga kilometer terjauh Indonesia untuk duduk bersama-sama, bukan untuk bicara tentang mereka, tapi bicara tentang masalah Indonesia dan bersama-sama berkelahi melawan masalah itu…
ADVERTISEMENT
Hari ini kita membutuhkan putra-putri terbaik bangsa untuk bersama-sama mengambil tanggung jawab perbaikan sosial untuk mewujudkan Indonesia mandiri dan berkeadilan…
Indonesia sedang memasuki era baru dimana nilai-nilai penghormatan bukan lagi diberikan kepada mereka yang punya kesejahteraan finansial, tapi kepada mereka yang punya ide, gagasan, dan kepedulian untuk bangsa…
Pemuda-pemudi Indonesia harus yakin dengan sepenuhnya, tidak peduli usia mereka, siapa pun yang punya ide dan gagasan mereka punya tempat untuk mengabdi di negeri ini…
Hari ini kita butuh pemuda-pemuda yang mampu mewujudkan Indonesia mandiri…