Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
SHARED VALUE ORIENTATION
28 Maret 2018 9:10 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Gamal Albinsaid tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh : dr. Gamal Albinsaid (CEO Indonesia Medika)
Michael Porter dan Mark Kramer dari Harvard Business School memperkenalkan shared value sekitar sepuluh tahun yang lalu sebagai salah satu prinsip manajemen. Mereka mengartikan shared value atau nilai bersama dengan “berfokus pada mengidentifikasi dan memperluas hubungan antara kemajuan masyarakat dan ekonomi”. Dalam hal ini, shared value dianggap adalah kosep ideal yang melibatkan penciptaan nilai ekonomi bersamaan dengan penciptaan nilai bagi masyarakat dengan memenuhi keburuhan dan mengatasi tantangannya. Michael Porter berpendapat bahwa kapitalisme telah mengkhianati janjinya untuk memberikan persamaan nilai melalui pengembalian ekonomi jangka pendek. Oleh karena itu, Porter mendesak perusahaan untuk berpikir tentang shared value, dimana ketika perusahaan menghasilkan nilai ekonomi juga berfikir menciptakan nilai sosial bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Menurut Michael Porter dan Mark Kramer, selama ini perusahaan kerap kali mendefinisikan nilai terlalu sempit hanya pada keuntungan jangka pendek, sehingga kerap kali mengorbankan sesuatu yang lebih luas dan memiliki pengaruh signifikan pada kinerja jangka panjang. Mereka bertanya, “Bagaiman lagi perusahaan dapat mengabaikan kesejahteraan pelanggan mereka, menipisnya sumber daya alama yang vital bagi bisnis mereka, keberlangsungan pemasok mereka, atau tekanan ekonomi masyarakat dimana mereka memproduksi dan menjual?” Logika yang harus kita gunakan adalah perusahaan berada dalam 1 kapal dengan masyarakat, jika kapal bocor dan tenggelam atau kehabisan bahan bakar, maka perusahaan akan berakhir bersama dengan tenggelamnya kapal
Dalam hal ini, shared value harus dipahami secara berbeda dengan Corporate Social Responsibility (CSR), dimana Corporate Social Responsibility (CSR) memenuhi kebutuhan sosial sebagai aktivitas tambahan dalam bisnis. Dengan demikian, Shared value telah menawarkan sebauh perubahan paradigm dan melahirkan sebuah konsep baru dari Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi Creating Shared Value (CSV). Konsep shared value ini akan menghubungkan kesuksesan perusahaan dengan keberhasilan masyarakat. Konsep shared value ini juga diyakini akan mampu mendorong lahirnya gelombang inovasi sosial yang baru, massive, dan menjadi titik temu atau titik perdamaian antara orientasi bisnis dengan orientasi sosial.
ADVERTISEMENT
Umair Haque juga berpendapat bahwa perusahaan di era industri menciptakan nilai yang sangat tipis. Nilai tipis ini bersifat palsu karena didapat dengan mengorbankan orang – orang, komunitas, dan atau masyarakat. Nilai tersebut juga tidak berkelanjutan, karena dibuat dengan mengorbankan manfaat di kemudian hari yang jauh lebih besar. Nilai yang tipis itu, dianggap tidak berarti karena gagal membuat kehidupan orang – orang , komunitas, dan masyarakat menjadi lebih baik dalam jangka panjang. Oleh karena itu, yang dibutuhkan dunia hari ini dan untuk masa depan adalah perusahaan yang mengejar tujuan sosial dan tujuan ekonomi bersama-sama.
Wirausaha sosial memposisikan shared value ini sebagai nilai utama dari aktivitas mereka. Dengan pola tersebut, wirausaha sosial akan menginvestasikan keuntungannya untuk memaksimalkan pencapaian misi sosial, baik di bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, ataupun lingkungan sesuai dengan core businessnya. Oleh karena itu, definisi wirausaha sosial bukan lagi pada konteks bentuk atau badan hukum dari sebuah perusahaan, tapi lebih kepada bagaimana perusahaan memprioritaskan manfaat untuk masyarakat dan dampak sosial dalam aktivitas mencapai laba. Sebagai contohnya, di Vancouver, sebuah perusahaan layanan kebersihan komersial yang bernama The Cleaning Solution, menyediakan pekerjaan bagi orang-orang dengan masalah kesehatan mental. Dalam konteks yang lebih sederhana, shared value ini dapat kita terjemahkan bahwa bisnis menerapkan shared value dalam memenuhi kebutuhan sosial di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Prinsip shared value ini dalam prakteknya akan menjadikan perusahaan memasukan masalah yang dihadapi masyarakat dan kebutuhan masyarakat dalam rantai bisnis mereka, sehingga memindahkan posisi perusahaan dari sekedar transaksi ekonomi bisnis, menjadi perusahaan yang berperan besar dalam membangun masyarakat.
Gambar 1 Shared Value
Seorang wirausaha sosial tentunya harus mampu menyeimbangkan sektor bisnis dan sektor sosial dalam perusahaan ataupun organisasi yang dikembangkannya. Pada tahap awal dalam pengembangan, wirausaha sosial harus mampu mengintegrasikan sektor bisnis dan sosial tersebut dalam visi, misi, dan nilai-nilai dari perusahaan atau organisasi tersebut.
Gambar 2 Semua Happy, Bisnis Terus Bergulir
Shared value ini dalam hemat saya, bukan hanya peran perusahaan mencipatakan nilai sosial di lingkungan eksternal perusahaan, tapi juga di lingkungan internal perusahaan yang meliputi owner, investor, pemimpin, dan karyawan. Pada tahap selanjutnya adalah mampu memahami kemauan dan conflict of interest dari 4 komponen utama yang terlibat dalam aktivitas atau proses bisnisnya, yaitu pemimpin atau pemilik, customer, staf, dan investor. Dalam menjalankan dan mengembangkan bisnis, kita harus memastikan bahwa 4 pihak utama dalam bisnis kita akan merasakan “happy” tatkala terlibat dalam pusaran bisnis kita. Jika semua senang, maka bisnis kita akan terus berjalan, bergulir, dan tumbuh, kemudian membesarkan mereka semua. Hal yang menjadi penting, wirausaha sosial tidak sekedar menterjemahkan customer dalam perspektif memberikan nilai ekonomi, tapi juga dalam konteks nilai sosial yang tidak terbatas pada customer yang terkait dengan proses bisnisnya.
ADVERTISEMENT