Dubes RI untuk Bangladesh Kenalkan Direksi Baru IBCCI

KBRI Dhaka
Ayo Ikuti kami !! Akun kumparan resmi dari Kedutaan Besar Republik Indonesia di Dhaka
Konten dari Pengguna
13 Maret 2019 15:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari KBRI Dhaka tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dubes RI Rina Soemarno (tengah) bersama Menteri Perdagangan Bangladesh dan Jajaran Direksi Baru IBCCI
Dhaka, 12 Maret 2019: Dubes RI untuk Bangladesh dan Nepal, Rina P. Soemarno, memperkenalkan jajaran Direksi baru Indonesia-Bangladesh Chamber of Commerce (IBCCI) pada Senin, 11 Maret 2019. Acara perkenalan tersebut dihadiri oleh Menteri Perdagangan Bangladesh, Tipu Munshi, Walikota Dhaka North City Cooperation, Atiqul Islam, serta Presiden Federation Bangladesh Chambers of Commerce and Industry (FBCCI), Md. Shafiul Islam. Pada kesempatan tersebut Dubes RI secara resmi memperkenalkan Direktur Pelaksana Intraco Group, M. Riyad Ali, sebagai Presiden dari IBCCI.
ADVERTISEMENT
Sejak dibentuk pertama kali pada tahun 2012, IBCCI memiliki peran penting dalam meningkatkan perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Bangladesh. IBCCI berperan sebagai wadah untuk membangun komunikasi dan konsultasi bagi organisasi, perusahaan, serta pelaku bisnis dari Bangladesh yang tertarik untuk melakukan hubungan dagang dengan Indonesia.
Dalam sambutannya, Dubes RI berharap agar di bawah direksi baru dan manajemen ini, IBCCI dapat memperluas serta mendiversifikasi keanggotannya agar dapat lebih mewakili dan mendukung kepentingan bisnis Bangladesh dan Indonesia. Selain Itu, IBCCI juga diharapkan mampu mempromosikan produk perdagangan dan peluang investasi baik di Bangladesh maupun di Indonesia, mengingat besarnya potensi perdagangan dan investasi kedua negara yang belum tereksplorasi. Indonesia dan Bangladesh adalah dua negara yang memiliki banyak kesamaan. Kedua negara masuk ke dalam daftar 8 negara dengan jumlah populasi terbesar di dunia dan memiliki kekuatan ekonomi yang signifikan di wilayah Asia dengan jumlah populasi gabungan sebanyak 420 juta jiwa. Indonesia adalah negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, dengan total GDP mencapai lebih dari USD 1 triliun. Dengan jumlah penduduk lebih dari 260 juta, Indonesia menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke-16 di dunia.
ADVERTISEMENT
Dubes RI menyampaikan potensi kerja sama Indonesia-Bangladesh dalam sambutannya
Di sisi lain, Bangladesh adalah negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke-3 di Asia Selatan. Pada tahun 2018, Bangladesh mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang fantastis yaitu sebesar 7.8%. Dengan demikian, Bangladesh menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia Selatan dan ke-3 diseluruh dunia. Indonesia dan Bangladesh memiliki potensi ekonomi dan perdagangan yang sangat menjanjikan.
Menurut Dubes RI, “Secara umum, perdagangan antara Indonesia dan Bangladesh mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahun. Pada tahun 2018, nilai perdagangan antara Indonesia dan Bangladesh mengalami kenaikan sebesar 18,5% dari tahun 2017 menjadi USD 1,98 miliar. Namun, angka tersebut belum optimal, mengingat masih banyaknya potensi kerja sama yang belum digarap”.
“Indonesia saat ini adalah mitra dagang terbesar ke-6 bagi Bangladesh. Masuknya Jajaran Direksi IBCCI yang baru diharapkan akan membuka peluang yang lebih luas bagi masuknya produk ekspor dan investasi Indonesia ke Bangladesh. Ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan perdagangan bilateral Bangladesh-Indonesia”, jelas Dubes Rina.
ADVERTISEMENT
Acara dihadiri lebih dari 100 tamu undangan termasuk Menteri Perdagangan Bangladesh, Dubes negara sahabat, dan para pengusaha
KBRI Dhaka berkomitmen untuk terus berupaya untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang perdagangan dan ekonomi dengan Bangladesh. Bangladesh merupakan target pasar non-tradisional yang memiliki potensi yang sangat besar. Kedua negara sedang dalam proses perundingan Preferential Tariff Agreements dengan tujuan utama memperkuat hubungan perdagangan melalui pengurangan atau penghapusan tarif dan non-tarif pada barang ekspor dan impor. Dengan demikian, diharapkan nantinya kesempatan untuk melakukan penetrasi pasar bagi kedua negara akan lebih luas.