Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menjaga Kesehatan Mental dengan Memahami dan Mengelola Keinginan
8 Desember 2022 11:46 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Indra Samudera Hatami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kesehatan mental adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan kita karena seperti kata pepatah:
ADVERTISEMENT
Artinya: Di dalam tubuh yang sehat ada jiwa yang sehat.
Jadi, tanpa mental yang sehat sulit sekali untuk memaksimalkan potensi yang kita miliki. Salah satu cara menjaga kesehatan mental adalah dengan cara mengelola stres, salah satu cara dalam mengelola stres adalah dengan mengelola keinginan. Mengapa mengelola keinginan dapat mengurangi stres sehingga dapat menjaga kesehatan mental?.
Buat anda yang membaca artikel ini mungkin sedang merasa tidak baik atau mungkin hanya ingin tahu saja tentang mengelola keinginan untuk menambah wawasan saja. Apapun alasannya tanpa kita sadari semua yang kita lakukan pasti ada keinginan dibalik itu semua, karena kita tidak akan pernah lepas dari keinginan. Maka, jika kita salah memahaminya keinginan akan menjadi sumber penderitaan dalam kehidupan.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan dari kita beranggapan bahwa saat keinginan tercapai kita akan merasa bahagia dan terbebas dari penderitaan. Oleh karena itu, untuk mencapai segala keinginan kita berusaha semaksimal mungkin untuk meraih keinginan tersebut dengan cara apapun dengan harapan bahwa setelah itu kita akan dapat hidup bahagia.
Jika kita berpikir demikan maka disitulah kekeliruannya sehingga kita tidak pernah bahagia dan terbebas dari tekanan kehidupan. Oleh karena itu, penting untuk kita mengetahui cara mengelola keinginan. Pertama yang kita harus lakukan adalah mengetahui hakikat keinginan.
Apa sebenarnya hakikat keinginan manusia?
Berikut adalah beberapa penjelasan tentang hakikat dari keinginan manusia dari beberapa filosof:
1. Keinginan manusia itu tidak pernah habis
Arthur schopenour mengatakan bahwa manusia memiliki keinginan yang tidak terbatas. Tanpa kita sadari hidup kita itu adalah rangkaian dari satu keinginan ke keinginan berikutnya. Jadi, setiap kita memiliki keinginan berarti hidup kita saat ini itu sedang menderita, mengapa?Karena ada sesuatu yang masih kurang di dalam diri kita dan kita berusaha untuk memenuhi keinginan itu untuk keluar dari penderitaan tadi. Jadi, jika kita salah dalam berkeinginan maka kita tidak akan pernah bisa menikmati kehidupan.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, kita sebagai jomblo ingin menikah, saat kita memiliki keinginan seperti ini maka, selama kita belum menikah kita akan berada dalam penderitaan sampai keinginan tersebut tercapai. Betul begitu bukan?
Lalu, apakah saat kita menikah berarti selesai?. Tidak bukan, kita akan punya keinginan baru, misalnya : punya rumah, anak, gaji yang besar dst. Maka perasaan yang sama akan terus terulang ada keinginan, menderita, keinginan baru, lalu menderita lagi sehingga kita tidak pernah bisa lepas dari tekanan kehidupan.
2. Keinginan manusia bersifat mulur dan mungkret
Seorang filsuf dari jawa Bernama Ki Ageng Suryomentaram mengatakan:
Mulur maksudnya adalah saat keinginan tercapai maka “menambah” dengan kata lain ada keinginan baru, sementara mungkret maksudnya adalah saat keinginan tidak tercapai maka kita "mengurang" maksudnya, agar keinginan kita tercapai maka kita akan mengurangi target awalnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, kita punya keinginan membeli sebuah barang katakanlah barang A jika barang tersebut berhasil kita beli apakah berarti kita puas? Tidak bukan, hal yang terjadi setelah itu adalah kita akan memiliki target lagi untuk membeli barang yang baru, Inilah yang dinamakan Mulur.
Jika barang A yang kita inginkan tidak dapat dibeli karena terlalu mahal misalnya maka kita akan menurunkan targetnya, yasudahlah barang B juga tidak apa-apa, ini yang dinamakan mungkret. Nah, saat kita menurunkan standar maka target kita tercapai, apakah kita merasa puas?
Tentu tidak bukan, setelah itu kita Kembali "mulur" lagi dan terus begitu mengulangi siklus penderitaan. Karena seperti yang dijelaskan pada poin pertama maka selama kita memiliki keinginan maka kita hakikatnya menderita karena harus berjuang dan berkorban untuk meraih keinginan tersebut.
ADVERTISEMENT
3. Hasil akhir keinginan adalah kekecewaan, keputusasaan dan kebosanan.
Dari seorang filsuf juga yang berasal dari Denmark yang bernama Sooren Kierkegard. Dia mengatakan:
Maksudnya, saat Anda memiliki keinginan dan tidak tercapai maka anda akan kecewa. Jika tidak pernah tercapai anda akan putus asa dan jika tercapai terus maka anda akan bosan.
Lalu apakah berarti kita tidak boleh memiliki keinginan atau cita-cita dalam kehidupan?
Tentu saja boleh, bahkan kita harus memiliki keinginan untuk dapat hidup karena hidup manusia itu bermakna karena memiliki keinginan-keinginan untuk dicapai. Hal yang harus kita lakukan bukanlah tidak memiliki keinginan ataupun menghapus keinginan. Tetapi, berusaha memahami hakikat dan mengelola keinginan agar dapat menjaga stabilitas jiwa sehingga dapat menjaga kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana cara kita mengelola keinginan?
Berikut beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengelola keinginan agar tidak menjadi sumber penderitaan:
1. Tegaskan keinginanmu
Hakikat keinginan itu ada pada maknanya artinya, jika kamu sendiri sebagai orang yang memperjuangkan keinginan tersebut, tetapi keinginan tersebut tidak ada maknanya bagimu lalu untuk apa kamu memiliki keinginan dan bersusah payah meraihnya.
Salah satu cara agar keinginan bermakna adalah dengan mengetahui apa saja keinginan kita dan mulai meyeleksinya apa yang benar-benar menjadi keinginan kita dan mana yang hanya tuntutan orang lain maupun lingkunganmu.
Tanpa kita sadari Keinginan dalam hidup kita tidak semua adalah keinginan kita, beberapa mungkin ada yang untuk memenuhi ekspetasi orang lain sehingga kita cenderung menghilangkan keinginan kita yang sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
Pertama, coba kita renungkan dan seleksi mana keinginan kita mana keinginan yang hanya untuk memenuhi ekspetasi dan pengakuan dari orang lain yang sebenarnya kamu sendiri tidak menginginkan hal tersebut. Lalu, bagaimana kita mengetahuinya? Tidak ada cara terbaik untuk mengetahui hal tersebut kecuali bertanya kepada hati kecilmu sendiri.
2. Petakan keinginanmu
Setelah kita mengetahui daftar keinginan kita yang sebenarnya berikutnya adalah memetakannya, kita tau bahwa tidak semua keinginan bisa tercapai dan juga tidak semua keinginan dapat terjadi diwaktu yang sama.
Contoh, kamu masih kuliah di semester 1, kamu memiliki keinginan lulus tepat waktu, bekerja dan menikah. Akan menjadi keliru jika kamu tahu bahwa masih kuliah tapi meinginkan lulus tepat waktu dan menikah di saat yang bersaman. Jadi cobalah petakan keinginanmu, mana yang realistis atau tidak realistis, mana yang bisa diraih saat ini dan mana yang nanti.
ADVERTISEMENT
3. Berdamailah dengan keinginanmu sambil tetap memperjuangkannya.
Setidaknya, ada dua variable untuk berdamai dengan keinginan. Pertama, Kita harus menerima dan memberi makna yang positif pada kondisi kita saat ini. Memahami bahwa semua keinginan kita tidak mungkin tercapai semua atau mungkin dapat tercapai semua tapi tidak diwaktu yang sama.
Ooleh karena itu, menerima keadaan kita belum memiliki apa yang kita inginkan itu penting dan memberi makna yang positif. Karena jika tidak, kita akan dalam terus larut dalam kegelisahan dan penderitaan.
Sebagai contoh, jika kamu sudah jomblo bertahun-tahun dan sangat ingin menikah tetapi, belum mampu maka coba katakanlah pada dirimu, “Iya saya ingin menikah tapi saya belum mampu. Tetapi tidak mengapa karena ini adalah kesempatan saya untuk fokus memperbaiki diri agar mendapat pasangan yang berkualitas nantinya dan juga setiap orang punya garis waktunya masing-masing, kok”.
ADVERTISEMENT
Nah, setelah kamu menerima kondisimu dan memberi makna yang positif keinginanmu mungkin tidak hilang. Tetapi, kali ini kamu bisa tetap memperjuangkannya tanpa harus merasa menderita.
Kedua adalah bersyukur. Jika kita sadari sebenarnya keinginan kita yang tercapai jauh lebih banyak daripada yang tidak, hanya saja kita selalu fokus pada apa yang kita tidak kita miliki. Banyak orang yang sudah berhasil mencapai keinginanya tetapi, tidak dapat menikmatinya karena dia terjebak dengan keinginan baru. Jadi, cobalah untuk mensyukuri dan menikmati apa yang sudah kamu miliki saat ini sambil tetap berusaha untuk mewujudkan keinginanmu selanjutnya.
Contoh sederhana, setiap hari kamu memiliki keinginan untuk makan dan minumkan. sudahkah kamu bersyukur akan hal tersebut? Karena disaat perutmu dapat kenyang diluar sana banyak yang kelaparan atau buat kamu yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi saat ini sudahkah kamu bersyukur? Karena diluar sana banyak yang tidak bisa sekolah bahkan, hanya di tingkat SD dan masih banyak lagi hal lainnya. Jika kamu belum bisa belajar menyukuri dan menikmati pencapaian saat ini bagaimana kamu bisa menikmati pencapaianmu dari keinginan-keinginanmu berikutnya.
ADVERTISEMENT
Seperti yang sudah dijelaskan dalam Al-Qur'an:
Kesimpulan
Keinginan manusia memang seperti dua mata pisau, dia bisa menjadi motivasi ataupun sumber penderitaan tergantung bagaimana kita dalam mengelola fitrah manusia tersebut. Keinginan memang tidak pernah habis, tapi setidaknya setelah kita mengetahui cara mengelola keinginan. Kita bisa sedikit berlatih untuk mereduksi penderitaan, menikmati kehidupan dan mulai menjalani hari-hari dengan lebih baik.
Sumber:
Abidin, Zainal. 2006. Filsafat Manusia. Bandung : Remaja Rosdakarya
Suryomentaram, Ki Ageng. 1989. Kawruh Jiwa Jilid 1. Jakarta : CV HAJI MASAGUNG
ADVERTISEMENT
https://islam.nu.or.id/tafsir/bersyukur-itu-kunci-kesuksesan-tafsir-ayat-syukur-mP4Ir