Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Menyelami Alasan para Remaja Bergabung dengan Geng Motor
26 Mei 2017 19:31 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Ada yang tengah meresahkan publik. Tak lain fenomena geng motor. Di media sosial, menyebar foto dan video bagaimana remaja tanggung begitu bangga terlibat tawuran. Bukan hanya itu saja, mereka juga pose-pose bergaya dengan senjata tajam.
ADVERTISEMENT
Fenomena remaja tanggung gandrung dengan geng motor ini dicermati Pengamat Sosial; Dosen Sosiologi FISIP UIN Jakarta, Satiti Shakuntala.
"Fenomena geng motor sudah lama ada di Indonesia, khususnya Jakarta. Dulu pernah ada ‘Kapak Merah’, belakangan ini muncul geng ‘Jepang’ (Jembatan Mampang), selain itu ada juga geng motor yang menamakan dirinya ‘Tukang Beling’, ‘Amerika’, ‘GBR’, ‘XTC’, ‘Tangki Boys’, dan masih banyak lagi," kata Satiti Shakuntala saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com), Jumat (26/5).
ADVERTISEMENT
Menurut Satiti, dapat dikatakan geng motor sebagai peer group yang mempengaruhi perilaku mereka. Perilaku geng motor yang didasarkan pada ‘keyakinan bersama’ (collective belief) ini cenderung mengarah pada tindakan anarkis / perilaku menyimpang, misal: kebut-kebutan, merampok, hingga membunuh dengan keji.
"Kelompok membuat seseorang merasa nyaman melakukan tindakan yang sudah disepakati, meskipun hal tersebut mengganggu ketertiban atau kenyamanan masyarakat," tegas dia.
Merujuk kepada Teori Kebutuhan (Hierarchy of Needs) Abraham Maslow, Self Actualization menjadi puncak kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi.
ADVERTISEMENT
Bagi remaja, lanjut Satiti, mnjadi anggota geng dengan identitas kelompok yang kuat, membuat mereka merasa lebih percaya diri dan tidak mengenal rasa takut. Selain itu mereka juga bisa mendapat ‘penghargaan’ dari kelompok apabila mencapai suatu prestasi tertentu misalnya merampok, membacok, hingga membunuh.
"Penghargaan atau Esteem menjadi kebutuhan dasar lain sebelum Self Actualization. Keberadaan geng motor yang semakin merisaukan semestinya mendapat perhatian khusus untuk dikaji. Keluarga, Sekolah, Peer Group, dan Media Massa menjadi agen sosialisasi yang punya peran penting dalam mengajarkan nilai- nilai universal dalam kehidupan bermasyarakat sehingga tindak kriminalitas oleh geng motor dapat diminimalisir atau dihilangkan sama sekali," urai dia.
"Karena pada dasarnya seperti yang disampaikan oleh Sutherland bahwa “Tindakan kriminal bukanlah sesuatu yang alamiah namun dipelajari”. Di sisi lain, lima kebutuhan dasar yang disampaikan oleh Maslow harus dapat terpenuhi dengan baik, sehingga remaja tidak terjerumus dalam perilaku menyimpang," tambahnya.
ADVERTISEMENT