Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Putri Jenderal Ahmad Yani Bersyukur Film G30S/PKI Diputar Lagi
20 September 2017 10:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Suara dukungan pemutaran film G30S/PKI datang dari putri Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Amelia Yani. Setiap hari, dia mengikuti perkembangan isu terkini mengenai ramainya polemik pemutaran film itu.
ADVERTISEMENT
Amelia, yang ayahnya diculik dan ditembak PKI menyampaikan rasa syukurnya ketika tahu film itu akan diputar lagi dan juga digelar nonton bareng. Pada 30 September 1965, saat diculik PKI itu, Ahmad Yani menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.
Film G30S/PKI ini akan menjadi tontonan wajib bagi pajurit TNI, seperti disampaikan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
"Kalau soal pemutaran ulang penghjianatan G30S, Ibu bersyukur karena memang seperti itu," kata Amelia lewat sambungan telepon saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com), Rabu (20/9).
Amelia yang kini menjadi Dubes RI untuk Bosnia ini menyampaikan, pemutaran film itu perlu agar generasi muda bisa belajar dari sejarah akan pengkhianatan PKI.
"Kenyataannya sekarang akan ditayangkan kembali karena antusisme dorongan generasi muda. Dan ini menunjukkan hal positif bahwa bangsa Indonesia dari kaum mudalah yang bangkit, inilah yang Ibu katakan kebangkitan Pahlawan Revolusi yang selama ini dibungkam walau sudah tiada," bebernya.
ADVERTISEMENT
Ramainya isu G30S/PKI ini juga menjadi catatan Amelia. Dia melihat generasi muda Indonesia menjadi sadar dan bergerak mencari buku, catatan sejarah, dan foto Pahlawan Revolusi.
"Ini yang membuat Ibu terharu dan bangga," tutup putri ketiga Ahmad Yani dari delapan bersaudara ini.
Film G30S/PKI setelah masa reformasi tak tayang lagi di televisi. Menteri Penerangan saat itu Yunus Yosfiah menghentikan penayangan atas permintaan sejumlah pihak, salah satunya dari purnawirawan TNI AU.
Di film itu, dinilai ada fakta yang tidak tepat yakni menyebut Halim Perdanakusuma -- yang dikenal sebagai markas TNI AU -- sebagai pusat kegiatan PKI. Padahal Lubang Buaya ada di wilayah Pondok Gede.
ADVERTISEMENT