Perilaku Egoisme dalam Memimpin

Indra Yunan
Masiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakrta
Konten dari Pengguna
8 Juni 2021 18:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Indra Yunan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
IndraYunan. (Mahasiswa Ilmu Komunikasi. Universitas Muhammadiyah Jakarta)
zoom-in-whitePerbesar
IndraYunan. (Mahasiswa Ilmu Komunikasi. Universitas Muhammadiyah Jakarta)
ADVERTISEMENT
Egoisme adalah perilaku seseorang untuk mementingkan kebutuhannya sendiri dan tanpa memikirkan orang lain. Egoisme juga merupakan pandangan bahwa seseorang bertindak semaunya dan harus bertindak untuk kepentingan dan keinginannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Hal ini dilakukan untuk memenuhi tujuan akhir setiap orang, yaitu kesejahteraannya. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat.
Dalam memimpin merupakan sikap seseorang yang mempunyai kekuasaan untuk mengambil keputusan untuk kebaikan bersama dalam mencapai tujuannya.
Memimpin juga merupakan salah satu kata kerja untuk kepada seseorang yang dipilih untuk memimpin dalam suatu organisasi atau dalam suatu kelompok.
Akan tetapi seseorang yang memimpin tidak bisa mengambil keputusan tanpa melihat dampak yang akan didapatkan, sehingga dapat di simpulkan munculnya rasa keegoisan.
Permasalahan seperti ini banyak sekali dijumpai, baik itu dalam lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Seorang pemimpin tidak sewajarnya memiliki sifat egois, sehingga yang akan berdampak buruk adalah seorang anggota.
ADVERTISEMENT
Karena dengan egoisnya pemimpin maka anggota atau pengikutnya akan melakukan hal yang sama. Dengan sifat tersebut seorang pemimpin akan dianggap sebagai pemimpin yang buruk oleh anggota atau orang banyak.
Dengan demikian keegoisan dalam diri seorang pemimpin itu harus diubah, sebab jika tidak diubah maka organisasi atau kelompok itu akan dianggap sebagai kelompok yang buruk dengan kurangnya beretika.
Sehingga dapat kita pahami bahwa perlu sekali sikap yang mampu membuat suatu organisasi atau kelompok dianggap baik oleh orang banyak, melalui sifat seorang pemimpin yang cerdas dalam memimpin.
Maka dari itu yang dibutuhkan dari seorang pemimpin adalah sikap yang mempercayai anggotanya untuk bersama sama dalam memecahkan masalah, tanpa memikirkan dengan sendiri yang akan sebagai sifat egois.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu dalam memimpin harus memiliki sifat saling mendengar, baik itu anggota ataupun pemimpin, sehingga keegoisan dalam memimpin itu tidak terjadi.
Jika sifat egoisme masih ada dalam diri seorang pemimpin, maka sesuatu yang sebagai tujuan atau sesuatu yang diinginkan, tidak mampu di capai.
Dengan hal itu mementingkan diri sendiri juga tidak menjamin untuk membawakan perubahan yang baik, melainkan munculnya rasa kecewa terhadap apa yang diperbuat.
Dapat kita simpulkan bahwa memiliki sifat egoisme, tidak akan mampu mengubah apa pun karena dengan perilaku mementingkan diri sendiri lebih besar efek buruknya.
Maka dari itu dibutuhkan seseorang pemimpin yang memiliki rasa percaya antara satu sama lain dengan menyatukan suatu pemikiran untuk tercapainya tujuan bersama.
ADVERTISEMENT
Pada intinya pemimpin sesungguhnya adalah pemimpin yang mampu membuat perubahan dengan bekerja sama dalam suatu organisasi atau kelompok, sehingga apa yang ingin di capai dapat dinikmati bersama sama.
Mengubah sifat seperti itu perlu sekali karena akan menjadikan efek baik untuk orang sekitar atau anggotanya. perilaku egois hanya merugikan atau tidak membawakan hasil.
Oleh: Indra Yunan (Mahasiswa Ilmu Komunikasi. Universitas Muhammadiyah Jakarta)