Konten dari Pengguna

Kelelahan Berkencan Online: Memilih Kencan Tatap Muka, Maraknya Penipuan Online

Indriani Luthfiyyah
Mahasiswa di Universitas Pelita Harapan
14 Mei 2024 7:53 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Indriani Luthfiyyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
sumber: dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
Selama lebih dari dua tahun terakhir, selama pandemi COVID-19 melanda dunia termasuk Indonesia, banyak individu yang sedang mencari pasangan hidup menghadapi tantangan yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Lockdown yang diberlakukan untuk mencegah penyebaran virus telah mengisolasi banyak orang secara fisik, membatasi kesempatan untuk bertemu dan berinteraksi secara langsung.
ADVERTISEMENT
Dalam situasi ini, aplikasi Online dating menjadi salah satu solusi utama bagi mereka yang ingin mencari belahan jiwa. Meskipun aplikasi Online dating telah menjadi solusi bagi banyak orang yang mencari belahan jiwa, masih ada tantangan dan risiko yang harus diwaspadai. Penting bagi kita untuk memahami dan mengatasi masalah ini dengan bijak, agar pengalaman kita dalam mencari jodoh melalui aplikasi semakin positif dan memuaskan.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi pengguna aplikasi dating online adalah resiko penipuan atau “catfishing”. Melansir the sun, Catfishing terjadi ketika seseorang menciptakan profil palsu dengan tujuan menipu atau memanipulasi orang lain.
Pelaku catfishing sering kali mengambil identitas palsu, menggunakan foto-foto palsu atau bahkan menciptakan kisah hidup palsu untuk menarik perhatian dan simpati korban. Dengan ini, mereka dapat menipu atau memeras korban untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
ADVERTISEMENT
Ini menjadi alasan sebagian orang berkencan secara tatap muka lebih menarik daripada melalui aplikasi dating, informasi yang didapatkan dari profil aplikasi hanya sedikit sedangkan ketika bertemu langsung akan memberikan informasi yang lebih detail.
Selain itu, pengguna aplikasi dating melaporkan bahwa pengalamannya membuat merasa frustasi, karena sering kali pengguna mendeskripsikan profil mereka secara tidak tepat, sehingga mengecewakan para pencari jodoh ketika bertemu secara langsung.
Tindakan catfishing dalam aplikasi Online dating merupakan masalah serius yang perlu diberikan perhatian karena dapat memiliki dampak yang merugikan bagi individu yang menjadi korban. Isu ini juga memiliki dampak yang lebih luas dalam hal reputasi dan kepercayaan pada aplikasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting untuk membahas isu ini agar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang resiko dan mendorong pengembangan langkah-langkah perlindungan yang lebih efektif.
ADVERTISEMENT
Dari kemunculan isu catfishing dalam aplikasi online dating, ada hal positif yang dapat diapresiasi dan ditarik sebagai pembelajaran. Fenomena catfishing mempertajam pemahaman kita tentang perbedaan antara realitas dan ilusi dalam interaksi online. Ketika seseorang menjadi korban catfishing, mereka sering terjebak dalam dunia palsu/ilusi yang dibangun oleh pelaku catfishing.
Namun, dari pengalaman ini kita bisa belajar betapa pentingnya membedakan antara kenyataan dan penipuan, tidak hanya dalam konteks hubungan online, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman korban catfishing dapat membantu kita menjadi lebih waspada terhadap tanda-tanda manipulasi dan pemalsuan identitas. Hal ini memicu perkembangan kemampuan kita dalam menilai kebenaran informasi dan menghindari jebakan yang mungkin kita temui di dunia maya, kita dapat belajar untuk menjadi lebih bijaksana dan kritis dalam memahami dunia sekitar kita.
ADVERTISEMENT
Dalam menghadapi masalah catfishing dalam aplikasi Online dating, dapat dikaitkan dengan pemikiran Descartes terutama dalam konsep keraguan metodologisnya. Decsartes mengajarkan bahwa penting untuk meragukan segala sesuatu, bahkan realitas dan identitas diri, untuk mencapai pengetahuan yang sejati.
Penyebab mendasar dari masalah catfishing dalam aplikasi online dating bisa dilihat dari beberapa sudut pandang. Pelaku catfishing merupakan pelaku utama atas tindakan mereka yang bisa memiliki berbagai motif, mulai dari kesenangan pribadi hingga yang lebih serius seperti penipuan.
Pelaku sengaja menciptakan profil palsu dengan tujuan menipu atau memanipulasi orang lain demi keuntungan pribadi, seperti mendapat perhatian, simpati atau bahkan melakukan penipuan finansial.
Faktor yang semakin memperburuk masalah ini adalah kurangnya perlindungan yang memadai dari pihak aplikasi online dating yang seharusnya bisa lebih tanggung jawab atas masalah ini, sehingga memungkinkan para pelaku catfishing untuk beroperasi dengan lebih bebas. Pengguna aplikasi online dating sering kali kurang waspada terhadap risiko catfishing dan terlalu percaya pada informasi yang tertera tanpa melakukan verifikasi lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Dampak negatif dari catfishing dalam aplikasi online dating sangat relevan dengan pemikiran Kierkegaard tentang eksistensialisme. Eksistensialisme menyoroti penderitaan dan ketidakpastian yang melekat dalam pengalaman manusia, serta tanggung jawab individu atas pilihan dan tindakan mereka.
Menurut Kierkegaard, eksistensi manusia penuh dengan penderitaan, kesendirian dan ketidakpastian. Korban catfishing mengalami penderitaan sebagai akibat dari pengkhianatan dan manipulasi dalam hubungan palsu yang mereka bangun. Korban mengalami kesendirian dan ketidakpastian setelah terungkapnya kebohongan, meskipun awalnya mereka mungkin merasa memiliki hubungan yang nyata dan bermakna setelah terungkap ia menemukan bahwa hubungan itu hanyalah ilusi yang diciptakan oleh pelaku catfishing hal ini dapat menimbulkan perasaan kesendirian yang mendalam karena mereka menyadari mereka telah ditipu dan tidak memiliki koneksi yang sebenarnya dengan orang yang mereka kenal.
ADVERTISEMENT
Ketidakpastian bagaimana orang lain akan memandang mereka setelah mengetahui bahwa mereka menjadi korban catfishing dapat menjadi sumber kesusahan, mereka merasa malu dan terbebani oleh pemikiran bahwa orang lain akan menganggap mereka naif atau mudah tertipu. Hal ini mencerminkan tanggung jawab eksistensial yang dijelaskan oleh Kierkegaard dimana manusia bertanggung jawab atas pilihan mereka sendiri karena secara sadar memilih untuk percaya pada orang lain secara Online.
Setelah membahas tentang masalah catfishing dalam aplikasi online dating, kita dapat melihat bagaimana fenomena ini mencerminkan tantangan yang dihadapi manusia dalam mencari kebenaran dan makna dalam kehidupan mereka.
Catfishing memunculkan pertanyaan tentang kepercayaan dan kebenaran, karena korban seringkali mengalami keraguan terhadap identitas dan realitas hubungan yang mereka alami. Hal ini menyoroti pentingnya untuk membedakan antara realitas dan ilusi, serta kebutuhan akan kecerdasan dalam memahami dunia.
ADVERTISEMENT
Dalam berbagai agama, Tuhan dianggap sebagai sumber kebenaran dan realitas yang absolut, entitas yang dianggap memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan yang sempurna, sumber keberadaan dan makna bagi manusia. Namun, manusia seringkali terjebak dalam ilusi dan kesalahan karena adanya kompleksitas dalam sifat dan kondisi manusia itu sendiri.
Meskipun manusia memiliki hati Nurani dan akal budi, keterbatasan pengetahuan dan pemahaman manusia tentang dunia dan diri mereka sendiri. Manusia juga terpengaruh oleh dorongan emosional, nafsu dan keinginan yang kadang kadang dapat mengaburkan penilaian rasional mereka. Pengaruh lingkungan juga dapat menjadi faktor mempengaruhi perilaku manusia, norma sosial, pengaruh budaya dapat mempengaruhi cara manusia berperilaku dan membuat Keputusan, terkadang manusia cenderung mengikuti arus saja tanpa memikirkan konsekuensi kedepan.
ADVERTISEMENT
Aplikasi online dating tidak lepas dari resiko masalah catfishing yang mengakibatkan dampak negatif bagi korban secara emosional dan psikologis. Dalam menghadapi masalah catfishing dalam aplikasi online dating, masyarakat perlu merespon dengan bijak dan proaktif. Kesadaran akan resiko catfishing perlu ditingkatkan melalui edukasi yang menyeluruh, menyebarkan informasi tentang taktik catfishing, tanda-tanda profil palsu, dan langkah langkah untuk melindungi diri untuk membantu mengurangi jumlah korban. Penegakan hukum yang lebih ketat terhadap pelaku catfishing perlu dilakukan untuk merikan efek jera dan meminimalkan tindakan penipuan.
Penggunaan aplikasi online dating harus lebih waspada dan kritis terhadap informasi yang diberikan oleh calon pasangan mereka. Tanggung jawab pada pengembang aplikasi untuk meningkatkan keamanan platform mereka dengan menerapkan sistem verifikasi profil yang lebih baik dalam perlindungan pengguna dan memberikan lebih banyak opsi pelaporan serta mengambil tindakan terhadap pelaku catfishing.
ADVERTISEMENT
Graff, M. (2024, February 19). Lelahnya kencan “online”: mengapa beberapa orang lebih memilih kencan tatap muka. The Conversation. https://theconversation.com/lelahnya-kencan-online-mengapa-beberapa-orang-lebih-memilih-kencan-tatap-muka-219018
Parapuan.co. (2022, February 9). Mengenal Catfishing, Pemalsuan Identitas di Aplikasi Kencan Online seperti Dilakukan Simon Leviev - Halaman 2 - Parapuan. Parapuan.co. https://www.parapuan.co/read/533135168/mengenal-catfishing-pemalsuan-identitas-di-aplikasi-kencan-online-seperti-dilakukan-simon-leviev?page=2
Suka, G., & Pendahuluan, I. (2016). Keragu-raguan Menjadi Keyakinan Metode Filsafat Rene Descartes. https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/08e1016529667ffd6b3d52d8b3275dd3.pdf
Fauziah, A., Aqidah, J., Filsafat, D., Fakultas, I., Uin, U., Gunung, S., & Bandung, D. (2023). Transformasi Identitas Diri dalam Konsep Eksistensialisme Kierkegaard dan Relevansinya terhadap Mental Remaja di Indonesia. Gunung Djati Conference Series, 24.