Burundi Darurat Pangan, Bagaimana Peran World Food Programme (WFP)?

Indry Riskya
Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Mulawarman
Konten dari Pengguna
10 April 2023 6:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Indry Riskya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bendera Burundi. Foto: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Bendera Burundi. Foto: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Burundi merupakan negara termiskin di dunia yang berdasarkan data Bank Dunia, pendapatan nasional bruto berkisar 270 dolar AS (Rp 4 juta) per tahun. Burundi terbagi menjadi 17 provinsi. Burundi merupakan negara yang tidak memiliki laut karena wilayahnya yang dikelilingi oleh daratan. Di utara, Burundi berbatasan dengan Rwanda, wilayah timur dan selatan berbatasan dengan Tanzania, di barat daya berbatasan dengan Danau Tanganyika, dan Republik Demokratik Kongo di barat.
ADVERTISEMENT
Hampir 70% masyarakat Burundi memiliki masalah kemiskinan. Menurut laporan World Food Program (WFP), tingkat keterbatasan pangan di Burundi juga sangat mengkhawatirkan. Sekitar 52% anak di bawah umur 5 tahun mengalami stunting.
Burundi juga memiliki tingkat gizi buruk yang cukup tinggi, terutama di wilayah pedesaan. Beberapa penyakit serius seperti malaria, campak, influenza, dan diare merupakan penyebab kematian yang paling banyak di Burundi.
Di Burundi, sebagian besar kematian juga disebabkan oleh penyakit menular dan gizi buruk. Organisasi Internasional mendirikan pusat-pusat pendirian makanan untuk menyalurkan bantuan kepada masyarakat yang menderita kekurangan gizi.
Seorang warga Haiti membawa karung makanan yang disumbangkan oleh Program Pangan Dunia (WFP) di Port-au-Prince, Haiti 25 September 2008. Foto: Eduardo Munoz/REUTERS
Keterbatasan ketersediaan pangan di Burundi salah satunya diakibatkan oleh perubahan iklim yang sangat ekstrem. Perubahan pola cuaca dari musim hujan ke musim kemarau yang tidak terduga berdampak terhadap kehidupan masyarakat di Burundi.
ADVERTISEMENT
Banyaknya masyarakat Burundi yang mengungsi karena banjir. Banjir inilah yang berdampak pada hasil panen hingga efek jangka panjang yang sangat mengkhawatirkan yakni keterbatasan pangan di Burundi.
Banjir yang ekstrem serta bencana alam lainnya juga membuat beberapa anak harus putus sekolah. Beberapa anak juga memutuskan untuk bekerja hingga rentan terhadap penyakit serta gizi buruk yang dikarenakan faktor kebersihan.
World Food Programme (WFP) merupakan program oleh PBB yang berusaha untuk berkontribusi terhadap keadaan darurat pangan di Burundi. WFP berkomitmen untuk terus membangun ketahanan pangan dan gizi yang disebabkan oleh perubahan iklim di Burundi.
Pada WFP Burundi Country Brief September 2022, WFP menjelaskan bahwa pada September 2022 terdapat 216.388 orang yang terbantu dengan program tersebut. Adapun pembaruan operasional seperti bantuan untuk pengungsi, program pemberian makan di sekolah, pengobatan malnutrisi akut sedang, hingga pencegahan stunting.
ADVERTISEMENT
Pada programnya, WFP memberikan akses terhadap pangan dengan memberikan makanan tanpa syarat atau bantuan kepada pengungsi, rumah tangga yang sangat rawan pangan, serta pengungsi yang telah kembali ke Burundi.
WFP juga memberikan paket terpadu gizi kepada anak yang berusia 6-59 bulan, remaja, ibu hamil dan menyusui, dan sekelompok orang-orang yang rentan lainnya termasuk pada orang yang hidup dengan HIV/AIDS. WFP juga menyediakan makanan yang bergizi untuk anak-anak usia sekolah dasar dan pra-sekolah dasar.
Selain itu, WFP juga berusaha untuk menyediakan akses yang lebih baik pada bidang teknologi untuk membantu pengembangan kapasitas para petani.
Di balik seluruh program yang dicanangkan oleh WFP, terdapat beberapa tantangan. Sejak juli, program-program tersebut harus menghadapi kekurangan makanan bergizi (CSB++ dan plumpy sup) untuk diberikan kepada ibu hamil dan menyusui yang mengalami gizi buruk, anak perempuan, dan anak usia 5-59 bulan.
ADVERTISEMENT
Pada umpan balik bulan September 2022, terdapat beberapa masalah selama program tersebut berjalan. Beberapa masalah yang terjadi antara lain masalah dalam pendaftaran, kecurigaan penipuan, dan penerimaan pangan dalam jumlah yang lebih sedikit.