Kerusakan Laut dan Wilayah Konservasi Oleh Wisatawan

ine triana
seorang Mahasiswa Prodi Perikanan di Universitas Padjadjaran. Masih sangat banyak belajar dalam menulis, jadi kritik dan saran pembaca semua sangat aku tunggu!:)
Konten dari Pengguna
20 November 2020 18:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ine triana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wilayah pariwisata laut dan konservasi perairan di Indonesia sangatlah banyak dan beragam, hal ini didukung dengan luasnya perairan Indonesia yang mencapai angka 325 juta ha, ujar Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati 2020.
Dari luas tersebut, tentunya berbagai wilayah perairan sebagian dijadikan sebagai wilayah pariwisata serta konservasi. Hal ini untuk meningkatkan ekonomi negara dan tentunya masyarakat sekitar area juga sebagai upaya pelestarian lingkungan. Sampai tahun 2018, jumlah kawasan konservasi yang ada di Indonesia adalah sebanyak 177 kawasan atau seluas 20,88 juta ha.
Luas kawasan konservasi tersebut mengalami peningkatan yang signifikan, dibandingkan dengan jumlah kawasan konservasi di tahun 2013 yakni hanya sebanyak 99 kawasan dan luas area 11,06 juta ha. Dan pada tahun 2030, Aichi menargetkan luasan wilayah konservasi di Indonesia meningkat sebanyak 3,58% dari total perairan Indonesia atau penambahan luas sebanyak 11,62 juta ha. Target ini tentunya dibuat sebagai salah satu upaya untuk mencapai SDG’s dalam agenda pembangunan bersama.
ADVERTISEMENT
Wilayah laut Indonesia tentu dijadikan juga sebagai kawasan pariwisata, dikarenakan laut Indonesia memiliki sangat banyak keindahan alam, baik itu ekosistem pesisir, pantai ataupun ekosistem bawah laut. Ekosistem bawah laut Indonesia menjadi salah satu yang digemari oleh para wisatawan karena keindahan, estetika, beraneka ragamnya biota laut, serta bervariasinya terumbu karang yang ada di Indonesia. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa banyakwisatawan yang memilih untuk berwisata bawah laut.
Peningkatan jumlah wisatawan yang menjelajahi ekosistem bawah laut, tentu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar, karena pastinya wisata bawah laut membutuhkan peran nelayan, peran tour guide dan para diving untuk memaksimalkan keinginan wisatawan menikmati keindahan ekosistem bawah laut.
Dibalik keuntungan tersebut, ternyata sekarang banyak terjadi kerusakan – kerusahan laut. Yang dimana, sebagian terjadi karena kesalahan nelayan ataupun malah kesalahan dari para wisatawan itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Kesalahan ini berupa rusak atau pecahnya terumbu karang karena tidak sengaja terinjak atau terpegang oleh wisatawan, ataupun rusak karena kapal yang melintas di perairan dangkal, pengambilan terumbu karang secara diam – diam, wisatawan tidak menjaga kebersihan laut dengan membuang sampah secara sembarangan sehingga mencemari ekosistem laut dan pantai, penggunaan sunscreen atau krim pelindung kulit yang mengandung zat kimia berbahaya yakni oxybenzone dan octinoxate yang ternayata dapat merusak karang karena kedua zat kimia tersebut dapat meningkatkan temperature air laut, sehingga memicu pemutihan karang.
Di Hawai, demi mengurangi kerusakan karang, pemerintah sudah menerbitkan peraturan bahwa adanya pelarangan penggunaan tabir surya di wilayah pariwisata laut (Permatasari 2018). Semua kerusakan – kerusakan tersebut, apabila dibiarkan begitu saja tanpa ada upaya pencegahan tentunya lama – kelamaan akan merugikan ekosistem laut dan biota yang ada didalamnya. Sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan baik oleh masyarakat sekitar, nelayan, wisatawan serta tentunya peran dari pemerintah.
ADVERTISEMENT
Upaya – upaya yang bisa dilakukan untuk menjaga kelestarian ekosistem laut dan bawah laut antara lain;
Kegiatan transplantasi karang pada area konservasi Laut Tidung Kecil, Kep. Seribu
ADVERTISEMENT
Upaya – upaya tersebut dilakukan agar wilayah pariwisata dan konservasi di Indonesia tetap terjaga dan tetap bisa dilestarikan sehingga bisa menjadi mata pencaharian bagi masyarakat sekitar area kawasan, juga tetap menjadi lingkungan tempat hidup yang baik dan sehat bagi semua biota perairan yang ada didalamnya. Selain itu juga agar wilayah konservasi di Indonesia bisa mencapai target di tahun 2030 demi mendukung program SDG’s nomor 14 mengenai Ekosistem Lautan demi untuk pembangunan bersama.
ADVERTISEMENT