Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Polemik Sejarah Antara China, Taiwan, dan Amerika Serikat
16 April 2022 17:00 WIB
Tulisan dari Inez Kalyana Azmi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Asia Timur merupakan salah satu wilayah yang berdekatan dengan Benua Eropa. Wilayah ini di dominasi oleh kebudayaan dari Tiongkok, yang dimana dalam penulisan sejarah Asia Timur, mereka menggunakan Aksara Han atau Tionghoa yang menyebabkan kemunculan Budaya Sinosphere yaitu suatu kebudayaan yang berhubungan dengan sistem penulisan dari wilayah Tiongkok, Jepang, serta Korea.
ADVERTISEMENT
Sekitar tahun 1750 sampai 1045 Sebelum Masehi, yaitu pada masa Dinasti Shang, kebudayaan Tiongkok merupakan salah satu kebudayaan yang paling tua di dunia. Tiongkok atau China merupakan salah satu negara yang cukup besar dengan luas wilayahnya sekitar 9,69 juta kilometer persegi, yang dimana 97,18% berupa daratan sedangkan perairan hanya 2,82%. Dalam keterkaitan hubungannya dengan negara lain, China mempunyai hubungan secara regional maupun internasional dengan beberapa negara, seperti Amerika Serikat dan Taiwan.
Dahulu, China dan Taiwan merupakan satu negara, namun semenjak Perang Dunia Kedua terjadi dan ketika pertempuran antara Partai Komunis China dan pemerintahan kaum Nasionalis meletus, maka hal tersebut membuat Taiwan memisahkan diri dari China karena kemenangan pertempurannya. Revolusi Komunis China digaungkan pada tahun 1949 dengan pemimpinnya adalah Mao Zedong yang kemudian mengambil alih Beijing. Sedangkan, partai Nasionalis atau biasa disebut dengan Kuomintang, melarikan diri ke Taiwan.
Amerika Serikat datang untuk melakukan intervensi terhadap China yang mulai berkembang pesat menyebarluaskan komunis ke seluruh dunia. Jelas, hal itu merupakan salah satu ancaman besar bagi Amerika Serikat yang juga sedang gencar mengembangkan kapitalisme Barat. Taiwan sebagai negara yang menduduki posisi entitas ekonomi non negara, namun tidak dalam entitas politiknya yang mempunyai kedaulatan, menjadi sasaran Amerika Serikat untuk memberikan pengaruh kapitalisme Barat dan membendung Komunis China.
ADVERTISEMENT
Meskipun Taiwan tidak berkembang dalam dunia politik, negara itu cukup maju dalam perekonomian, sehingga hal tersebut membuat China ingin melakukan penyatuan kembali dengan Taiwan. Namun, dikarenakan perbedaan baik dalam sistem politik ataupun sosial-kulturnya, membuat Taiwan enggan bergabung lagi dengan China. Taiwan lebih memilih membersamai Amerika Serikat karena negara tersebut yang menopang perekonomian dan politik di Taiwan.
Pengakuan dari negara lain merupakan hal yang ingin dicapai oleh Taiwan supaya negara tersebut dapat diakui dalam dunia Internasional. Dalam sidang PBB, Taiwan sudah diberi kursi keanggotaan. Namun, hal itu tidak membuat Taiwan langsung diakui oleh aliansi negara lain. Bahkan, China mendominasi kursi keanggotaan Taiwan di PBB dan menganggap bahwa Taiwan tidak cocok bergabung dengan PBB dengan menempatkan Taiwan hanya sebagai salah satu provinsi dari China. Peristiwa pendominasian yang dilakukan oleh China mengakibatkan pengakuan kedaulatan negara Taiwan hanya 22 negara saja dan sisanya sekitar 170 negara yang malah mengakui kedaulatan China.
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat merasa terancam dengan pendominasian yang dilakukan oleh China terhadap Taiwan di PBB. Pasalnya, bisa dengan mudah negara China mengembangkan Komunis dan menggeser reputasi Kapitalisme Barat di dunia global, sehingga selepas Amerika Serikat memberikan pengaruh yang besar di Taiwan dengan memberikan banyak bantuan kepada negara tersebut, lalu mengesahkan Taiwan Relations Act (TRA) untuk melindungi Taiwan, Amerika Serikat juga menyusun strategi dengan mendekat kembali ke China dengan harapan supaya dapat mengimbangi kekuatan Komunis Uni Soviet dalam Perang Dingin.
Tahun 1979, Amerika Serikat melakukan penormalisasian hubungan dengan China dan mengakui sekaligus mengesahkan Kebijakan yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap China dan Taiwan. Hal itu semakin memunculkan polemik baru, yang dimana di satu sisi, Amerika Serikat mengakui adanya kebijakan yang diberlakukan oleh China yang disesuaikan dengan Shanghai Communique. Namun disisi lain, Amerika Serikat juga melindungi Taiwan dari pengaruh komunis China.
ADVERTISEMENT
Kedekatan hubungan antara Taiwan dan Amerika Serikat semakin membuat murka China yang menganggap bahwa Amerika Serikat berusaha untuk menjauhkan Taiwan dari China. Apalagi pada saat Presiden Lee, pemimpin Taiwan berkunjung ke Cornell University, Amerika Serikat pada tahun 1996. China menganggap bahwa kunjungan tersebut merupakan salah satu siasat Taiwan dan Amerika Serikat untuk melemahkan China, baik dari segi politik maupun ekonominya. Oleh sebab itu, China menarik duta besarnya dari Amerika Serikat dan membatalkan seluruh perjanjian yang telah disepakati bersama Amerika Serikat.
Ketegangan antara Taiwan dan China terjadi, ketika China sudah mempersiapkan militer untuk menyerang Taiwan. Amerika Serikat yang menjadi pendukung Taiwan dengan sigap juga mempersenjatai Taiwan dengan militer yang tak kalah hebat dari China. Dari ketegangan yang terjadi, bisa kita lihat bahwa terjadi disharmoni negara antara China dan Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Kemudian, China baru menyadari bahwa yang menjadi ancaman besar bagi negaranya adalah Amerika Serikat bukan Taiwan. Sehingga, untuk mengatasi permasalahan tersebut, China mengajak Amerika Serikat untuk berdiskusi mengenai gagasan win-win collaboration atau kolaborasi yang saling menguntungkan. Namun gagasan tersebut sama sekali tidak menyurutkan Amerika Serikat untuk tetap mempersenjatai Taiwan dengan maksimal.
Alasan mengapa Amerika Serikat tetap melakukan hubungan keamanan kepada Taiwan karena Amerika Serikat ingin membuktikan bahwa Taiwan merupakan negara yang sangat menghargai komitmen dengan harapan mampu meningkatkan kredibilitas Taiwan di negara lain. Selain itu, Taiwan merupakan negara yang demokratis sehingga Amerika Serikat ingin melindungi Taiwan dengan baik. Sebaliknya, China menganggap bahwa penjualan senjata yang dilakukan oleh Amerika Serikat ialah sebagai bentuk intervensi yang dapat memberikan ancaman bagi kedaulatan China dan menganggap bahwa persenjataan dari Amerika Serikat kepada Taiwan tidak akan berpengaruh terhadap China.
ADVERTISEMENT
Pertikaian diantara China, Taiwan, dan Amerika Serikat membuat kita sadar bahwa Amerika Serikat begitu cerdas memanfaatkan kesempatan ketika problematika antara China dan Taiwan sedang memanas. Walaupun terkesan menjadi pengkhianat, Amerika Serikat ternyata sangat mendukung perkembangan politik bagi Taiwan walaupun hal tersebut digunakan untuk mendapatkan untung dari hasil penjualan senjata sekaligus menangkal perkembangan pesat dari China untuk menyebarkan Komunis. Disisi lain, Amerika Serikat juga berusaha untuk memelihara perdamaian di Asia khususnya di Asia Timur.