Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Stigma Buruk Orang Tua terhadap Kesehatan Mental Anak
28 Februari 2023 6:54 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ineztia Sila Widya Prasanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat ini, Indonesia sedang marak pembahasan terkait kesehatan mental . Namun sayangnya, kasus kesehatan mental ini masih menjadi stigma buruk di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Meskipun saat ini kesadaran tersebut sudah meningkat namun tetap saja kebanyakan masyarakat khususnya sebagian orang tua lebih memilih untuk menutup mata karena adanya stigma buruk tersebut.
Dilansir ugm.ac.id, Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) pada tahun 2022 melakukan surve mengenai kesehatan mental di Indonesia.
Hasil menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja di Indonesia memiliki permasalahan kesehatan mental, sementara itu satu dari dua puluh remaja di Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir.
Tentunya, banyak sekali orang tua yang menganggap bahwa anak -anaknya sehat, namun itu hanya sehat secara fisik. Dalam UU No. 36 tahun 2009, pengertian sehat adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
ADVERTISEMENT
Apabila seorang individu mengalami gangguan pada jiwa atau mentalnya, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut belum memenuhi kriteria sehat.
Gangguan jiwa merupakan gangguan yang sering terjadi pada anak-anak, terutama remaja. Gangguan jiwa di Indonesia diketahui semakin meningkat setiap tahunnya.
Menurut data RISKESDAS tahun 2018, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan jiwa emosional ditunjukkan dengan gejala depresi serta kecemasan pada orang berusia lima belas tahun ke atas mencapai sekitar 6,1% dari total penduduk yang ada di Indonesia atau setara dengan 11 juta orang.
Di antara seluruh remaja pada rentang usia 15-24 tahun, terdapat 6,2% di antaranya menderita depresi. Individu yang mengalami depresi berat memiliki kecenderungan untuk menyakiti dirinya dan bahkan memiliki pikiran bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri terjadi sekitar 10 ribu kasus bunuh diri per tahunnya, di mana dalam setiap jamnya bisa terjadi satu kasus bunuh diri. Kasus-kasus tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kurangnya kesadaran orang tua terhadap kesehatan mental anaknya karena adanya stigma buruk mengenai gangguan jiwa.
Orang tua yang cenderung telah termakan stigma tersebut biasanya sudah tidak mempedulikan kesehatan mental anak dan akan semakin mendorong anak-anaknya untuk mencapai keinginan dari orang tuanya. Sehingga apabila hal ini terjadi maka dapat menyebabkan kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak.
Perlu ditinjau kembali, bahwa penting bagi orang tua untuk membangun komunikasi yang baik dengan anaknya, misalnya dengan sekadar mendengarkan cerita tentang kesehariannya.
Bukan hanya itu, ada baiknya orang tua juga memberikan apresiasi kecil tanpa memberikan judgement agar anak merasa bahwa orang tuanya akan selalu ada dan mendukung apa pun yang mereka lakukan.
ADVERTISEMENT
Namun sayangnya di Indonesia saat ini, masih banyak sekali orang tua yang belum memahami pentingnya menjaga kesehatan mental anak.
Berdasarkan pengamatan dari lingkungan sekitar, banyak sekali anak-anak yang merasa dituntut oleh orang tuanya terutama dalam hal akademik sehingga mereka berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi permintaan dari orang tua mereka.
Namun pada faktanya, mereka justru merasakan tekanan dan ancaman sehingga sering kali anak tersebut merasa kewalahan karena telah memaksakan diri menjalani sesuatu yang bukan menjadi keinginan atau passionnya.
Jika tekanan ini berlangsung selama bertahun-tahun, maka akan memicu munculnya gangguan psikologis seperti depresi, kecemasan, skizofrenia, bipolar, serta gangguan tidur.
Faktor lainnya adalah kebiasaan ketika orang tua membanding-bandingkan anaknya dengan anak lain. Hal tersebut dapat membuat anak tersebut merasa minder dan merasa rendah diri sehingga dapat menyakiti mereka secara psikis.
ADVERTISEMENT
Hal ini dapat menyebabkan anak menjadi pendiam dan memiliki kepribadian yang misterius, mereka juga akan merasa takut dan tidak nyaman ketika berada di depan umum.
Hal ini dikarenakan mereka akan selalu berpikir bahwa dirinya tidak pernah cukup baik untuk disukai oleh orang-orang di sekitarnya. Tidak hanya itu, karena gangguan mental di Indonesia ini masih dianggap tabu.
Sering sekali anak-anak tersebut memilih untuk diam karena mereka takut untuk menceritakan hal-hal yang telah terjadi pada orang di sekitarnya karena takut dijauhi dan takut dianggap aneh.
Maka, untuk mencegah itu semua, perlu ditingkatkan kembali komunikasi antara orang tua dan anak. Ketika komunikasi antara orang tua dengan anak baik, maka akan membuat anak merasa nyaman untuk berinteraksi, sehingga anak akan leluasa mengungkapkan perasaannya tanpa ada hal yang ditutupi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ketika kondisi anak sudah dirasa tidak sehat secara fisik atau mental, baik orang tua maupun teman-temannya bisa mendampinginya untuk pergi ke psikolog ataupun psikiater sesuai dengan kebutuhan dari penderita tersebut.