Konten dari Pengguna

Bangkit Bersama Pasca Pandemi, JNE Peduli Gerakan Literasi

Wahyudi
Founder Rumah Baca Sang Petualang, Ketua Forum TBM Kab Wonogiri, penulis buku antologi residensi pegiat lierasi nusantara Satu Taman Banyak Cerita, buku antologi Memoar patah Hati, buku antologi Memoar Menjadi Pegiat Literasi, relawan kemanusiaan.
2 April 2023 6:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Wahyudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penyerahan sepeda motor roda tiga untuk perpustakaan keliling dari JNE kepada Yudi founder Rumah Baca Sang Petualang - Dok Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Penyerahan sepeda motor roda tiga untuk perpustakaan keliling dari JNE kepada Yudi founder Rumah Baca Sang Petualang - Dok Pribadi

Dukungan JNE Untuk Gerakan Literasi

Awal tahun 2023 ini adalah tahun yang sangat bersejarah bagi saya dan bagi Rumah Baca Sang Petualang, taman baca yang saya dirikan 8 tahun silam, dimana tahun ini saya dipertemukan dengan JNE dalam sebuah kolaborasi, bangkit bersama pasca pandemi untuk gerakan literasi dipelosok Wonogiri.
ADVERTISEMENT
Kami mendapatkan kepercayaan dari JNE menerima bantuan sepeda motor roda tiga untuk armada perpustakaan keliling taman baca kami, armada ini diserahterimakan oleh Bapak Agus Yunanto, Kepala Cabang JNE Solo, didampingi Bapak Muhammad Narulloh, Kepala Cabang JNE Wonogiri, bersama Bapak Drs Sriyanto MPd, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab Wonogiri.
Mendengar nama JNE, bagi saya sudah tidak asing lagi, karena beberapa kali saya pernah menjadi pegawai lepas atau Freelance di salah satu kantor cabang JNE, menjadi kurir untuk mengantarkan paketan, mendapatkan penghasilan tambahan dari hasil menjadi pegawai tidak tetap adalah suatu berkah bagi saya, karena dari hasil tersebut bisa saya pergunakan untuk kebutuhan hidup, untuk biaya operasional taman baca, bahkan untuk pembelian buku menambah koleksi di taman baca.
ADVERTISEMENT
Armada perpustakaan keliling bergerak ke masjid, TPQ, dan tempat keramaian selama Bulan Ramadhan - Dok Pribadi
Kendaraan kami pergunakan untuk mendekatkan buku kepada para pembacanya, diawal Bulan Ramadhan ini kami mulai dengan
berkunjung ke beberapa masjid, dan ke TPQ, selain membawa buku bacaan armada ini juga tersedia mainan tradisional yang bisa digunakan oleh anak-anak untuk bermain.
Harapan kami, dengan adanya bantuan sepeda motor roda tiga ini, jangkauan perpustakaan keliling rumah baca lebih luas lagi, dan tentunya lebih muat banyak buku bacaan dan mainan anak-anak.

Berawal Dari Keprihatinan Atas Minimnya Bahan Bacaan

Tahun 2015 saya mendirikan taman baca di samping rumah orang tua di Wonogiri, berawal dari rasa prihatin saya atas minimnya akses bacaan dan rasa prihatin dengan anak-anak yang kala itu setiap pulang sekolah sering ke warnet demi untuk bermain game online. Setahun sebelumnya, atau tepatnya awal Tahun 2014, ketika saya masih bekerja sebagai PHL ( Pekerja Harian Lepas ) penjaga malam di pos polisi lalu lintas, samping patung kuda, Monas, Jakarta dengan gaji 600 ribu saya mulai menyisihkan gaji untuk membeli buku bacaan, meminta buku bacaan kepada kawan-kawan perantauan Wonogiri yang ada di Jakarta, kawan-kawan komunitas, dan setiap minggu sekali mendaftar nonton acara Kick Andy di Metro Tv demi untuk mendapatkan buku bacaan.
Foto awal berdirinya taman baca - Dok Pribadi
Setelah terkumpul beberapa kardus buku bacaan, lalu saya bawa pulang ke kampung dan mulai mewujudkan mimpi saya mendirikan taman baca ditanah kelahiran tercinta. Dibantu beberapa sahabat, saya mulai membuat sebuah gubuk kecil yang saya beri nama Rumah Baca Sang Petualang, nama Sang Petualang sendiri saya ambil dari salah satu lagu Bang Iwan Fals yang berjudul Sang Petualang, karena memang waktu itu saya menjadi anggota ormas Oi, ormas yang didirikan oleh beliau, dan juga saya anggota relawan OCC ( Oi Crisis Center ) lembaga otonom Oi yang menangani bencana dan sosial kemasyarakatan yang terjadi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Awalnya keluarga kurang mendukung, karena selain saya masih kerja di Jakarta, juga dianggap mendirikan taman baca adalah hal yang tidak bermanfaat, tapi banyak dukungan dari para sahabat yang semakin menguatkan saya untuk terus melangkah, ada yang membelikan asbes, ada yang memasangkan jaringan listrik, dan ada yang mengirimkan buku bacaan.

Perjuangan Butuh Pengorbanan

Setelah gubuk berdiri, walau lantainya masih tanah yang saya tutup terpal, ratusan buku saya tempatkan dibeberapa kardus, karena waktu itu belum bisa beli rak buku, lalu motor satu-satunya yang saya punya saya gadaikan kepada salah satu sahabat, padahal masih 6 bulan lagi baru lunas dan baru keluar BPKBnya, pertama 1 juta lalu nambah lagi sampai terakhir 7 juta, begitu angsuran lunas BPKB langsung saya serahkan kepada sahabat yang menggadai sepeda motor.
ADVERTISEMENT
Tahun 2016 bertepatan dengan bulan Ramadhan, kala itu ada bencana longsor di Kab Purworejo yang mengakibatkan beberapa orang meninggal dunia dan hilang, saya berangkat dari Jakarta lalu bergabung dengan tim relawan yang ada di lokasi bencana sampai beberapa hari.
Setelah selesai tugas di longsor Purworejo saya kembali ke Jakarta, ternyata sampai Jakarta saya dikeluarkan dari pekerjaan sebagai penjaga malam di pos polisi, dengan alasan sering tidak masuk kerja karena menjadi relawan di bencana, dengan membawa gaji terakhir dan THR saya lalu kembali ke kampung halaman di Wonogiri

Berdagang Sambil Mendekatkan Buku Kepada Para Pembacanya

Armada Endhok Dadar Pustaka & Armada Burger Pustaka - Dok Pribadi
Menjadi seorang penggangguran itu sangat tidak enak, apalagi waktu itu saya juga harus mengelola taman baca yang butuh biaya untuk membuat kegiatan, biaya operasional, beli buku, dan lainnya. Maka tercetuslah sebuah gagasan untuk berdagang, sekaligus bisa mendekatkan buku kepada masyarakat, maka lahirlah armada bergerak yang saya beri nama "Endhok Dadar Pustaka" disusul kemudian armada "Burger Pustaka" berjualan burger dengan menyediakan buku bacan di gerobak.
ADVERTISEMENT
Saya lalu berjualan keliling menggunakan sepeda motor hasil pinjam seorang kawan berjualan telur puyuh dadar, burger, yang mana gerobaknya saya modifikasi bisa sekaligus untuk menaruh beberapa buku bacaan, jadi ketika anak-anak membeli telur puyuh dadar bisa sambil membaca buku yang saya sediakan.
Ternyata Endhok Dadar Pustaka dan Burger Pustaka yang lahir dari keputusasaan karena diberhentikan dari pekerjaan di Jakarta, malah viral hingga diliput oleh beberapa media elektronik, dan media cetak.

Perjuangan Berbuah Manis

Bersama Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo - Dok Pribadi
Pada awal Tahun 2015, Rumah Baca Sang Petualang mendapatkan bantuan program kampung literasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, dan bertepatan dengan Hari Pendirdikan Nasional saya bersama 39 pegiat literasi dari beberapa provinsi diundang makan siang ke Istana Negara oleh Presiden RI Bapak Joko Widodo.
ADVERTISEMENT

Hibah Motor Perpustakaan Keliling Dari Perpustakaan Nasional

Armada perpustakaan keliling hibah dari Perpustakaan Nasional RI berada di salah satu TPQ untuk mendekatkan buku kepada anak-anak - Dok Pribadi
Tahun 2018 Rumah Baca Sang Petualang mendapatkan hibah motor perpustakaan keliling dari Perpusnas RI, motor ini kami pakai untuk bergerak ke beberapa sekolahan, masjid, dan TPQ. Tidak jarang motor ini juga berada di tempat-tempat keramaian dengan membawa ratusan buku bacaa.

Kolaborasi, Sinergi, Adalah Kunci Keberhasilan Gerakan Literasi

ADVERTISEMENT
Mencerdaskan masyarakat bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tugas kita bersama, baik pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat. Taman bacaan adalah salah satu gambaran perwakilan dari masyarakat, mustahil bisa bergerak sendirian tanpa dukungan dari pemerintah maupun dunia usaha, kehadiran JNE adalah salah satu contoh bahwa dunia usaha juga berperan besar terhadap keberhasilan gerakan literasi di Indonesia. Kolaborasi, sinergi, bangkit bersama untuk gerakan literasi.
Wahyudi, founder Rumah Baca Sang Petualang, ketua Forum TBM Kab Wonogiri
ADVERTISEMENT
#JNE32tahun #JNEBangkitBersama #jnecontentcompetition2023 #ConnectingHappiness