Konten dari Pengguna

Ibu Ike, Pejuang Eliminasi TBC dari Tanjung Priok

Yayasan KNCV Indonesia
Kami bekerja sama dan mengembangkan kemitraan dengan Pemerintah, organisasi internasional dan organisasi lokal dalam memberikan perbantuan teknis serta mengembangkan strategi penanggulangan TBC yang efektif, efisien, inovatif dan berkesinambungan.
13 Mei 2022 17:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yayasan KNCV Indonesia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ike Nimah Tatimu (sumber foto: dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Ike Nimah Tatimu (sumber foto: dokumentasi pribadi)
JAKARTA, 20 April 2022- Indonesia menduduki peringkat ketiga untuk negara dengan beban Tuberkulosis (TBC) tertinggi di dunia menurut laporan WHO tahun 2021, setelah Tiongkok dan India. Pada tahun 2021 diperkirakan terdapat 824.000 kasus TBC di Indonesia dan 7.921 diantaranya terkonfirmasi TBC Resistan Obat (TBC RO). Pada tahun yang sama, di Provinsi DKI Jakarta terdapat 685 pasien yang terdiagnosis sebagai TBC Resistan Obat (TBC RO) dan sebanyak 108 orang diantaranya berdomisili di wilayah Kota Administratif Jakarta Utara. Dari 108 orang tersebut hanya 58 orang diantaranya yang memulai pengobatan TBC RO (sumber data: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, April 2022).
ADVERTISEMENT
Masih rendahnya angka memulai pengobatan TBC RO disebabkan oleh beberapa faktor, masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengobatan TBC RO dan akses layanannya, serta faktor lainnya termasuk sosial ekonomi pasien. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan angka mulai pengobatan TBC RO. Salah satunya adalah dengan melibatkan komunitas dalam mendukung pasien agar memulai dan menjalani pengobatan sampai sembuh melalui konseling pra pengobatan serta edukasi baik kepada pasien maupun keluarga pasien.
Ike Nimah Tatimu (57) adalah salah satu anggota masyarakat yang terketuk hatinya untuk terlibat dalam pendampingan pasien TBC RO sejak tahun 2013. Sampai saat ini, Ibu Ike masih terlibat aktif memberikan pendampingan di Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Langkah Ibu Ike sebagai kader, berawal dari tetangga yang meninggal karena infeksi TBC. Ia penasaran tentang penyakit TBC, yang saat itu diyakini sebagai penyakit turunan oleh lingkungannya. Hal inilah yang memotivasi beliau untuk mencari informasi lebih banyak tentang penyakit ini. Keingintahuan tersebut disambut oleh puskesmas, yang kemudian memintanya untuk mengikuti pelatihan mengenai TBC. Sejak saat itu, Ibu Ike aktif terlibat dalam pendampingan pasien TBC.
ADVERTISEMENT
Salah satu hal penting yang menjadi bahan edukasi Bu Ike dalam mendampingi pasien adalah bagaimana cara mengurangi resiko penularan TBC. Beliau selalu menganjurkan agar pasien selalu menggunakan masker, menjaga jarak, melakukan perilaku hidup bersih dan sehat serta mendorong pasien untuk memulai pengobatan TBC. Dengan memastikan pasien TBC berobat sembuh, maka sumber penularan bagi lingkungan dapat dihilangkan.
“Kader TBC ini sudah mendarah daging dan saya tidak bisa lepas dari kader TBC. Saya harus menolong orang yang terkena penyakit TBC, sampai sembuh. Mereka membutuhkan kader untuk memberikan edukasi terhadap pasien dan keluarga bahwa penyakit TBC ini dapat disembuhkan dengan meminum obat secara teratur dan bukan sakit turunan atau sakit guna-guna” kata Ibu Ike.
Kegiatan pendampingan kader (sumber foto: dokumentasi pribadi)
Pendampingan pasien yang dilakukan oleh Ibu Ike bukanlah perjalanan yang mulus tanpa kendala. Terkadang Bu Ike mendapatkan penolakan dari pasien, namun dari pelatihan dan pengalamannya, Ibu Ike memahami perlunya pendekatan khusus kepada pasien agar pasien dapat memahami dan menerima informasi serta edukasi yang diberikan sehingga pasien mau berobat sampai sembuh.
ADVERTISEMENT
Kegiatan pendampingan Kader (sumber foto: dokumentasi pribadi)
Selain aktif sebagai pendamping pasien TBC, Ibu Ike juga aktif terlibat dalam kegiatan advokasi, terutama dalam kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbangda). Beliau ikut serta dalam rembuk warga di tingkat RW pada tanggal 16 Januari 2022, dengan mendorong pendanaan untuk pendampingan pasien TBC RO di Jakarta, khususnya di Kelurahan Warakas, di mana Ibu Ike berdomisili. Kontribusi langsung masyarakat dalam meningkatkan komitmen pendanaan merupakan salah satu peran penting yang diharapkan dari berbagai golongan agar pendanaan berkesinambungan tersedia untuk mendukung kegiatan program TBC di wilayah terkait.
“Saya senang karna dengan peran saya sebagai kader, saya bisa membantu banyak orang untuk terbebas dari TBC” lanjut beliau sebelum menyampaikan harapannya agar eliminasi TBC di Indonesia tahun 2030 dapat diwujudkan dengan kerjasama yang kuat antara pemerintah dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Yayasan Pejuang Tangguh (PETA) berdiri sejak 15 maret 2013 didirikan oleh sejumlah mantan pasien TB Kebal Obat (TB RO) yang memiliki kepedulian untuk mendampingi, memberdayakan dan mengedukasi pasien TB RO. Lebih jauh PETA juga merupakan salah satu TB Stakeholder dalam konteks provinsi dan nasional untuk mengangkat isu-isu dan kebutuhan pasien TBC RO serta stigma dan diskriminasi yang terjadi pada pasien TB RO.
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
Ully Ulwiyah
Ketua Yayasan Pejuang Tangguh
081298478887