3 Alasan Chelsea Imbang 1-1 dengan Leicester City di Liga Inggris

Info Bola
Info Bola adalah story berita bola hari ini, jadwal terkini, tentang pemain, sepak bola Liga indonesia, Eropa, dan dunia.
Konten dari Pengguna
19 Agustus 2019 13:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Bola tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tammy Abraham dan Caglar Soyuncu berduel. Foto: Reuters/John Sibley
zoom-in-whitePerbesar
Tammy Abraham dan Caglar Soyuncu berduel. Foto: Reuters/John Sibley
ADVERTISEMENT
Dua pekan beruntun Chelsea gagal meraih pekan penuh usai bermain imbang lawan Leicester City di laga kedua Liga Inggris musim 2019/20. Bermain di Stamford Bridge, Minggu malam (18/8), ‘The Blues’ harus rela berbagi poin dengan ‘The Fox’ usai laga berkesudahan 1-1.
ADVERTISEMENT
Skuad arahan Frank Lampard unggul lebih dulu lewat gelandang jebolan akademi klub, Mason Mount, di menit ketujuh. Namun, tim tamu sukses menyamakan kedudukan usai tandukan Wilfred Ndidi pada menit ke-67, menyambut sepakan pojok kiriman James Maddison, menjebol gawang Kepa Arrizabalaga.
Hasil tersebut membuat Chelsea menempati posisi ke-15 klasemen. Buat Frank Lampard, hasil tersebut adalah kegagalan ketiganya meraih kemenangan di kompetisi resmi. Sementara Leicester juga belum meraih kemenangan, mengoleksi dua hasil imbang di peringkat ke-12.
Selepas laga, Lampard menyebut timnya bermain sesuai harapan di 25 menit pertama. Namun, kemudian permainan mulai menurun di sisa pertandingan. Lampard pun memuji, Leicester City sukses membuat tim besutannya berada dalam tekanan.
“Pujian kepada Leicester untuk itu, mereka memberi kami tekanan dan kami tak begitu bagus dalam penguasaan di babak kedua. Kami membiarkan mereka menguasai laga dan memberi rasa seakan mereka masih bisa melawan karena kami tidak mencetak gol kedua,” ucap Lampard.
ADVERTISEMENT
Adapun menurut Lampard, babak kedua Chelsea terlalu banyak membuka ruang untuk Leicester. Sementara tim tamu merupakan tim yang punya serangan balik berbahaya. “Mereka punya penyerang yang bisa mengancam dan itu mengecewakan buat saya, yaitu karena tak bisa mempertahankan permainan seperti di awal laga,” ungkap Lampard.
Berangkat dari sana, berikut tiga alasan hasil laga Chelsea menghadapi Leicester berakhir dengan skor imbang 1-1.
Pemain Chelsea dan Leicester berduel. Foto: Reuters/John Sibley
Langsung tancap gas dan mencetak gol di menit ketujuh, Chelsea memang mendominasi laga di babak pertama. Enam tendangan berhasil dilepaskan skuad arahan Lampard, tiga di antaranya mengarah ke gawang. Sementara Leicester unggul tipis penguasaan bola 51 persen, tapi hanya melepas satu sepakan tanpa ada yang membahayakan Kepa.
ADVERTISEMENT
Namun, babak kedua, segalanya berubah. Leicester jadi tim yang nyaris tak terhentikan di babak kedua. Bahkan, Leicester sejatinya bisa menang telak bila mereka bisa memanfaatkan peluang dengan baik. Pasalnya, 11 tembakan dilepaskan Leicester di babak kedua, tapi hanya tiga yang tepat sasaran.
Pekan lalu, kekalahan 4-0 Chelsea atas Manchester United di Old Trafford lantaran kurangnya fokus jelang akhir babak kedua. Masalah tersebut kemudian kembali terulang kala menghadapi Leicester. Bila gagal mempertahankan fokus selama dua kali 45 menit, tentu Chelsea akan kesulitan di laga-laga berikutnya.
James Maddison vs Cesar Azpilicueta. (foto: Reuters)
Lini bertahan saat ini jadi kelemahan Chelsea, usai Kurt Zouma dan Andreas Christensen pada laga tersebut gagal menangani penyerang yang punya kecepatan. Terbukti, keduanya gagal membendung dua penyerang sayap cepat milik Leicester, James Maddison dan Ayoze Perez.
ADVERTISEMENT
Ricardo Pereira pun turut membantu penyerangan dari sisi kanan, sementara Maddison dan Perez mengacak pertahanan Chelsea di babak kedua lewat skema serangan balik cepat. Bila saja Maddison dan Jamie Vardy mampu memanfaatkan peluang dengan baik, laga bisa berakhir dengan kemenangan Leicester.
Kini, dampak hukuman transfer musim panas mulai terlihat kepada Chelsea. Tiga laga terakhir menjadi bukti ‘The Blues’ butuh tambahan amunisi di daerah pertahanan. Apalagi klub asal London Barat tersebut baru saja kehilangan bek senior mereka, David Luiz, dan tak mendapat pengganti yang sepadan.
Frank Lampard pusing? Foto: Reuters/John Sibley
Saat kalah 4-0 dari Manchester United di pekan perdana dan imbang 2-2 dengan Liverpool di Piala Super Eropa, kekalahan Chelsea tak sepenuhnya merupakan tanggung jawab Lampard. Namun, kali ini manajer ‘The Blues’ tersebut dinilai mengambil keputusan yang tidak tepat, terutama dalam mengganti pemain.
ADVERTISEMENT
Mengganti Olivier Giroud yang lebih mengancam, terutama dalam duel-duel udara, dengan penyerang muda Tammy Abraham jadi salah satu kesalahan Lampard. Alhasil, serangan Chelsea di babak kedua pun jadi lebih tumpul. Mengganti Christian Pulisic dengan Willian dan Jorginho digantikan Mateo Kovacic juga tak punya dampak yang berarti.
Menyusul kegagalan tiga pemain pengganti yang dimasukkan Lampard untuk memberi kontribusi yang berarti, alhasil Leicester semakin mendominasi di babak kedua. Hanya saja, Chelsea beruntung Leicester tak memanfaatkan peluang. Pada laga berikutnya, jelas Lampard harus lebih bijak dalam mengganti pemain. (bob)
Baca lebih banyak informasi mengenai berita artis/berita heboh/info bola/dan lifehack lebih nyaman di aplikasi kumparan.
Download aplikasi Android di sini.
Download aplikasi iOS di sini.
ADVERTISEMENT