Konten dari Pengguna

5 Alasan Manchester United Bisa Comeback Lawan PSG di Liga Champions

Info Bola
Info Bola adalah story berita bola hari ini, jadwal terkini, tentang pemain, sepak bola Liga indonesia, Eropa, dan dunia.
7 Maret 2019 12:32 WIB
clock
Diperbarui 20 Maret 2019 20:08 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Bola tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Eric Cantona, Sir Alex Ferguson dan Ole Gunnar Solskjaer usai menghadapi PSG. (Foto: Dok. Manchester United)
zoom-in-whitePerbesar
Eric Cantona, Sir Alex Ferguson dan Ole Gunnar Solskjaer usai menghadapi PSG. (Foto: Dok. Manchester United)
ADVERTISEMENT
Secara mengejutkan Manchester United bisa melakukan comeback dari defisit dua gol dari Paris Saint-Germain pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions, Kamis dini hari WIB (7/3). Bermain di Parc de Princes, kemenangan 1-3 ‘Setan Merah’ sukses memulangkan ‘Les Parisiens’ dari kompetisi paling bergengsi di benua biru tersebut.
ADVERTISEMENT
Dwigol dari Romelu Lukaku (2’, 30’) dan sepakan penalti Marcus Rashford di menit 90+4 membuat gol Juan Bernat menit 12 tak punya banyak arti. Agregat pun jadi 3-3, United bisa lolos ke babak berikutnya dengan unggul produktivitas gol tandang. Sedangkan PSG bisa mencoba lagi tahun depan.
Sejatinya, Ole Gunnar Solskjaer dihadapkan dengan kondisi sulit menyusul banyak punggawanya. Mereka harus turun tanpa Anthony Martial, Jesse Lingard, Nemanja Matic, Ander Herrera, dan bahkan gelandang andalan mereka Paul Pogba. Empat nama pertama menepi karena cedera, sedangkan Pogba terkena akumulasi kartu.
Alhasil, Solskjaer merombak susunan skuatnya dengan formasi 4-3-3 walau berganti jadi 3-5-2 di tengah pertandingan. Turun dengan Lindelof, Bailly, Smalling dan Shaw di belakang sedangkan Young, Fred, McTominay mengisi lini tengah. Lini depan pun diisi Andreas Pereira, Romelu Lukaku dan Marcus Rashford.
ADVERTISEMENT
PSG masih tanpa Neymar dan Cavani dalam formasi 4-2-3-1, dengan Kylian Mbappe jadi penyerang tunggal dengan Draxler tepat di belakangnya. Di Maria dan Dani Alves jadi sayap kiri dan kanan, sementara Marquinhos dan Verratti jadi double pivot. Adapun Buffon dikawal Bernat, Kimpembe, Thiago Silva, dan Kehrer.
Keputusan Solskjaer sempat dipertanyakan, apalagi ketika Bailly diposisikan sebagai bek kanan. Namun, pada akhirnya skuat arahan pelatih asal Norwegia itu sukses menjawab tantangan hampir mustahil tersebut dengan baik.
Usai laga, dilansir dari situs resmi Manchester United, menurut Solskjaer timnya terinspirasi dari comeback Ajax atas Real Madrid.
“Tahun lalu, ada Real Madrid lawan Juventus, nyaris, tahun sebelumnya lagi ada PSG lawan Barcelona. Kami selalu tahu kalau itu mungkin dan dengan klub ini, itulah yang kami lakukan. Hanyalah Manchester United,” kata Solskjaer.
ADVERTISEMENT
Menyusul kemenangan tersebut, ada lima alasan Manchester United bisa comeback dari ketertinggalan dua gol dari PSG. Berikut lima diantaranya.
1. Pergantian Pemain yang Tepat
Solskjaer di akhir laga Southampton vs United. Foto: REUTERS/Phil Noble
Solskjaer menurunkan tiga bek tengah, Bailly bersama Smalling dan Lindelof. Namun, alih-alih menggunakan formasi tiga bek, United malah tetap dengan empat bek dan menempatkan Bailly di sisi kanan. Kecepatan dan kemampuan fisik jadi bahan pertimbangan Solskjaer saat itu.
Namun, pertimbangan tersebut jadi bumerang. Sisi kanan United jadi bagian yang paling dieksploitasi PSG. Bahkan gol raksasa Liga Prancis tersebut terjadi lantara Eric Bailly gagal mengantisipasi Juan Bernat. Walau begitu, Solskjaer langsung sadar dan mengganti Bailly dengan Dalot yang kemudian tampil brilian. Dari sanalah skema United mulai kembali mulus.
ADVERTISEMENT
2. Pertahanan yang Solid
Usai gol Juan Bernat, PSG kesulitan menembus bek United. Foto: REUTERS/Benoit Tessier
United tampak kebingungan menghadapi serangan cepat PSG pada awal laga, terutama bagian yang dikawal Eric Bailly kerap dieksploitasi. Bek asal Pantai Gading itu pun digantikan Dalot dan sejak itu United jadi sulit ditembus Kylian Mbappe dan kolega.
Victor Lindelof, Chris Smalling dan Ashley Young melaksanakan tugas dengan baik, mengisolasi penyerangan PSG terutama yang dilancarkan Di Maria dan Juan Bernat. Sementara dua bek sayap, Dalot dan Shaw kerap melakukan tusukan yang mengancam pertahanan lawan.
3. Ketenangan MU, Kelengahan PSG
Para pemain Paris Saint-Germain merayakan gol ke gawang Manchester United. Foto: Phil Noble/Reuters
Selain pada leg pertama kalah telak dalam segi taktik, United juga kehilangan ketenangan terutama di lini tengah. Bahkan Paul Pogba harus diusir wasit akibat pelanggaran keras terhadap Dani Alves. Walau sempat lengah di awal babak, armada Solskjaer kemudian bisa bermain dengan tenang dan sukses mengunci leg kedua.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, PSG justru kalah karena kelengahan timnya sendiri. Kehrer yang salah umpan membuat Lukaku membuka keunggulan cepat United. Gol kedua penyerang Belgia tersebut pun datang dari kesalahan yang dilakukan Buffon. Bahkan, gol penalti Marcus Rashford pun lantaran kelengahan Kimpembe yang melakukan handsball.
4. Lukaku Sukses Jadi Ujung Tombak
Selebrasi dari Romelu Lukaku. Foto: REUTERS/Christian Hartmann
Kehilangan Pogba dan Martial, United pun menaruh harapan kepada Lukaku di lini depan. Penyerang asal Belgia tersebut pun membuktikan ketajamannya dalam beberapa laga terakhir, mencetak brace kala menghadapi Crystal Palace dan Southampton. Performa apiknya tersebut kembali muncul dan jadi kuni comeback United dari PSG.
Lukaku bermain apik sejak awal laga. Berawal dari kesalahan umpan Kehrer, Lukaku kemudian mengecoh Thiago Silva dan bisa membobol gawang yang dijaga Buffon saat pertandingan baru jalan dua menit.
ADVERTISEMENT
Sepanjang laga, penyerang berusia 52 tahun tersebut menggunakan kecepatan dan kemampuan fisiknya untuk menembus pertahanan kuat PSG. Hasilnya, usai tendangan keras Rashford gagal ditangkap Buffon, bola muntah disambar Lukaku yang berlari bebas.
5. Keberanian Rashford Mengambil Penalti
Selebrasi dari Marcus Rashford. Foto: Reuters/John Sibley
Sebelum United, tak ada tim yang lolos setelah ketinggalan dua gol tandang di Liga Champions. Namun pada akhirnya PSG jadi tim pertama yang mendapat rekor buruk tersebut. Romelu Lukaku memang jadi aktor utama kemenangan United, tapi Marcus Rashford lah yang mencetak gol kemenangan dengan ketenangannya.
Tak mudah menembakkan penalti pada momen krusial. Tekanan besar jelas harus dipikul penyerang muda tersebut. Apalagi seorang Buffon yang punya pengalaman hebat jadi kiper yang harus ditaklukkannya. Benar saja, Buffon berhasil menebak arah tembakan, tapi tendangan keras Rashford tak masih lebih cepat masuk ke gawang.
ADVERTISEMENT
Keberanian Rashford pun dipuji Solskjaer.
“Tentu, normalnya Paul (Pogba) yang mengambil penalti. Rashford masih 21 (tahun) dan ada tekanan kepada bocah tersebut, tapi tak ada rasa gugup. Tak gentar. Dirinya dan Rom (Lukaku) luar biasa malam ini,” ujar Solskjaer. (bob)