5 Ulasan Menarik Usai Manchester City Memastikan Treble Domestik

Info Bola
Info Bola adalah story berita bola hari ini, jadwal terkini, tentang pemain, sepak bola Liga indonesia, Eropa, dan dunia.
Konten dari Pengguna
19 Mei 2019 15:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Bola tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Para pemain Manchester City merayakan kemenangan menjadi juara Liga Premier. Foto: REUTERS/Toby Melville
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Manchester City merayakan kemenangan menjadi juara Liga Premier. Foto: REUTERS/Toby Melville
ADVERTISEMENT
Musim ini, Manchester City kembali sukses menunjukkan permainan yang berada di atas tim Liga Inggris lainnya. Walau sudah berjuang dengan begitu keras, Liverpool yang sukses meraih 97 poin, hanya kalah sekali dan jadi tim dengan kebobolan paling sedikit, tetap saja mereka kalah berhadapan dengan armada Pep Guardiola yang unggul satu angka.
ADVERTISEMENT
Sukses kompetisi domestik City diperkaya dengan jadi kampiun di Piala Liga Inggris dan yang terbaru, Piala FA. Bertemu Chelsea di final Piala Liga Inggris, City sejatinya berhasil ditahan imbang 0-0 pada waktu normal. Setelah melalui dua kali babak tambahan, skuat Maurizio Sarri akhirnya dipaksa menyerah via penalti dengan skor 3-4.
Sedangkan yang terbaru City sukses menggilas kuda hitam Watford dengan skor 6-0 di final Piala FA. Brace Raheem Sterling dan Gabriel Jesus, serta dua gol lagi lewat David Silva dan Kevin de Bruyne, sukses membantu City melengkapi treble domestik.
Namun prestasi tersebut sejatinya sedikit ternodai oleh kegagalan City di kompetisi Liga Champions. Bertemu Tottenham Hotspur di perempat final, secara mengejutkan City malah jadi tim yang gugur. Buat Guardiola, tentu Liga Champions bakal jadi prestasi yang harus dicapai musim depan.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari kegagalan di Liga Champions, City tetap punya musim yang luar biasa dengan menjadi tim pertama yang meraih treble domestik, menang Liga Inggris, Piala FA, dan Piala Liga Inggris. Berangkat dari sana, berikut ulasan menarik usai City memastikan tiga gelar domestik dalam satu musim.
Guardiola memimpin Manchester City melakoni sesi latihan resmi di Tottenham Hotspur Stadium. Foto: Reuters/John Sibley
Sejak kedatangan Pep Guardiola pada musim panas 2016, Manchester City sukses jadi tim paling berbahaya di Liga Inggris. Pep terbukti sukses menjalankan filosofi sepak bolanya bersama City. Berbagai pemain yang didatangkannya juga sesuai dengan metode pelatih berkepala plontos tersebut.
Bersama Pep Guardiola, City sudah sukses meraih dua gelar Liga Inggris. Kedua gelar tersebut pun sukses dimenangkan City dengan gaya bermain atraktif yang membuat mereka jadi salah satu tim paling berbahaya di dunia. Buktinya, dalam dua musim terakhir, City mencatatkan lebih dari 200 gol di kompetisi domestik.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang membuat pola menyerang City jadi sorotan adalah lantaran Pep menolak untuk mengganti gaya setiap menghadapi tim lain. Performa mereka tersebut mengindikasikan rasa kepercayaan diri yang begitu tinggi dari tiap pemain. Kualitas permainan yang tetap terjaga di setiap laga membuat City layak disebut tim terbaik Liga Inggris saat ini.
Kiper Manchester City, Ederson Moraes. (Foto: Paul Ellis/AFP)
Mahar 34,9 juta pounds dikeluarkan City untuk memboyong Ederson Moraes dua musim yang lalu dipertanyakan oleh publik. Pasalnya, kala itu angka tersebut merupakan harga yang besar untuk seorang kiper. Kini Ederson sukses membuktikan dirinya sebagai salah satu kiper terbaik di dunia dengan selalu tampil solid di bawah mistar.
Berperan sebagai sweeper-keeper, Ederson sering melakukan aksi eksentrik. Kiper asal Brasil tersebut menutup ruang tembak penyerang lawan dengan maju ke depan. Selain refleksinya yang bagus sebagai kiper, kemampuan olah bola Ederson juga luar biasa, dengan jadi pendistribusi bola City dari belakang. Tak khayal dirinya masuk tim terbaik Liga Inggris.
ADVERTISEMENT
Laporte di laga debut bersama City. (Foto: Reuters/Jason Cairnduff)
Biasanya City tak melakukan belanja besar ketika bursa transfer musim dingin, tapi kemudian Aymeric Laporte jadi pemain yang memecah tren tersebut. Datang dari Athletic Bilbao Januari 2018 silam dengan mahar 57 juta poundsterling, Laporte musim ini jadi andalan utama Pep Guardiola di lini belakang.
Selain ketajaman jadi poin utama City musim ini, kedatangan Laporte begitu berkontribusi kepada peningkatan kualitas pertahanan. Punya kemampuan membaca laga, serta bergerak dengan cepat dan melakukan tekel-tekel bersih membuat Laporte jadi kunci pertahanan City. Laporte juga sempat dipercaya jadi bek kiri dan tampil oke, menunjukkan dirinya versatil.
Bernardo Silva pada pertandingan menghadapi Burnley. Foto: Reuters/Jason Cairnduff
Cedera Kevin de Bruyne yang membuatnya absen melulu dimanfaatkan dengan baik oleh Bernardo Silva. Gelandang serang asal Portugal tersebut menunjukkan dirinya sebagai pengganti yang sepadan dari De Bruyne, tampil luar biasa dengan 13 gol dan 13 assist-nya di semua kompetisi.
ADVERTISEMENT
Sejatinya Bernardo Silva didatangkan sebagai suksesor David Silva yang sudah menua, tapi performa Bernardo dalam waktu terbatas di musim pertama kurang memuaskan. Kini, Bernardo malah jadi tandem Silva dan terbukti efektif. Kombinasi kemampuan umpan dan visinya membuat Bernardo jadi salah satu pemain yang sulit diatasi lawan.
Pemain Manchester City, David Silva (kiri) berusaha melewati kiper Tottenham Hotspur, Hugo Lloris dalam leg pertama perempat final Liga Champions di Tottenham Hotspur Stadium, Rabu (10/4). Foto: REUTERS / Peter Nicholls
Setelah semua kesuksesan di kompetisi domestik, Manchester City belum secara resmi mendapat pengakuan di Eropa. Sebab, klub asal kota Manchester tersebut masih belum berhasil mengukirkan namanya di trofi Liga Champions. Musim depan kompetisi tersebut tentu bakal jadi target utama Pep Guardiola.
Dengan gaya permainan bersama Pep, hanya masalah waktu sampai ‘The Citizen’ bisa mendapatkan trofi Liga Champions yang begitu diinginkan. Walau kini City menghadapi sanksi UEFA larangan main di Liga Champions, terkait dengan pelanggaran financial fair play (FPP), musim depan mereka tetap jadi kandidat terkuat peraih ‘si kuping lebar’. (bob)
ADVERTISEMENT
Baca lebih banyak informasi mengenai berita artis/berita heboh/info bola/dan lifehack lebih nyaman di aplikasi kumparan.
Download aplikasi Android di sini.
Download aplikasi iOS di sini.