Kisah Ali Dia, Menipu Banyak Klub Eropa Bermodalkan Nama Besar George Weah

Info Bola
Info Bola adalah story berita bola hari ini, jadwal terkini, tentang pemain, sepak bola Liga indonesia, Eropa, dan dunia.
Konten dari Pengguna
25 November 2020 16:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Bola tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
George Weah saat berseragam AC Milan. Foto:  Claudio Villa /Allsport via Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
George Weah saat berseragam AC Milan. Foto: Claudio Villa /Allsport via Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ali Dia bisa dideskripsikan dengan tiga frase. Ia adalah pesepak bola asal Senegal, sebuah misteri, dan pria yang tampaknya suka menggabungkan cerita fiksi dengan kehidupan nyata.
ADVERTISEMENT
Tidak banyak hal yang bisa diketahui dari pemain yang mengaku sebagai sepupu George Weah, mantan legenda AC Milan yang dianugerahi Ballon d’Or pada 1995 silam.
Namanya terpampang luas di internet. Akan tetapi, kisah Ali bisa mendapatkan tempat di Southampton kini menjadi sebuah cerita yang melegenda.
Jadi, siapakah Ali Dia?
Pertama-tama soal namanya. Nama Ali Dia akan mudah ditemukan di internet. Namun, kemunculannya pertama kali diketahui di Prancis, pemain ini dikenal sebagai Aly Dia.
Pemain ini dikaitkan dengan empat klub Prancis, yaitu Beauvais, Dijon, La Rochelle, dan Saint Quentin selama periode 1988 hingga 1992.
Dilansir dari Bleacher Reports, Federasi Sepak Bola Prancis tidak memiliki catatan perihal Ali sebagai pemain sepak bola profesional yang berasal dari luar negeri.
ADVERTISEMENT
Pada Desember 1993, Ali benar-benar menandatangani kontrak dengan AL Chateaubriant yang bermain di National League Three, setara dengan Divisi 5 Liga Prancis.
Kesepakatan itu bukan untuk bermain, melainkan bekerja 87 jam dalam sebulan untuk tim reserve dengan bayaran Rp 6,4 juta per bulan. Menurut ketua klub, Michel Bonnier, Dia beberapa kali main dengan Tim A dan B di musim 1993/94.
Kemudian pada 1 Agustus 1994, Dia mengundurkan diri dan berlabuh ke Avignon. Menghabiskan tiga bulan di sana dan tak dapat hasil apa-apa.
Masa itu, pemain Afrika menjadi semakin ramai di Prancis, terutama yang berasal dari negara bekas jajahan. Saat itu, Ali memilih untuk pergi ke negara yang tidak berbahasa Prancis dan tiba di Finlandia.
ADVERTISEMENT
Pada 1995, Ia bergabung dengan Finnairin Palloilijat (FinnPa), sebuah klub yang berbasis di Helsinki dan pada 1993 berhasil mendapatkan promosi ke Veikkausliiga, Divisi teratas Liga Finlandia.
Ya, itu merupakan sebuah kemajuan, tetapi hasil itu dicapai dengan cerita dongeng yang terus-terusan ia sebarkan, yaitu tentang hubungannya dengan George Weah.
“Ya, dia menceritakan kisah-kisah itu (tentang George Weah) pada saat itu,” ungkap mantan rekan setimnya, Kalle Lehtinen, dikutip dari Bleacher Report.
Weah adalah nama yang tepat untuk dijadikan referensi. Pada 1995, ia tidak hanya memenangkan Ballon d’Or, tapi juga penghargaan pemain terbaik FIFA.
George Weah saat berseragam AC Milan. Foto: Claudio Villa /Allsport via Getty Images
Sejak saat itu, klub-klub di Eropa mulai tertarik dengan potensi pemain Afrika, tapi memeriksanya bukan hal yang mudah karena internet belum begitu canggih. Sebagian besar informasi biasanya datang dari pihak ketiga.
ADVERTISEMENT
Klub semi-profesional Finlandia sudah pasti tidak bisa memastikan kalau Ali benar-benar sepupu George Weah. Hal ini tentu memberinya banyak keuntungan.
Sebagai pemain luar negeri dan silsilah dengan pemain legenda, Ali menjadi salah satu penerima bayaran terbesar, yaitu 250 pounds atau Rp 4,7 juta per pekan. Sementara, pemain lainnya hanya mendapat seperlimanya.
Ali menjalani debut di Liga Finlandia kala bertandang ke Haka, 30 April 1995, dan hanya bermain lima kali selama memperkuat FinnPa dan kebanyakan tidak memberikan pengaruh apa-apa kepada permainan tim.
Saat menjadi starter dalam laga tandang melawan Ilves, 15 Juni 1995. Menurut surat kabar Finlandia, Helsingin Sanomat, Ali bahkan terjebak offside hingga 10 kali dan menghabiskan sebagian besar permainan untuk merusak serangan timnya sendiri.
Ali Dia kala berseragam Southampton. Foto: Sky Sports
Pada 21 Juni 1995, Ali membuat penampilan kelima sekaligus terakhirnya melawan Jaro. Masuk dari bangku cadangan pada menit ke-81, tetapi, sekali lagi, tidak banyak berpengaruh.
ADVERTISEMENT
Selain satu kartu kuning, ia tidak berhasil mencatatkan apa-apa lagi selama mengenakan seragam nomor 18 di FinnPa. Setelah itu, Ali kembali menghilang.
Dia muncul kembali di Finlandia, masih memanfaatkan silsilahnya dengan George Weah, dan menandatangani kontrak dengan PK-35, sebuah klub dari Kakkonen yang saat itu berada di Divisi 2 Divisi Timur.
Dia mencetak satu gol dalam tiga pertandingan, lalu pergi lagi.
Pada musim gugur 1995, Ali Dia tiba di Jerman dan bergabung dengan VfB Lubeck. Seperti FinnPa, Lubeck baru saja mendapatkan promosi ke Divisi 2 Liga Jerman.
Ali Dia. Foto: Newsteam
Berseragam VfB Lubeck, Dia bermain dalam dua pertandingan melawan Hannover 96 dan VfB Leipzig. Performanya tetap tidak menunjukkan apa-apa dan kariernya di Jerman berakhir.
ADVERTISEMENT
Ali Dia kemudian Hijrah ke Inggris. Menjalani uji coba dengan beberapa klub seperti Gillingham, Rotherham United, dan klub non-liga, Blyth Spartans.
Pada 9 November 1996, Ali bermain dari bangku cadangan saat Spartans kalah 1-2 di kandang dari Boston United. Lalu, sekali lagi, Dia menghilang.
Lalu, pada 22 November 1996, Ali Dia bergabung dengan Southampton dan sehari kemudian menjalani debutnya menggantikan Matt Le Tissier saat melawan Leeds United.
Hanya 14 hari setelah tiba, ia malah sudah pergi. Kontrak satu bulannya di Southampton telah diputus di tengah jalan.
Pada 13 Desember 1996, Ali kemudian menandatangani kontrak dengan Gateshead hingga akhir musim. Ia memainkan debutnya kala bertamu ke Bath City, di mana ia menciptakan satu assist untuk kemenangan 5-0 Gateshead.
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya, Sunday Mirror mengungkapkan penipuannya kepada Bournemouth, Gillingham, dan Port Vale. Penipuan yang dimaksud tak lain adalah dengan menggunakan trik sebagai sepupu George Weah.
Namun, tentu saja Ali menyangkal semua klaim itu dan mengatakan kalau fakta itu sebuah kebohongan. Selanjutnya, Dia kembali bermain untuk Gateshead enam hari kemudian
Setelah beberapa laga, Ali bahkan tak terlihat di bangku cadangan. Ketika Richardson dipecat sebagai pelatih Gateshead dan digantikan Jim Platt, Ali Dia tidak pernah dimasukkan dalam skema pelatih asal Irlandia itu.
Ali Dia kemudian dimasukkan dalam bursa transfer dan seperti yang sudah-sudah, menghilang lagi. Hingga saat ini, Ali Dia pun dikenang sebagai pemain yang menyebarkan hoaks terbesar sepanjang sejarah sepak bola.
ADVERTISEMENT