Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Persikad Depok, Sinar yang Semakin Redup
4 Agustus 2018 9:22 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari Info Bola tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pemain Persikad, Agwa Aliba(kanan) melakukan protes terhadap wasit setelah pertandingan melawan PSCS.(ANTARA/Idhad Zakaria)
ADVERTISEMENT
Persatuan Sepakbola Kota Administrasi Depok (PERSIKAD) didirikan oleh Drs. H. Yuyun Wirasaputra pada tahun 1990. Persikad dibangun dengan tujuan mengembangkan talenta sepakbola Depok dan menjauhkan pengaruh ‘makar’ dari Kabupaten Bogor. Klub yang bermarkas di Stadion Merpati ini hampir dipromosikan ke Divisi Utama jika sistem Liga Indonesia tidak berubah menjadi Liga Super Indonesia pada 2007.
Depok berdiri menjadi Kota Madya Daerah Tingkat II sejak 27 April 1999. Pembangunan pun mulai dilaksanakan, termasuk di bidang olahraga. Persikad saat itu terus mencoba konsisten untuk memenangkan setiap pertandingan yang dilakoni. Sejauh ini, prestasi Persikad hanya mencapai Final Divisi Satu pada tahun 2007. Pada laga yang dihelat di Stadion Manahan Solo tersebut, Persikad takluk oleh Persibo Bojonegoro dengan skor tipis 1-0.
ADVERTISEMENT
Persikad berpeluang masuk ke Divisi Utama pada tahun 2007. Sayangnya, PSSI merubah regulasi dari Liga Indonesia menjadi Liga Super Indonesia. Perubahan tersebut membuat Persikad gagal untuk berkancah di liga teratas di Indonesia itu. Saat itu, hampir seluruh masyarakat Depok kecewa atas kenyataan yang harus mereka terima.
Masalah finansial menimpa Persikad pada tahun 2009 semenjak Pemkot Depok tak lagi mengurus Persikad karena sudah diakuisisi oleh PT. Persikad. Saat krisis tersebut, Edy Joenardi membeli separuh saham PT.Persikad dan hal ini memberikan angin segar bagi manajemen klub. Sempat muncul isu bahwa Edy akan memboyong bintang Persija Jakarta seperti Bambang Pamungkas, Aliyudin, dan Ismed Sofyan.
Dari 2009 sampai 2014, Persikad konsisten ada di Divisi Utama. Pada 2014, Persikad lolos dari degradasi setelah menempati posisi 6 di grup 2. Hal ini merupakan sebuah keajaiban karena klub asal pinggir ibukota itu berada 1 posisi diatas Persitara yang memiliki poin sama namun kalah selisih gol.
ADVERTISEMENT
Meskipun selalu konsisten di kompetisi Divisi Utama, masalah keuangan menjadi pekerjaan rumah yang tak pernah terselesaikan bagi Persikad. Jumat siang, 20 Februari 2015 menjadi kabar duka bagi Depok Mania(Suporter Persikad) karena Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi bersama PNS penggila bola telah mengakuisisi Persikad Depok. Bukan hanya mengakuisisi, Pemkab Purwakarta kabarnya juga merubah sejarah Persikad Depok. Saat itu, nama Persikad Depok berubah menjadi Persikad Purwakarta.
Dilantiknya Idris Abdul Shomad menjadi Walikota menggantikan H. Nur Mahmudi Ismail membawa angin segar bagi masyarakat Kota Depok. Pasalnya, Idris mengembalikan Persikad untuk bermain lagi di Stadion Merpati. Sejak saat itu, Idris dijuluki sebagai Bapak Sepakbola. Stadion Merpati pun menjalani proses renovasi tribun untuk persiapan menghadapi kompetisi.
ADVERTISEMENT
Persikad Depok dahulu pernah diisi pemain-pemain ternama seperti Yusuke Sasa, Nana Onana, Nehemia Solossa, Ortizan Solossa, Jean-Paul Boumsong, hingga Muhammad Roby. Namun, pemain-pemain tersebut perlahan pergi seiring masalah yang terus merundung Persikad Depok.
Kini, Persikad Depok bermain di Liga 3 setelah pada 2017 mereka terdegradasi dari Liga 2. Pemkot Depok pun kini terlihat setengah-setengah untuk membangun kembali citra sepakbola Kota Depok seperti dulu.