Konten dari Pengguna

Profil Malcolm Glazer: Dari Penjual Jam Tangan hingga Beli Man United

Info Bola
Info Bola adalah story berita bola hari ini, jadwal terkini, tentang pemain, sepak bola Liga indonesia, Eropa, dan dunia.
3 Mei 2021 17:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Bola tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Demo suporter Manchester United di Old Trafford, Manchester, Inggris. Foto: Carl Recine/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Demo suporter Manchester United di Old Trafford, Manchester, Inggris. Foto: Carl Recine/Reuters
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada Minggu (2/5), Old Trafford diserbu para fan Manchester United yang geram terhadap pemilik klub, Keluarga Glazer, yang dianggap sebagai biang keladi bobroknya 'Setan Merah'.
ADVERTISEMENT
Buntut dari aksi tersebut adalah penundaan laga pekan ke-34 Liga Inggris 2020/21 antara Manchester United vs Liverpool yang sejatinya dihelat pada Minggu (2/5) malam WIB.
Usut punya usut, ada dua faktor utama yang menyebabkan mobilisasi masa ke Old Trafford. Pertama, kelompok pendukung MU, Manchester United Supporters Trust (MUST) menyatakan bahwa unjuk rasa ini adalah bentuk perlawanan pada Keluarga Glazer.
Untuk alasan kedua, MUST mempermasalahkan Keluarga Glazer yang tak bersikap simpatik terhadap fan. Pasalnya, Glazer nyaris 'menjual' MU ke pentas European Super League (ESL) pada pertengahan April 2021.
Lantas, siapa sebenernya Malcolm Glazer dan bagaimana kiprah Keluarga Glazer selama ini?
Malcolm Irving Glazer, pengusaha AS yang memberli Manchester United secara bertahap pada 2003 hingga 2005. Foto: Al Messerschmidt/Getty Images
Malcolm Irving Glazer lahir di Rochester, New York pada 15 Agustus 1928. Dia merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara yang merupakan buah hati dari pasangan imigran Yahudi Lithuania, Abraham dan Hannah Glazer.
ADVERTISEMENT
Setibanya di AS, ayah Glazer membuka bisnis suku cadang jam tangan dan juga perhiasan, Gem Jewelry. Glazer yang dekat dengan sang ayah mulai memperhatikan cara kerja bisnis tersebut sejak umur 8 tahun.
Pada saat ayahnya wafat, Glazer yang berusia 15 tahun kemudian terjun ke dunia bisnis. Dipaksa keadaan, dia pun menjual jam tangan dari pintu ke pintu untuk membantu menghidupi keluarganya.
"Kematian ayah [Abraham] mungkin adalah hal paling tragis yang pernah terjadi dalam hidup saya, tetapi di satu sisi itu adalah hal yang baik. Karena itu menjadikan saya seorang pria," ucap Glazer dikutip dari Reuters.
Malcolm Glazer. Foto: REUTERS
Untuk urusan akademik, Glazer tercatat sempat kuliah di Sampson College di Romulus, New York. Dia kuliah pada siang hari dan malamnya bergegas untuk berjualan jam tangan.
ADVERTISEMENT
Akibatnya dia mencatatkan prestasi yang kurang baik di bangku perkuliahan. Glazer pun hanya bertahan selama 6 minggu sebelum akhirnya memutuskan berhenti kuliah dan memfokuskan diri untuk berbisnis.
Titik balik dalam hidupnya terjadi pada 1936 ketika bertemu seorang teman yang memberinya izin untuk membuka tempat perbaikan jam tangan di Pangkalan Angkatan Udara Sampson, AS.
Setelah pangkalan ditutup pada 1956, Glazer memperluas bisnisnya ke bidang real estat. Awalnya ia berinvestasi pada sebuah rumah keluarga tunggal di Rochester dan kemudian berkembang menjadi real estat komersial di AS.
Malcolm Glazer merayakan kemenangan Tampa Bay Buccaners di Super Bowl XXXVII pada 2003 lalu. Foto: David J. Phillip/AP Photo
Ketika terjun ke dunia real estate, Glazer bertemu dengan tambatan hatinya, Linda. Setelah berpacaran untuk beberapa tahun, keduanya pun menikah pada 1961 dan dikarunia 6 orang anak, 5 putra dan 1 putri.
ADVERTISEMENT
Bisnisnya pun semakin sukses dan meluas, Glazer kemudian mengekspansi berbagai bidang, seperti bank, fasilitas kesehatan, dan industri media. Sampai pada akhirnya dia mendirikan perusahaan induk untuk seluruh bisnisnya pada 1984.
Perusahaan tersebut bernama First Allied Corporation di mana dia menjabat sebagai presiden sekaligus CEO. Perusahaan besutannya berinvestasi dalam beragam portofolio internasional dan perusahaan publik seperti, Zapata Corporation, Harley-Davidson, Formica, dan Tonka.
Sayang, pada puncak kejayaan bisnisnya itu, Glazer gagal membeli sebuah perusahaan kereta barang milik pemerintah, Conrail. Namun, kegagalannya tersebut malah berbuah perhatian dari dunia bisnis AS.
Malcolm Glazer. Foto: Lisa Nipp/REUTERS
Sementara, untuk kiprah Glazer di dunia olahraga baru dimulai pada 1995 ketika membeli klub NFL, Tampa Bay Buccaners seharga USD 192 juta (sekitar Rp2,7 triliun). Jumlah tersebut menjadi rekor liga pada saat itu.
ADVERTISEMENT
Sejak berada di bawah kepemilikan Keluarga Glazer, klub telah mengalami peningkatan drastis dengan memenangkan 131 pertandingan musim reguler, mendapatkan tujuh tempat playoff, dan memenangkan Super Bowl XXXVII serta Super Bowl LV.
Terlepas dari urusan bisnis, Malcolm Glazer ternyata juga terlibat dalam kegiatan amal. Dia membentuk Glazer Family Foundation pada 1999 yang didedikasikan untuk membantu masyarakat yang ada di Tampa Bay, AS.

Kisah Keluarga Glazer dan Manchester United

Sir Bobby Charlton bersama ketiga anak Malcolm Glazer, Bryan (kiri), Joel (kedua dari kanan), dan Avram Glazer (kanan). Foto: Matthew Peters/Man Utd via Getty Images
Sukses bersama klub NFL, Glazer melancong ke Inggris dan membeli Manchester United senilai 790 juta poundsterling (sekitar Rp15,7 triliun). Dia membeli saham klub secara bertahap sejak 2003-2005.
Sayang, kedatangan Glazer diprotes oleh sebagian besar penggemar 'Setan Merah' karena masalah keuangan. Keluarga Glazer dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab atas banyaknya utang yang dimiliki MU.
ADVERTISEMENT
Sejak kedatangan Keluarga Glazer, United memang menjadi klub kaya-raya. Ditambah, saat itu dibarengi dengan kedatangan Ed Woodward yang tadinya bekerja di JP Morgan.
Sebagai informasi, Woodward inilah yang pada awalnya meminta Malcolm untuk membeli saham United. Kemudian Malcolm membutuhkan Woodward sebagai Kepala Media dan Promosi Manchester United.
Namun, saat Malcolm Glazer menderita stroke pada April 2006, putranya, Joel dan Avram, ikut mengambil alih kebijakan klub sehari-hari. Glazer pun wafat pada 28 Mei 2014 di usianya yang ke-85 tahun.
Spanduk anti-Glazer di Old Trafford. Foto: AFP/Andrew Yates
Sepeninggalan Malcolm Glazer, MU tetap dimiliki oleh Keluarga Glazer dengan 90 persen saham klub dibagi rata di antara keenam anaknya.
Keenam anak Malcolm Glazer adalah Avram Avi Glazer, Bryan Glazer, Joel Glazer, Kevin Glazer, Darcie Glazer, dan terakhir Edward Glazer. Meski keenam anaknya sama-sama memiliki saham di Manchester United, tapi 3 nama pertama merupakan orang yang berperan penting dalam kebijakan klub selama ini.
ADVERTISEMENT