Konten dari Pengguna

Jangan Anggap Remeh Perut Buncit Pada Lansia

Info Geriatri
Geriatri.id memberikan informasi dan edukasi mempersiapkan diri dalam menyongsong usia lanjut serta memahami orang tua kita dalam bentuk artikel dan video. Geriatri.id dipandu oleh sejumlah dokter subspesialis geriatri.
28 Desember 2020 6:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Geriatri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Perut buncit pada lansia bisa menjadi tanda awal dari gangguan kesehatan seperti liver.

Ilustrasi lansia dan obesitas/Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lansia dan obesitas/Pixabay
ADVERTISEMENT
Geriatri.id--Lansia cenderung lebih banyak menyimpan lemak, dibandingkan anak muda sehingga perut mudah terlihat buncit. Tapi oma dan opa harus waspada, perut buncit pada lansia dapat menjadi tanda awal dari gangguan kesehatan seperti liver. Jangan anggap remeh perut buncit.
ADVERTISEMENT
Kewaspadaan perut buncit pada lansia itu diungkapkan dr. Dina Aprilia Ariestine, M.Ked(PD), Sp.PD, K-Ger. dalam webinar Jumat 11 Desember 2020. Sebanyak 21% populasi dewasa di Indonesia mengalami kelebihan berat badan (overweight). Indonesia menduduki posisi lima besar di antara negara di Asia Tenggara, setelah Malaysia (44.2%), Thailand (32.2%), Singapura (30.2%), dan Filipina (26.5%).
Perut buncit dapat menjadi tanda awal dari gangguan liver. Gangguan liver merupakan bentuk awal dari sindroma metabolik yang kerap dialami oleh orang dewasa dan lanjut usia.
Sindroma metabolik adalah sekumpulan gejala abdominal, dyslipidemia, hiperglikemia, dan hipertensi. Sindroma metabolik juga menjadi salah satu faktor penting tercetusnya penyakit jantung, demensia, dan Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) pada wanita.
Sindroma metabolik dapat dilihat dengan terpenuhinya minimal tiga dari kriteria, kriteria disesuaikan dengan jenis kelamin dan kondisi penyerta pada masing-masing individu.
ADVERTISEMENT
Kejadian ini dapat dicegah dengan mempertahankan berat badan BMI <25 kg/m2, diet seimbang rendah lemak jenuh, kolestrol jahat (LDL), kurangi merokok dan alkohol, serta suplementasi hepatoprotektor mungkin akan membantu dalam pencegahan dan perburukan perjalanan penyakit.
Beberapa tanda gangguan liver yang bisa dengan mudah disadari adalah mudah lelah dan tampak pucat, warna kuning pada sklera (bagian putih mata) dan kulit, feses berwarna pucat, urin berwarna teh, pembengkakan pada kedua tangan dan kaki, pada beberapa kasus bisa ditemukan juga kejadian mudah memar.
Perut buncit pada dewasa dan lanjut usia pun perlu dicurigai sebagai salah satu bentuk dari obesitas sentral, dilihat dari ukuran lingkar perut.
Namun tidak semua perut buncit adalah bentuk dari obesitas sentral. Banyak kondisi medis lain yang bisa menyebabkan bertambahnya lingkar perut seperti penumpukan lemak karena pola makan tinggi lemak dan kurang olah raga, ascites (adanya cairan bebas di rongga perut), adanya keganasan, dan gangguan pada liver yaitu infeksi hati (hepatitis tipe apapun) dan perlemakan hati.
ADVERTISEMENT
Perlemakan hati (fatty liver) dibagi menjadi dua tipe secara umum antara lain karena alkohol (Alcoholic Fatty Liver Disease) atau diet tinggi lemak jenuh (Non-alcoholic Fatty Liver Disease -NAFLD). NAFLD banyak ditemukan pada dewasa dan lanjut usia, beberapa faktor yang turut berpengaruh adalah kurangnya aktivitas fisik, pemilihan menu makanan yang rendah serat tinggi lemak jenuh.
Penulis dr. Janice Emmanuella
Sumber: Geriatri.id