Jangan Maklum dengan Kerentaan Saat Lansia

Info Geriatri
Geriatri.id memberikan informasi dan edukasi mempersiapkan diri dalam menyongsong usia lanjut serta memahami orang tua kita dalam bentuk artikel dan video. Geriatri.id dipandu oleh sejumlah dokter subspesialis geriatri.
Konten dari Pengguna
6 Januari 2021 8:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Geriatri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Masalah umum pada proses menua adalah penurunan fungsi fisiologis dan kognitif yang bersifat progresif serta peningkatan kerentanan lansia pada kondisi sakit.

Foto ilustrasi lansia/pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Foto ilustrasi lansia/pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Geriatri.id--Proses menua alias menjadi lansia merupakan proses alamiah yang terjadi terus menerus dan dimulai sejak manusia dilahirkan. Masalah umum pada proses menua adalah penurunan fungsi fisiologis dan kognitif yang bersifat progresif serta peningkatan kerentanan lansia pada kondisi sakit.
ADVERTISEMENT
Laju dan dampak proses menua berbeda pada setiap individu karena dipengaruhi faktor genetik serta lingkungan. Untuk itu, jangan memaklumi kerentaan pada lansia.
“Menua itu normal, sehat itu pilihan,” ujar dr. Lazuardhi Dwipa, SpPD-KGer, Ketua Divisi Geriatri RS Hasan Sadikin Bandung dalam acara webinar yang digelar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi) Jawa Barat dan Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (Pergemi) Bandung, beberapa waktu lalu.
Faktor genetik sebagai proses alami manusia tidak bisa dimodifikasi. Artinya, usia bertambah dan kemampuan fungsi tubuh akan terus berkurang. Tetapi, kata Lazuardhi, proses menua pun bisa dipengaruhi faktor yang bisa dimodifkasi.
Ia mencontohan anak kembar identik yang ternyata berbeda secara fisik dan kondisi tubuhnya setelah memasuki usia lanjut. Satu orang terlihat sehat dengan rambut masih hitam. Sementara kembarannya terlihat lebih banyak keriput dan rambutnya memutih. “Karena itu ada faktor yang bisa diikhtiarkan atau dimodifikasi.”
ADVERTISEMENT
Faktor yang bisa diikhtiarkan atau bisa dimodifikasi itu antara lain hidup sehat, olahraga teratur, makanan bergizi berimbang, tidak merokok, istirahat yang cukup, dan pandai mengelola stress. “Kalau tidak dilakukan, proses menua bisa datang lebih cepat,” kata Lazuardhi.
Kerentaan dapat mengakibatkan berbagai risiko, seperti terjatuh, infeksi, disablitas, dan hospitaliasi/tirah baring. Lazuardhi mengutip penelitian mengenai pasien geriatri di Indonesia yang menyebutkan bahwa 68 persen pasien geriatri karena masalah nutrisi.
Lalu, bagaimana mengenali kerentaan? Setidaknya ada lima faktor yang bisa mengukur kerentaan. Pertama, kekuatan otot. Lansia renta tidak mampu naik 10 anak tangga. Kedua, kalau beraktivitas sering merasa kelelahan. “Bisa jadi gampang lelah juga karena keadaan psikologis,” kata Lazuardhi. (Baca juga: Yuk Mengenal Apa Itu Frailty)
ADVERTISEMENT
Ketiga, munculnya berbagai penyakit seperti hipertensi, diabetes, kanker, penyakit paru kronis, serangan jantung, gagal jantung kongesif, nyeri dada, asma, nyeri sendi, stroke, danpenyakit ginjal. Keempat, kemampuan berjalan. Lansia renta akan kesulitan berjalan 100-200 meter. Kelima, hilangnya berat badan lebih dari 5 persen dalam setahun.
“Kalau sudah melihat lima gejala itu, jangan dianggap normal. Segera konsultasikan dengan dokter,” ujar Lazuardhi.
Selain mengenali kerentaan (frailty), penurunan fungsi otot (sarkopenia) pun dapat dikenali dengan berbagai cara. Misalnya, tidak mampu mengangkat beban 5 kilogram, kesulitan berjalan melintasi ruangan, kesulitan bangkit dari kursi atau tempat tidur, kesulitan menaiki 10 anak tangga, dan sering terjatuh.
Beberapa hal yang mesti diperhatikan bagi lansia dengan frailty dan sarkopenia antara lain asupan protein, latihan fisik, vitamin D, serta pengobatan penyakit dasar. “Kebutuhan protein lansia itu tinggi,” kata Lazuardhi.
ADVERTISEMENT
Sumber: Geriatri.id