Konten dari Pengguna

Lansia dan Gangguan Kecemasan di tengah Pandemi Covid-19

Info Geriatri
Geriatri.id memberikan informasi dan edukasi mempersiapkan diri dalam menyongsong usia lanjut serta memahami orang tua kita dalam bentuk artikel dan video. Geriatri.id dipandu oleh sejumlah dokter subspesialis geriatri.
1 Januari 2021 6:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Geriatri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Sejauh mana kecemasan lansia itu bisa dianggap normal dan bukan sebagai gangguan?

Ilustrasi lansia yang mengalami gangguan kecemasan di tengah pandemi Covid-19/Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lansia yang mengalami gangguan kecemasan di tengah pandemi Covid-19/Pixabay
ADVERTISEMENT
Geriatri.id--Di masa pandemi Covid-19 ini, lansia yang kerap disebut kelompok rentan kemungkinan akan menghadapi kecemasan. Sejauh mana kecemasan lansia itu bisa dianggap normal dan bukan sebagai gangguan?
ADVERTISEMENT
Dr dr I Dewa Putu Pramantara, SpPD, K-Ger, FINASIM dari Klinik Geriatri RSUP Dr Sardjito Yogyakarta mengatakan kecemasan itu bisa jadi normal pada kehidupan. Misalnya cemas terhadap sesuatu, masa depan keluarga, diri sendiri dan sebagainya.
“Ketika cemas tersolusikan, kecemasan akan hilang. Dan itulah normal. Kecemasan kadang bisa membuat seseorang lebih maju,” kata dokter Dewa dalam webinar bertajuk Kecemasan pada Lansia beberapa waktu lalu.
Kecemasan pada lansia bisa berubah menjadi gangguan karena berbagai faktor seperti pandemi covid-19 sekarang. Kecemasan pada lansia ketika pandemi ini, misalnya,, sama sekali tidak mau ke luar rumah dan kontak fisik.
“Di masa pandemi ini, penyebab kecemasan belum hilang jadi belum tentu disebut kecemasan berlebihan meski sudah lebih dari 6 bulan,” kata Dewa.
ADVERTISEMENT
Kecemasan adalah salah satu dari spektrum gangguan emosi yang meliputi gabungan antara kognitif, emosi (perasaan), dan disfungsi fisik. Spektrum gangguan emosi itu mencakup gangguan emosi umum, gangguan emosi khusus (fobia, obsesif kompulsif, panik, post traumatik), gangguan tidur, gagal pulih, depresi, gangguan bipolar.
Kecemasan yang berlebihan disertai ketegangan motorik dan sikap kehati-hatian yang sangat berlebihdan dan berlangsung lebih dari 6 bulan. Gejalanya: ketegangan motorik, hiperaktivitas otonom, dan kehatian-hatian berlebihan.
Kecemasan lansia bisa berupa kecemasan primer. Kecemasan ini terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Ada juga kecemasan onset baru atau sekunder yang biasanya berkaitan dengan kondisi kesehatan. Misalnya penyakit yang tidak sembuh-sembuh, kualitas hidup yang terus menurun, dan manifestasi efek samping obat tertentu.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa kasus, ada lansia yang tidak menyadari atau tak mengakui adanya gangguan kecemasan. Dari pengalamanan dokter Dewa, lansia sulit untuk mengatakan bahwa dirinya sedang mengalami kecemasan. “Jadi tidak mudah menghadapi gangguan kecemasan lansia,” kata Dewa.
Kecemasan bisa berpengaruh terhadap perawatan medik seperti somatisasi, hipokondri, penurunan status fungsional, serangan akut, gejala hipertensi, gejala kulkus lambung, dan iritabel usus. Kecemasan juga dapat menimbulkan komplikasi lain seperti alkoholisme, insomnia, depresi, dan percobaan bunuh diri.
Dr. dr. Probosuseno, Sp. PD K-Ger, FINASIM menambahkan beberapa riset menyebutkan pendekatan spiritual sangat bagus untuk menghindari kecemasan seperti doa, dzikir, seni, gerak badan, silaturahmi, dan menyibukkan diri. Probosuseno mengatakan solusi mengatasi kecemasan dapat dengan cara latihan pasrah diri.
ADVERTISEMENT
Berikut cara latihan Pasrah diri
Sumber: Geriatri.id