Konten dari Pengguna

Osteoarthritis pada Lansia, Bagaimana Gejala dan Penanganannya?

Info Geriatri
Geriatri.id memberikan informasi dan edukasi mempersiapkan diri dalam menyongsong usia lanjut serta memahami orang tua kita dalam bentuk artikel dan video. Geriatri.id dipandu oleh sejumlah dokter subspesialis geriatri.
5 Januari 2021 6:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Geriatri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Secara sederhana, osteoarthritis adalah nyeri sendi yang sering dialami lansia.

Ilustrasi gangguan nyeri sendi atau osteoarthritis pada lansia/Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gangguan nyeri sendi atau osteoarthritis pada lansia/Pixabay.
ADVERTISEMENT
Geriatri.id--Secara sederhana, osteoarthritis adalah nyeri sendi yang sering dialami lansia. Beberapa faktor risiko yang turut berperan terhadap kejadian osteoarthritis adalah usia di atas 50 tahun, berjenis kelamin perempuan, dan berat badan berlebih atau kegemukan.
ADVERTISEMENT
Pekerjaan sehari-hari yang memerlukan gerakan jongkok atau bungkuk berulang, riwayat cidera sendi sebelumnya, dan riwayat keluarga dengan penyakit sama pun dapat memicu osteoarthritis.
Diagnosis untuk osteoarthritis sendiri dapat dicurigai apabila seseorang yang telah berusia lebih dari 40 tahun, mengalami nyeri di jari-jemari, bahu, pinggang, lutut dan pergelangan kaki. Beberapa penyakit lain dengan gejala menyerupai osteoarthritis antara lain seperti Rheumatoid Arthritis (RA), Gout dan pseudogout, trauma, septic arthritis, ankylosing spondylitis, dan banyak lainnya. (Baca juga: Pijat Kurangi Nyeri Akibat Reumatik pada Lansia)
Beberapa gejala yang sering ditemui pada osteoarthritis antara lain rasa nyeri yang memberat di penghujung hari yang kemudian membaik ketika bagian yang nyeri diistirahatkan, ditemukan juga nyeri tekan dan bengkak pada sendi-sendi, hingga bisa ditemukan pembesaran tulang pada OA stadium lanjut ataupun OA yang berlangsung lama.
ADVERTISEMENT
Seseorang dengan OA juga akan mengalami kesulitan terutama pada saat menuruni anak tangga, atau ketika melakukan gerakan menekukan sendi-sendi, hingga pada akhirnya mengalami keterbatasan gerak dalam kehidupan sehari-hari.
Pemeriksaan foto polos (rontgen) pada pasien dengan OA tidak diharuskan, karena tidak selalu berkorelasi dengan gejala yang dialami, namun foto polos dapat membantu menegakan derajat keparahan dari OA itu sendiri yang ditandai dengan adanya penyempitan celah sendi, pembentukan osteofit, dan sklerosis subkondral. Penggunaan foto polos dapat membantu menentukan apakah pasien dengan OA membutuhkan operasi penggantian sendi atau tidak.
Pengobatan pasien dengan OA tentu harus dilakukan ketika pasien sudah berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Beberapa obat yang dapat digunakan antara lain adalah obat golongan asetaminofen, obat-obat topikal, serta tai-chi yang terbukti efektif mengurangi rasa nyeri pada pasien dengan OA.
ADVERTISEMENT
Selain obat-obatan, penurunan berat badan hingga indeks massa tubuh kembali di range normal di juga sangat dianjurkan pada pasien OA dengan berat badan berlebih, karena salah satu faktor pencetusnya adalah repetitive weight-bearing activities (termasuk berat badan berlebih dan gerakan berulang bungkuk, jongkok, mengangkat benda berat). Olah raga sepeda statis dan berenang dianjurkan pada pasien OA.
Penggunaan injeksi asam hyaluronat tidak efektif terhadap pengobatan OA, sementara konsumsi suplemen yang mengandung glukosamin dengan atau tanpa kondroitin juga tidak terbukti efektif pada penelitian yang sudah dilakukan.
Referensi
Osteoarthritis: Rapid Evidence Review - American Family Physician [Internet]. Available from:https://www.aafp.org/afp/2018/0415/p523.html#afp20180415p523-t1
Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Prevalence of doctor-diagnosed arthritis and arthritis-attributable activity limitation—United States, 2010–2012. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 2013;62(44):869–873
ADVERTISEMENT
*Penulis: dr. Janice Emmanuella
Sumber: Geriatri.id