Gejala dan Cara Meredakan Sakit Saat Menstruasi

Konten dari Pengguna
14 Februari 2020 22:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://www.womenshealth.gov/menstrual-cycle/premenstrual-syndrome
zoom-in-whitePerbesar
https://www.womenshealth.gov/menstrual-cycle/premenstrual-syndrome
ADVERTISEMENT
Pengertian PMS
Premenstrual Syndrome atau sering disebut dengan PMS adalah kombinasi perubahan fisik dan emosi yang terjadi pada perempuan setelah terjadinya proses ovulasi atau keluarnya sel telur yang sudah masak dari ovarium di rahim. Proses ini terjadi menjelang menstruasi datang. Beberapa peneliti mengidentifikasi, setelah terjadi proses ovulasi, kadar hormon estrogen dan progesteron cenderung turun secara signifikan jika tidak terjadi kehamilan. Pada umumnya, gejala PMS akan menghilang beberapa hari setelah menstruasi, tepatnya ketika kadar hormon estrogen dan progesteron naik secara perlahan.
ADVERTISEMENT
Memang tidak semua perempuan mengalami gejala PMS. Sebagian hanya mengalami gejala PMS ringan dan sebagian lagi mengalami gejala PMS yang cukup mengganggu aktivitas harian. Beberapa institusi atau negara memperbolehkan pegawai perempuan untuk cuti kerja ketika gejala PMS datang dan dirasa mengganggu aktivitas harian.

Gejala-Gejala PMS

Gejala paling umum biasanya berupa cemas berlebihan, perubahan mood yang signifikan, depresi, gampang marah, nafsu makan meningkat, susah tidur, susah konsentrasi, dan perubahan libido. Selain itu, selama PMS akan terjadi perubahan fisiologis seperti nyeri otot, sakit kepala, dan gampang lelah. Pada beberapa perempuan juga akan muncul jerawat, payudara mengeras, sembelit, dan naiknya berat badan karena penyerapan cairan di dalam tubuh meningkat. Jika kita merasakan salah satu atau sebagian dari gejala di atas, sebaiknya jangan panik. Hal ini cukup normal dialami perempuan menjelang periode menstruasi setiap bulannya.
ADVERTISEMENT

Penyebab PMS

Penyebab dari PMS belum diketahui secara pasti. Hanya saja, beberapa hal berikut sangat berhubungan dengan munculnya gejala PMS. Pertama, kejadian PMS dikaitkan erat dengan perubahan hormon estrogen dan progesteron yang cenderung turun menjelang menstruasi. Selain itu, perubahan komponen kimia di dalam otak menjelang menstruasi, khususnya serotonin. Serotonin merupakan neurotransmitter atau pengantar rangsangan di dalam sel otak. Menjelang menstruasi, kadar serotonin cenderung fluktuatif, hal ini bisa memicu munculnya gejala-gejala PMS seperti yang sudah kita bahas di atas. Hal lain yang diduga dapat berkontribusi adalah faktor depresi. Berikut ini tips untuk meminimalisir gejala PMS.

Manajemen Gejala PMS

PMS dapat diminimalisir dengan olahraga secara teratur. Seseorang yang melakukan olahraga secara teratur, cenderung mempunyai stamina lebih baik, sehingga tidak gampang lelah. Selain itu, olahraga juga dapat mencegah depresi dan meningkatkan fokus kita. Selain olahraga, penting juga untuk memperhatikan pola konsumsi makanan. Konsumsi makanan tinggi kafein, tinggi garam, dan tinggi gula sebaiknya mulai dibatasi dua minggu sebelum menstruasi. Hal ini dapat membantu mengurangi timbulnya gejala PMS. Tentunya dengan diimbangi tidur yang cukup dan berhenti merokok (pada beberapa perempuan yang mempunyai kebiasaan merokok).
ADVERTISEMENT
Beberapa orang akan membutuhkan penanganan khusus selama PMS berlangsung. Alternatif yang dapat dipilih adalah dengan mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual di apotek, seperti Ibuprofen, Naproxen, dan Aspirin. Jika gejala PMS dirasa sangat mengganggu dan tidak berkurang dengan konsumsi jenis obat-obtan tadi, penggunaan kontrasepsi hormonal, antidepresan dan obat-obatan diuretik dapat dijadikan alternatif berikutnya. Tentunya, atas rekomendasi dari dokter. Bagi Anda yang suka mengonsumsi suplemen, jenis kalsium, vitamin B6, magnesium, omega-3 dan omega-6 juga bisa digunakan untuk meminimalisir gejala-gejala PMS di atas.
Ilustrasi sakit PMS. Foto: Shutterstock