Kolesterol Baik vs Kolesterol Jahat

Konten dari Pengguna
11 Februari 2020 14:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
HDL (kolesterol baik) dan LDL (kolesterol jahat)
Sebagian orang berpikir negatif ketika mendengar kata kolesterol. Memang kolesterol sendiri merupakan senyawa lemak berwarna kuning yang seringkali identik dengan pengerasan pembuluh arteri dan berujung pada penyakit stroke ataupun jantung. Hal ini bisa terjadi jika kolesterol di dalam tubuh kita berlebih.
ADVERTISEMENT
Dalam jumlah yang sesuai, kolesterol dalam tubuh masih berfungsi untuk penyerapan nutrisi seperti vitamin A, D, E, dan K (vitamin larut lemak). Selain itu, kolesterol merupakan senyawa penyusun sel saraf. Pada kelompok usia tertentu seperti anak-anak dan ibu hamil, kolesterol masih sangat diperlukan untuk menunjang perkembangan sel otak anak.
Umumnya dokter tidak akan menganjurkan ibu hamil dan anak-anak mengonsumsi suplemen atau obat penurun kolesterol mengingat perkembangan sel saraf dan sel otak masih sangat pesat.
Untuk mengetahui kadar kolesterol dalam kondisi normal atau tidak, kita harus memahami pengelompokan kolesterol. Secara umum kolesterol dikelompokkan menjadi dua yaitu kolesterol jahat (LDL) dan kolesterol baik (HDL).
LDL (Low Density Lipoprotein) merupakan jenis kolesterol yang jika kadarnya berlebih akan menimbulkan jejak-jejak atau plak di pembuluh darah. Dalam jangka panjang plak akan menumpuk dan menimbulkan penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan tersebut pada akhirnya bisa memicu timbulnya hipertensi (tekanan darah tinggi) maupun pecahnya pembuluh darah pada beberapa kasus. Kadar LDL yang normal disarankan kurang dari 100 mg/dL.
ADVERTISEMENT
Kebalikan dari LDL, HDL (High Density Lipoprotein) merupakan jenis kolesterol yang berfungsi untuk menghapus jejak-jejak plak atau penyumbatan di pembuluh darah. Kadar HDL dikatakan normal jika lebih dari 60 mg/dL. Semakin tinggi, maka semakin bagus membantu menurunkan risiko hipertensi, penyakit jantung maupun stroke.
Dari mana sumber LDL dan HDL?
LDL bersumber dari makanan-makanan tinggi lemak yang sebagian besar berasal dari hewani. Contoh makanan tinggi LDL antara lain, makanan yang digoreng, jeroan, otak, kuning telur, makanan laut, dan daging merah. Makanan yang dapat meningkatkan level HDL (kolesterol baik), antara lain makanan dari kelompok gandum utuh, oatmeal, kacang kacangan, minyak zaitun, dan minyak ikan.
Mengontrol LDL (kolesterol jahat)
LDL dapat diturunkan dengan cara mengonsumsi beberapa makanan yang mengandung flavonoid tinggi. Contohnya jeruk nipis, teh, brokoli, tomat, dan delima. Selain flavonoid, makanan tinggi vitamin C seperti mangga dan jambu biji dinilai efektif dalam mencegah terbentuknya plak. Cara lain menurunkan LDL adalah dengan menaikkan kadar HDL (kolesterol baik), yaitu dengan cara rajin berolahraga minimal tiga kali dalam satu minggu.
ADVERTISEMENT