Konten dari Pengguna

Mengenal Sindrom Metabolik pada Eksekutif Muda

18 Maret 2020 12:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
http://www.bmc.edu.sg/
zoom-in-whitePerbesar
http://www.bmc.edu.sg/
ADVERTISEMENT
Eksekutif muda adalah mereka yang masuk kelompok usia produktif berada di kisaran umur 25-35 tahun. Secara finansial kelompok ini biasanya sudah settle. Ritme kerja setiap harinya juga cukup padat, umumnya bekerja dengan pola 08.00-17.00 WIB selama enam hari kerja dalam seminggu.
ADVERTISEMENT
Daya beli terhadap barang-barang branded, fashion kekinian, hingga makanan-makanan yang sedang hype tidak diragukan lagi. Tidak jarang, konsumsi makanan-makanan termasuk fast food merupakan terapi tersendiri di saat stres karena tekanan pekerjaan.
Hal ini tidak menjadi masalah ketika diimbangi dengan olahraga yang cukup. Artinya, energi yang masuk akan sama dengan energi yang keluar, tidak akan menjadi timbunan lemak di tubuh dan membuat jarum timbangan bergeser ke kanan.
https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/abdominal-fat-and-what-to-do-about-it
Selain itu, banyak juga dari kelompok eksekutif muda yang mulai nyaman dan terbiasa dengan sedentary lifestyle. Sedentary Lifestyle merupakan gaya hidup yang ditandai dengan minimnya pergerakan, mengandalkan kendaraan bermotor saat bepergian, hingga memesan makanan melalui layanan pesan antar. Hal ini dapat memininalisir pembakaran energi yang seharusnya terjadi jika seseorang aktif bergerak. Dalam jangka panjang yang terjadi justru sebaliknya, metabolisme tubuh melambat, kalori menumpuk, dan profil lemak tubuh juga menjadi tidak seimbang.
ADVERTISEMENT

Sindrom Metabolik dan Eksekutif Muda

Sindrom metabolik merupakan serangkaian penyimpangan dari hasil pengukuran profil lemak tubuh, pengukuran tekanan darah, hingga pengukuran lingkar pinggang. Masing-masing pengukuran mempunyai batas normal. Hal ini penting untuk memastikan seseorang dalam kondisi sehat dan terhindar dari penyakit degenerative seperti stroke dan jantung koroner. Terdapat lima indikator untuk mengukur sindrom metabolik. Seseorang akan didiagnosis menderita sindrom metabolik jika mengalami tiga dari lima indikator berikut:
Hasil pengukuran lingkar pinggang melebihi 80 cm (perempuan) atau melebihi 90cm (laki-laki). Sebaiknya lingkar pinggang perempuan tidak melebihi 80cm dan laki-laki tidak melebihi 90cm. Jika lebih, risiko obesitas sentral (tubuh bagian tengah atau perut), penyakit jantung, maupun diabetes akan meningkat.
https://wexnermedical.osu.edu/blog/lower-your-blood-pressure
ADVERTISEMENT
Normalnya, hasil pengukuran tekanan darah di angka 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi sangat berkaitan erat dengan kejadian jantung koroner.
https://news.yale.edu/2020/02/04/studies-suggest-new-path-reversing-type-2-diabetes-and-liver-fibrosis
Gula darah puasa merupakan gula darah yang diukur setelah seseorang berpuasa kurang lebih 8-10 jam. Batas normal pengukuran gula darah puasa adalah di bawah 100 mg/dL. Seseorang dengan kadar gula darah puasa 100-125 mg/dL masuk ke dalam kategori pre-diabetes. Jika hasil pengukuran gula darah puasa sudah di angka 126 mg/dL atau lebih, maka akan didiagnosis menderita diabetes.
Trigliserida merupakan kelompok lemak yang banyak terdapat pada makanan tinggi karbohidrat seperti kerupuk, santan, dan durian. Kadar trigliserida seseorang bisa jadi tinggi walaupun tidak suka mengonsumsi makanan berlemak, hal ini kemungkinan dikarenakan masih suka mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat. Karbohidrat yang berlebih di dalam tubuh sebagian akan diubah menjadi trigliserida.
https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/know-the-facts-about-fats
ADVERTISEMENT
Kadar HDL menunjukkan jumlah kolesterol baik di dalam tubuh. Semakin tinggi, akan semakin baik. HDL dapat ditingkatkan dengan rutin berolahraga dan konsumsi makanan tinggi antioksidan seperti kacang-kacangan, minyak zaitun, ikan salmon, dan buah-buahan berserat tinggi.
Awalnya, kondisi tersebut umum dirasakan oleh kelompok usia lanjut atau dewasa akhir. Saat ini kondisi mulai berbalik, kelompok dewasa muda termasuk eksekutif muda menjadi lebih rentan menyandang sindrom metabolik.
Kembali lagi, hal ini berkaitan dengan perubahan pola konsumsi makanan dan aktivitas fisik. Dahulu orang terbiasa memakan makanan yang dimasak sendiri, porsinya lebih terkontrol, serta kandungan lemak dan gulanya tidak berlebihan. Berbeda sekali dengan fast food, junk food, dan minuman kekinian yang mementingkan rasa enak sehingga dalam pembuatannya cenderung ditambahkan gula dan lemak yang berlebih untuk meningkatkan cita rasanya.
ADVERTISEMENT
Demikian juga dengan aktivitas fisik, awalnya orang-orang terbiasa bersepeda dan jalan kaki menuju tempat kerja, pusat perbelanjaan, maupun sekedar membeli makan. Saat ini lebih sering kita mengandalkan kendaraan bermotor. Termasuk layanan pesan antar makanan yang sudah gampang dan cepat sampai di depan pintu tanpa harus kita pergi.
https://wexnermedical.osu.edu/blog/does-intermittent-fasting-work
Apakah perubahan ini bukan suatu kemajuan? Tentu saja perubahan tersebut mendatangkan banyak kemudahan untuk kita. Termasuk dalam hal meningkatkan produktivitas dalam bekerja karena semua menjadi lebih cepat. Yang terpenting dari kita sendiri harus berupaya aktif untuk mengimbangi perubahan pola konsumsi dan lifestyle dengan langkah-langkah pencegahan sindrom metabolik.
Mulai dari rutin berolahraga 150 menit dalam satu minggu, mempertahankan berat badan ideal, serta makan teratur dengan porsi yang terkontrol bisa menjadi awalan yang baik untuk mencegah sindrom metabolik.
ADVERTISEMENT