Perbedaan Alergi Susu dan Intoleransi Laktosa

Konten dari Pengguna
11 Februari 2020 14:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Susu sapi dan olahannya sebagai pangan bernutrisi makin populer saat ini. Seiring meningkatnya daya beli masyarakat makin banyak orang Indonesia mengonsumsi susu dan olahannya termasuk yoghurt, keju, dan es krim. Tapi siapa sangka anak-anak merupakan kelompok usia yang rentan terhadap susu. Beberapa anak mengalami gejala ruam-ruam merah, diare, bersin-bersin, bahkan muntah setelah mengonsumsi susu. Umumnya Bunda akan mengira si kecil mengalami alergi susu.
Jangan panik, yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi apakah gejala yang dialami si kecil benar termasuk kategori alergi susu atau mungkin si kecil mengalami intoleransi laktosa. Di mana letak perbedaannya?
ADVERTISEMENT
Alergi merupakan reaksi dari sistem kekebalan tubuh terhadap susu dan produk olahannya yang di dalamnya masih mengandung protein susu. Intoleransi laktosa sendiri merupakan kondisi seseorang tidak bisa mencerna gula susu (laktosa) karena tubuhnya kekurangan enzim laktase. Tanpa enzim laktase yang cukup di usus, laktosa tidak dapat dicerna dan akan menimbulkan gangguan pencernaan.
Kasus alergi susu mempunyai gejala seperti kram perut, ruam gatal, hidung, dan mata berair dan mual muntah. Pada kasus intoleransi laktosa biasanya timbul gejala di saluran pencernaan seperti sakit perut, mulas, diare, perut kembung, dan muntah tanpa disertai gatal dan ruam merah.
Lalu bagaimana sebaiknya penanganan alergi susu maupun intoleransi laktosa?
Pada kasus alergi susu sebaiknya hindari konsumsi susu sapi atau makanan berbahan susu sapi. Sebagai alternatif susu berbahan dasar kedelai dapat dikonsumsi. Selain itu, upayakan tetap mengonsumsi makanan tinggi vitamin D dan berjemur 10-5 menit di pagi hari.
ADVERTISEMENT
Pada kasus intoleransi laktosa seseorang masih bisa mengonsumsi makanan berbahan dasar susu sapi ataupun susu sapi dengan kandungan laktosa rendah yang biasanya tercantum di beberapa kemasan produk susu (rendah atau bebas laktosa). Alternatif lainnya yang disarankan dokter yaitu dengan mengonsumsi enzim laktase tetes sehingga dapat membantu mencerna laktosa dari makanan yang dikonsumsi.
Baik alergi susu maupun intoleransi laktosa keduanya berpeluang bisa sembuh. Masa pemulihan pada setiap orang beda-beda mengingat kondisi tubuh maupun respons kekebalan tubuh setiap orang juga berbeda. Keduanya bisa disiasati dengan mencoba mengonsumsi makanan berbahan dasar susu sapi ataupun makanan dengan kadar laktosa dalam porsi sedikit demi sedikit. Dengan demikian tubuh akan terangsang membentuk sistem kekebalan secara bertahap dan risiko alergi ataupun intoleransi laktosa akan berkurang
ADVERTISEMENT