Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Rangkaian Gejala Psikosomatis yang Harus Diwaspadai
22 April 2020 18:22 WIB
Tulisan dari Info Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Belakangan ini sering kita dengar istilah psikosomatis. Semakin banyak informasi beredar yang memperingatkan untuk tetap tenang terutama seperti saat ini, ketika wabah COVID-19 belum kunjung reda.
ADVERTISEMENT
Mulai banyak juga praktisi kesehatan yang mengkhawatirkan risiko psikosomatis akan meningkat di tengah kepanikan masyarakat Indonesia menghadapi wabah COVID-19. Apa sebenarnya psikosomatis?
Kondisi ini bukanlah penyakit yang langsung dapat didiagnosis ketika seseorang periksa ke dokter umum. Lebih tepatnya, psikosomatis merupakan kondisi yang ditandai dengan serangkaian gejala seperti nyeri dan lelah sehingga dapat memicu stres emosional dan penurunan fungsi tubuh. Gejala lain dari psikosomatis antara lain seperti:
Biasanya pasien belum didiagnosis menderita kelainan atau penyakit tertentu. Hanya saja, pasien sudah terlanjur cemas dan panik berlebihan setelah merasakan gejala yang tidak normal. Pada tahap ini sebaiknya perlu waspada, karena ketika stres terlalu berlebihan seseorang cenderung akan mempunyai pemikiran-pemikiran negatif seperti:
ADVERTISEMENT
Penyebab psikosomatis bukanlah hanya dari satu faktor. Kemungkinan kombinasi dari beberapa faktor seperti genetik atau keturunan, faktor lingkungan, kepribadian yang cenderung berpikiran negatif, dan gangguan dalam mengelola emosi. Kondisi ini cukup kompleks sehingga seseorang yang mengalami gejala-gejala di atas sebaiknya mencari bantuan dan pengobatan ke psikiatri. Penanganan yang diberikan biasanya akan dimulai dari pemeriksaan klinis, penentuan diagnosis, dan penanganan medis lainnya seperti pemberian obat-obat anti depresan jika analisis gejala dan hasil pemeriksaan klinis mengarah pada depresi.
ADVERTISEMENT
Sumber: