Seratus Pakar Global Meminta Organisasi Kesehatan Dunia Tak Bersikap Anti-Vaping

Konten dari Pengguna
28 Oktober 2021 19:46 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi vaping. Foto: REUTERS/Mike Blake/Illustration
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vaping. Foto: REUTERS/Mike Blake/Illustration
ADVERTISEMENT
Sebanyak 100 pakar global mengecam Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lantaran berkeras dengan sikap anti terhadap vaping. Sikap ini dinilai berkontribusi pada “jutaan” kematian terkait konsumsi rokok yang sebenarnya bisa dihindari.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah surat terbuka menjelang pertemuan pengendalian tembakau global yang akan digelar bulan depan, sekelompok pakar nikotin dan kebijakan menyampaikan kecaman terhadap WHO karena “mengabaikan potensi untuk mengubah pasar konsumen tembakau dari komoditas berisiko tinggi menjadi produk berisiko lebih rendah”.
“WHO menolak strategi kesehatan masyarakat yang dapat menghindari jutaan kematian terkait rokok,” tulis mereka dalam surat terbuka tersebut, seperti dikutip dari laman News.com.au.
Surat tersebut ditujukan kepada sejumlah pihak yang merupakan bagian dari Kerangka Konvensi Pengendalian Tembakau (FCTC), perjanjian yang dibuat pada tahun 2004 dalam naungan WHO, menjelang Conference of Parties (CoP/konferensi) kesembilan yang akan dimulai pada 8 November.
“WHO telah menjalankan kampanye pelarangan terhadap pengurangan dampak dari tembakau, meskipun pengurangan dampak tembakau adalah bagian dari kebijakan resminya dalam FCTC,” kata Dr Colin Mendelsohn, ketua pendiri Asosiasi Pengurangan Dampak Buruk Tembakau Australia dan salah satu dari 100 pakar global yang menandatangani surat terbuka tersebut.
ADVERTISEMENT
Profesor Emeritus dari National Center for Youth Substance Use Research di University of Queensland, Wayne Hall dan Dr Alex Wodak, konsultan emeritus di Rumah Sakit St Vincent dan ketua lembaga think tank Australia21, juga menandatangani surat tersebut.
Dr Mendelsohn mengatakan WHO “selalu berlebihan dan terus-menerus mendapat informasi yang salah tentang pengurangan dampak buruk tembakau dan tidak mengerti bahwa itu [pengurangan dampak buruh tembakau] menggantikan kebiasaan merokok”, tetapi di saat yang sama pendekatannya “sangat berpengaruh”, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (low-middle income countries).
"Kondisi ini akan menyebabkan lebih banyak kematian dan penderitaan akibat merokok, terutama di negara berpenghasilan rendah dan menengah di mana sebagian besar kematian akibat merokok sudah terjadi," kata Dr Mendelsohn.
ADVERTISEMENT
Anak Menjadi Target
Saat ini diperkirakan ada 1 miliar perokok di seluruh dunia. Sekitar 80 persennya tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Dalam laporan tembakau 2021 yang dirilis pada bulan Juli, WHO menegaskan kembali sikapnya yang menentang rokok elektrik dengan alasan bahwa anak-anak yang menggunakan produk tersebut berpotensi 3 kali lebih besar untuk menggunakan produk tembakau di masa depan.
“Nikotin sangat adiktif. Sistem penghantaran nikotin elektronik ini berbahaya, sehingga harus diatur dengan lebih baik,” kata Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus saat itu.
“Pemerintah negara-negara yang tidak melarang nikotin harus mengadopsi kebijakan yang tepat untuk melindungi masyarakatnya dari bahaya sistem pengiriman nikotin elektronik, dan untuk mencegah penggunaan nikotin oleh anak-anak, remaja dan kelompok rentan lainnya.”
ADVERTISEMENT
Menurut laporan WHO, 32 negara telah melarang penjualan rokok elektrik dan 79 lainnya telah mengadopsi setidaknya satu tindakan untuk menekan penjualan, penggunaan, atau promosi produk tersebut.
Dengan demikian, masih ada 84 negara di yang belum mengatur atau membatasi penjualan rokok elektrik dengan cara apa pun.
Mantan Wali kota New York Michael Bloomberg yang juga merupakan Duta Besar Global WHO untuk Penyakit dan Cedera Tidak Menular, melakukan kampanye menentang vape.
“Lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia masih merokok,” kata Bloomberg pada bulan Juli.
“Seiring dengan penurunan penjualan rokok, perusahaan tembakau secara agresif memasarkan produk baru – seperti rokok elektrik dan produk tembakau yang dipanaskan – dan melobi pemerintah untuk membatasi peraturan mereka. Tujuan mereka sederhana – untuk menjerat generasi berikutnya dalam konsumsi nikotin. Kami tidak bisa membiarkan itu terjadi."
Ilustrasi Vape. Foto: Shutter Stock
Vaping jauh lebih rendah risiko
ADVERTISEMENT
Dalam surat kepada WHO, yang mengangkat tujuh poin kunci dan enam rekomendasi, para ahli meminta WHO untuk "memodernisasi" pendekatannya terhadap kebijakan tembakau.
“Inovasi di pasar tembakau dan nikotin selama beberapa dekade terakhir memiliki arti bahwa sekarang ada banyak produk nikotin yang tidak melibatkan pembakaran daun tembakau dan menghirup asap,” tulis mereka.
“Produk bebas asap ini termasuk produk vaping, kantong nikotin oral baru, produk tembakau yang dipanaskan, dan tembakau tanpa asap dengan kadar nitrosamin rendah, seperti snus.”
Mereka mencatat bahwa rokok dan produk tembakau asap lainnya bertanggung jawab atas "sebagian besar" kematian yang disebabkan oleh penggunaan tembakau secara global, dan bahwa produk nikotin bebas asap "menawarkan alternatif yang menjanjikan untuk mengurangi bahaya yang timbul dari merokok".
ADVERTISEMENT
“Ada bukti kuat bahwa produk bebas asap rokok jauh lebih rendah risiko dibandingkan rokok dan bahwa produk ini dapat menggantikan kebiasaan merokok bagi individu dan pada tingkat populasi,” tulis mereka.
Mereka mengakui bahwa ada “ketidakpastian mengenai manfaat dan risiko” yang terkait dengan produk bebas asap dan menggarisbawahi keterlibatan industri tembakau.
“Namun, kita juga harus mempertimbangkan bukti substansial yang kita miliki dan tidak membiarkan kehati-hatian yang berlebihan atau ketidakpastian yang tersisa menjadi alasan untuk menolak pilihan yang menjanjikan bagi perokok untuk beralih dari produk yang mudah terbakar yang kita tahu dengan pasti mematikan,” kata mereka.
Tanya Jawab penuh misinformasi
Tahun lalu, WHO dituduh menjalankan sesi diskusi "menyesatkan" yang penuh dengan "informasi yang salah" tentang sistem pengiriman nikotin elektronik (ENDS), yang lebih dikenal sebagai rokok elektrik.
ADVERTISEMENT
Dalam diskusi tersebut, WHO memperingatkan bahwa “baik produk tembakau dan ENDS mengandung potensi risiko bagi kesehatan” dan “pendekatan teraman adalah dengan tidak menggunakan keduanya”.
“WHO memiliki sejarah aktivis anti-vaping yang merusak reputasi produk ini. Dokumen ini sarat fitnah,” kata Profesor Peter Hajek, Direktur Unit Penelitian Ketergantungan Tembakau di Queen Mary University of London.
“Hampir semua pernyataan faktual di dalamnya salah. Tidak ada bukti bahwa vaping 'sangat adiktif' - kurang dari 1 persen non-perokok menjadi vapers biasa. Vaping tidak mengarahkan orang muda untuk merokok – merokok di kalangan anak muda selalu rendah.
“Tidak ada bukti bahwa vaping meningkatkan risiko penyakit jantung atau berdampak pada kesehatan orang-orang di sekitar konsumennya. Wabah cedera paru-paru di AS disebabkan oleh kontaminan dalam kartrid ganja ilegal dan tidak ada hubungannya dengan vaping nikotin. Ada bukti jelas bahwa rokok elektrik membantu perokok berhenti merokok.
ADVERTISEMENT
“Penulis dokumen ini harus bertanggung jawab karena telah menggunakan informasi yang salah secara terang-terangan yang kemungkinan akan mencegah perokok beralih ke alternatif yang jauh lebih rendah risiko.”
Profesor John Britton, direktur Pusat Studi Tembakau dan Alkohol Inggris dan Konsultan dalam Pengobatan Pernapasan di Universitas Nottingham, mengatakan dokumen WHO itu "menyesatkan dalam beberapa hal".
"Dokumen Who tersebut menyiratkan bahwa vaping nikotin adalah penyebab wabah penyakit paru-paru parah di AS 2019, padahal sebenarnya [penyebabnya adalah] vaping produk ganja," katanya.
“Dokumen itu menyebutkan bahwa tidak ada bukti kuat bahwa vaping adalah cara yang efektif untuk berhenti merokok, padahal sebenarnya ada bukti berupa uji klinis dengan standar tertinggi yang menunjukkan bahwa vaping lebih efektif daripada terapi pengganti nikotin yang didukung WHO.
ADVERTISEMENT
“Ini menjawab pertanyaan mengenai bahaya dari vape dibandingkan dengan rokok, karena sebenarnya rokok elektrik jelas lebih rendah risiko. Dengan cara ini saja, WHO salah mengartikan bukti ilmiah yang tersedia.”