Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Kapal Layar Tradisional Asal Indonesia, Ini Daftarnya
6 Desember 2021 14:27 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 14 Januari 2022 7:11 WIB
Tulisan dari Infootomotif tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak yang belum tahu bahwa kapal layar tradisional asal Indonesia ada banyak jenisnya. Indonesia memiliki beragam jenis kapal layar tradisional terutama karena dikenal sebagai negara maritim dengan pelaut-pelaut yang tangguh.
ADVERTISEMENT
Apalagi, Indonesia juga memiliki wilayah laut yang sangat luas. Tak heran ada banyak pula kapal tradisional yang dimilkinya. Lantas ada berapa saja kapal layar tradisional asal Indonesia ini? berikut daftarnya untuk Anda.
Kapal Layar Tradisional Asal Indonesia
Dikutip dari destinasian.co.id, kapal layar tradisional asal Indonesia ada 6 jenis. Berikut daftarnya:
1. Pencalang
“Pencalang berasal dari Melayu, sekitar perairan Selat Malaka,” tulis Djoko Pramono dalam Buku Budaya Bahari. Sementara itu, V.J. Verth dalam Borneo’s Wester Afdeeling menyebut pencalang memiliki peran dalam sejarah pendirian Pontianak. “Pencalang” memiliki akar kata yang sama dengan “lancang,” dan legenda Hang Tuah menyebut Lancang Kuning sebagai kendaraan perkasa Sumatera.
2. Jukung
Menurut Sejarah Nasional Indonesia II, jukung sudah tertulis dalam Prasasti Julah dari abad ke-10. Perahu Bali ini memiliki cadik ganda dan layar segitiga. Jukung juga dikenal sebagai perahu khas Banjar. (Banjarmasin menggelar Festival Jukung Hias setiap tahunnya.) Uniknya, Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak mengenal istilah “jukung,” melainkan “jongkong.
ADVERTISEMENT
3. Pinisi
Pinisi, tulis Lawrence Blair dalam Ring of Fire, adalah produk hibrida antara perahu Sulawesi dan galleon pembawa rempah khas Portugis dari abad ke-17. Kapal ini dicirikan oleh dua tiang utama dan tujuh layar. Pinisi sempat digunakan oleh Alfred Russel Wallace saat melakukan penelitian di Indonesia, serta pernah diabadikan dalam lembaran Rp100 keluaran 1992.
4. Sandek
Lazim disebut “sandeq,” perahu khas Mandar ini memiliki lambung ramping, cadik ganda, dan stempost (penahan arus di muka) yang mencuat hingga membuatnya mirip kapal Viking. Sandek memiliki panjang lima hingga 16 meter. Perahu ini tersohor akan kecepatannya yang mencapai 40 kilometer per jam—velositas yang dibutuhkan untuk mengejar tuna.
5. Kora-Kora
Perahu ramping khas Maluku ini memiliki panjang sekitar 10 meter dengan kapasitas 40 pendayung. Pernah digunakan dalam perang, kora-kora kini lebih merupakan aset budaya yang rutin dipertontonkan dalam festival-festival akbar, misalnya Festival Budaya Banda Neira atau Festival Kora-Kora di Ternate. Pada 1985, perahu ini dijadikan nama sebuah wahana di Ancol.
ADVERTISEMENT
6. Pledang
Perahu layar ini digunakan oleh kaum pemburu paus di Nusa Tenggara Timur. Di muka perahu terpasang papan atau bambu sebagai pijakan bagi lemafa (juru tikam) saat meloncat dan menghujamkan tempuling ke tubuh paus. Di Lamalera, pledang dirakit memakai pasak kayu dan digerakkan dengan dayung. Sementara di Lamakera, pledang lebih modern dengan memakai paku dan mesin tempel.
(HDZ)