Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Apa Itu Biosolar dan Perkembangannya di Indonesia
25 Februari 2022 7:42 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Infootomotif tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa itu biosolar mungkin menjadi pertanyaan bagi pemilik kendaraan dengan bahan bakar diesel. Biosolar atau juga dikenal dengan sebutan biodiesel ini merupakan bahan bakar alternatif pengganti solar. Biosolar diproduksi sebagai upaya pemerintah untuk menekan tingginya impor solar yang membuat neraca perdagangan defisit.
ADVERTISEMENT
Pemerintah saat ini sedang menggalakkan penggunaan biosolar sebagai bahan bakar utama pengganti solar. Dilansir dari laman Kementerian ESDM, pemerintah telah menerbitkan penggunaan biodiesel atau biosolar dengan kadar 30% pada tahun 2019 dengan uji jalan menggunakan alat berat, alutsista, mobil bus, hingga kereta api. Pada bulan Januari 2020, Pemerintah meresmikan penggunaan biodiesel dengan kadar 30%.
Lalu, apa itu biosolar dan bagaimana perkembangannya di Indonesia? Berikut ini adalah ulasannya.
ADVERTISEMENT
Pengertian dan Perkembangan Biosolar di Indonesia
Dilansir dari laman Kementerian ESDM, bahan baku pembuatan biosolar atau biodiesel di Indonesia didapatkan dari minyak sawit (CPO). Selain CPO, tanaman lain yang berpotensi untuk bahan baku biosolar, antara lain tanaman jarak, jarak pagar, kemiri, cina, dan nyamplung.
Minyak sawit dipilih sebab pembudidayaannya sudah mapan di Indonesia. Selain minyak sawit, biodiesel juga dapat dibuat dari minyak sawit bekas atau dikenal dengan minyak jelantah.
Biosolar dapat digunakan pada mesin diesel secara langsung maupun dengan penyesuaian. Penyesuaian dibutuhkan jika tempat penyimpanan atau wadah biosolar terbuat dari bahan yang sensitif terhadap kandungan biosolar. Bahan-bahan tersebut antara lain seal, gasket, dan perekat terutama pada mobil produksi lama yang terbuat dari karet alam dan karet nitril.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari laman Auto2000, solar dan biosolar memiliki angka cetane sebagai faktor ukuran yang menunjukkan kualitas bahan bakar tersebut. Angka Cetane adalah angka dari 0 sampai 100 yang menunjukkan kualitas pembakaran relatif solar. Semakin tinggi angka cetane, semakin tinggi pula kualitas bahan bakar solar. Angka cetane tinggi menjadi penanda bahan bakar akan lebih menyala lebih cepat.
Dikutip dari Auto2000, jika bahan bakar solar memiliki angka cetane rendah, mesin diesel akan berjalan lamban dan memiliki emisi yang lebih tinggi akibat pembakaran yang tidak efisien. Angka cetane rendah juga membuat mesin sulit dinyalakan.
Lazimnya, mesin diesel akan mencapai pembakaran yang efisien pada angka cetane sekitar 55. Angka cetane yang lebih tinggi umumnya tidak memberikan tenaga lebih, efisiensi bahan bakar lebih, atau pengurangan emisi, meskipun di beberapa mesin diesel berkinerja tinggi angka cetane yang direkomendasikan dapat mencapai 60.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari laman kumparanOTO, biosolar B30 memiliki angka cetane 48 dengan kandungan sulfur 3500 ppm. Produk B30 saat ini dipasarkan oleh Pertamina dengan harga sebesar Rp5.150 per liternya.
Saat ini, pemerintah memiliki program biosolar dengan kandungan hingga 100 persen. Dilansir dari laman kumparanBISNIS, proyek biosolar dengan kandungan 100 persen menjadi jawaban atas penolakan sawit yang dilakukan oleh Uni Eropa terhadap Indonesia.
(RFN)