Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Februari 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Ngobrol Ringan PPI Konya Bersama Ketua Baznaz Provinsi Nusa Tenggara Barat
4 Februari 2025 9:44 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari PPI Turki tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Konya – (15/5/2024) Keluarga PPI Konya berkesempatan dalam menyambut Dr. TGH. Muhammad Said Ghazali, Lc., MA. selaku ketua aktif Baznaz Provinsi Nusa Tenggara Barat beserta istrinya Dr. Hj. Zulpawati, MA yang merupakan dosen sekaligus Kaprodi Ekonomi Syariah UIN Mataram. Adam Syaikhul, selaku Ketua PPI Turki periode 2024-2025 juga turut serta dalam menyambut kedatangan tamu spesial kami yang sedang berkunjung kala itu. Dalam pertemuan yang diadakan di IDIB (Iki Doğu Iki Batı) kali ini, PPI Konya mengadakan forum diskusi bersama, khususnya seputar pelajar di luar negeri dan juga beberapa hal yang berkaitan dengan Baznaz itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Mengutip langsung dari laman mereka, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Baznaz berperan sebagai lembaga yang berwenang sebagai pengelola zakat dibawah Presiden melalui Menteri Agama.
Diskusi dibuka dengan Dr. Ghazali serta istrinya yang mengungkapkan niat kedatangan mereka ke Turki, yaitu dalam rangka menjenguk anaknya yang juga merupakan mahasiswa tahun ajaran baru di Sakarya, Turki, sedang sakit kala itu. “Kami tidak ada niat lain selain jemput anak awalnya, namun begitu sampai disini anak-anak PPI dari berbagai wilayah ada yang minta forum, ada yang minta ketemu, ada yang minta saya ngisi pengajian juga. Alhamdulillah saya jadi bisa ketemu kalian, anak-anak baru dan bisa berbagi cerita juga yaa.” tutur istri beliau. Dr. Ghazali mengatakan cukup terkejut saat dirinya mengetahui bahwa pelajar Indonesia di Turki mencapai angka sekitar 5.000 secara keseluruhan. Beliau juga mendapati bahwa mahasiswa yang berasal dari NTB, bahkan memiliki komunitas tersendiri untuk mewadahi pelajar NTB yang sedang mengenyam pendidikan di Turki.Hal yang sama juga berlaku dengan mahasiswa yang berasal dari wilayah Indonesia yang lain. Mempertimbangkan jumlah pelajar Indonesia di Turki, beliau menuturkan juga bahwa pelajar Indonesia berhak untuk memiliki atasan pendidikan dari negara sebagai wadah resmi dalam menyediakan informasi seputar beasiswa, tenaga musiman, pekerjaan, dan sebagainya dalam bentuk yang lebih terstruktur. “Harapannya juga kalau bisa bekerja sama dengan Dikti, KBRI, atau Kementerian Agama misalkan.” imbuhnya. Beliau juga berharap hal tersebut dapat mempermudah mahasiswa, terutama dalam mendapatkan informasi tambahan seputar beasiswa seperti Erasmus.
ADVERTISEMENT
Diskusi dilanjut dengan sesi sharing oleh Dr. Ghazali, beliau berbagi pengalaman yang sangat relate dengan kondisi yang sedang kita alami sekarang. Beliau juga bercerita tentang pengalamannya menjadi anak rantau sebagai mahasiswa Universitas al-Azhar Kairo, Mesir saat mengeyam pendidikan di negeri sungai Nil tersebut. “Kami dulu keluar pakai sarung ditertawakan, kalau di Indonesia kan ini hal yang lumrah ya. Tapi setelah populasi pelajar Indonesia di sana banyak, pakai sarung bukan hal yang asing lagi kalau di Mesir sana.” jelasnya sembari bergurau. Beliau juga menegaskan bahwa, sebagai lulusan dari luar negeri mestinya kita harus lebih baik dalam segi kualitas pendidikan maupun secara pola pikir. Menurutnya menjadi sarjana telah menjadi hal yang lumrah atau biasa, bahkan di tempat terpencilpun dapat ditemukan sarjana. Hal tersebut membuktikan bahwa setiap orang kurang lebih memiliki potensi yang sama, namun yang membedakan adalah bagaimana cara kita menjemput peluang tersebut dan memaksimalkannya.
ADVERTISEMENT
Beliau mengajak kami untuk meng-upgrade niat agar tetap semangat, serta mendoakan kami supaya dapat segara sukses dan berhasil sehingga bisa kembali ke tanah air juga bertemu dengan keluarga masing-masing. “Cari peluang untuk beasiswa untuk S1, S2, S3, dan ada juga untuk penelitian, sangat lumayan untuk biaya sewa rumah dan biaya hidup. Jangan sampai tidak dapat satupun karena biaya untuk belajar di luar negeri cukup besar ya.” tuturnya. Tidak lupa, beliau juga mengingatkan kita agar tidak menjadikan bekerja sebagai prioritas dan melupakan tujuan awal datang ke Turki. Menurut beliau yang paling penting adalah konsentrasi untuk belajar, fokus pada bidang yang dipelajari, dan harapannya bisa melebihi pelajar yang menempuh pendidikan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Diskusi hangat sore itu diakhiri dengan salam penutup juga doa dari Dr. Ghazali beserta istrinya. Beliau juga menuturkan terimakasih dan harapan supaya silaturahmi yang terjalin membawa berkah dan keridoan dari Allah SWT
Penulis: Adhyaksa Rahman Haryki