Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Apakah Matre itu Realistis? Inilah Penjelasannya
19 Desember 2024 15:14 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari info psikologi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apakah matre itu realistis? Pro dan kontra tentang jawabannya muncul terus-menerus di media sosial belakangan ini.
ADVERTISEMENT
Harga-harga yang terus naik, pekerjaan yang sulit didapatkan hingga fenomena sandwich generation memicu perbincangan tentang sikap matre. Masing-masing pihak mengajukan pengalaman pribadi sebagai bahan argumentasi.
Apakah Matre itu Realistis?
Di media sosial, orang makin terbuka soal penghasilan, rumah mewah, mobil baru hingga jumlah tabungannya. Ada yang menanggapinya dengan sinis, ada pula yang malah bertanya bagaimana cara mendapatkannya.
Untuk hidup harus ada uang . Tapi hidup tak melulu soal uang. Batasan antara matre yang realistis dan tidak realistis memang terlihat kabur. Untuk melihat apakah matre itu realistis atau tidak, berikut adalah pembahasannya.
1. Matre itu Tidak Realistis
Dikutip dari Mapan, Nofie Iman (2017:105), materialisme adalah sistem nilai yang sibuk mengurusi harta dan citra sosial. Materialisme dapat memberikan kepuasan, namun juga dapat menghancurkan kebahagiaan dan ketenangan pikiran.
ADVERTISEMENT
Sifat matre dapat mengusik ketenangan ketika tidak mampu mendapatkan apa yang diinginkan atau mengungguli orang-orang yang dikenalnya. Bahkan di era media sosial ini, orang matre berusaha mendapatkan pujian dari orang-orang yang tidak dikenal.
Orang matre selalu khawatir jika citra sosialnya menurun akibat tidak bisa menunjukkan kemewahan. Hal itu akan menimbulkan dampak yang destruktif pada dirinya sendiri, lingkungan hingga masyarakat. Banyak orang matre yang akhirnya berurusan dengan kasus hukum.
2. Matre itu Realistis
Sudah punya rumah, mobil dan tabungan, tapi ada orang yang masih terus membicarakan uang dan aset. Banyak peristiwa traumatis yang menyebabkan seseorang terus-menerus berusaha mendapatkan harta . Contoh yang paling masif adalah pandemi COVID 19.
Ketika pandemi, banyak orang yang tiba-tiba kehilangan pekerjaan atau usaha suksesnya tiba-tiba bangkrut. Trauma itu menyebabkan mereka tidak pernah merasa cukup. Ketika kebutuhan sehari-hari sudah tercukupi maka selanjutnya adalah menumpuk aset.
ADVERTISEMENT
Saat ini tantangan ekonomi makin besar karena biaya pendidikan dan kesehatan makin tinggi. Fenomena WHV (Working Holiday Visa) merupakan contoh matre yang realistis karena sanggup mengerjakan apa saja di luar negeri demi jaminan kesejahteraan keluarga.
Jawaban tentang apakah matre itu realistis, tergantung cara pandang orang terhadap materi. Perbedaan pendapat tidak menjadi masalah asal selama mendapatkan materi tersebut tidak merugikan orang lain. (lus)