Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Bentuk Kekerasan Verbal dalam Rumah Tangga yang Tidak Boleh Didiamkan
2 Maret 2024 23:04 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari info psikologi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Segala bentuk kekerasan, termasuk bentuk kekerasan verbal dalam rumah tangga, tidak boleh terjadi dan sudah seharusnya dihindari demi menjaga kerukunan dan keharmonisan.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai bentuk kekerasan verbal dalam rumah tangga yang penting diketahui bersama.
Bentuk Kekerasan Verbal dalam Rumah Tangga
Kekerasan verbal adalah salah satu bentuk kekerasan yang dilakukan melalui ucapan atau kata-kata yang dilantorkan dengan tujuan untuk menghina individu lain.
Dalam buku Dominasi Patriarki dan Kekerasan atas Perempuan Hubula Suku Dani karya Yanuarius, secara umum kekerasan verbal terjadi ketika pasangan sering bicara keras dan membentak.
Banyak hal yang bisa memicu kekerasan verbal di rumah tangga, seperti tuduhan perselingkuhan, tidak memenuhi kebutuhan pasangan, permasalahan pekerjaan juga ekonomi, dan sebagainya.
Kekerasan verbal dapat menyebabkan pasangan sakit hati, tetapi mungkin tidak bisa melakukan banyak hal karena berbagai faktor pertimbangan.
ADVERTISEMENT
Kekerasan verbal bisa juga berkembang menjadi kekerasan fisik ketika suami dan istri sama-sama memiliki watak keras kepala sehingga tidak ada yang berniat mengalah satu sama lain.
Beberapa bentuk kekerasan verbal yang bisa terjadi di rumah tangga, antara lain menyindir, membentak, mengancam, memarahi, mengejek, juga mempermalukan pasangan.
Sebagai contoh, suami mengejek masakan istri yang dianggapnya tidak enak atau istri yang mempermalukan suami karena dianggap tidak mampu memberi nafkah batin.
Kekerasan verbal bisa dikatakan terjadi ketika pasangan merasa bahwa ucapan yang dilontarkan tersebut menyebabkan sakit hati, bahkan kemungkinan terburuknya adalah menyebabkan hilangnya perasaan cinta.
Kekerasan verbal dalam rumah tangga juga akan menjadi contoh buruk untuk anak. Melihat kedua orang tuanya yang selalu bertengkar akan mengganggu pertumbuhannya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, anak yang merupakan seorang peniru ulung cenderung akan meniru dan juga menyimpan pengalaman traumatis tentang keluarga yang tidak harmonis.
Dampak terburuk dari kekerasan verbal dalam rumah tangga tentu saja adalah perceraian. Kalau sudah demikian, maka anak-anak akan menjadi korban.
Segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan verbal yang sering kali dianggap sepele, tidak sepatutnya ada di dalam rumah tangga demi terjaminnya rumah tangga yang harmonis dan bahagia.
Demikian adalah pembahasan mengenai beberapa bentuk kekerasan verbal dalam rumah tangga yang tidak boleh didiamkan. (SP)