Konten dari Pengguna

Dampak Toxic Family terhadap Perkembangan Anak

info psikologi
Menyajikan informasi seputar info psikologi yang terkini, terupdate, dan terlengkap.
15 Juli 2023 20:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari info psikologi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dampak toxic family. Sumber foto: pexels/Amir SeilSepour.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dampak toxic family. Sumber foto: pexels/Amir SeilSepour.
ADVERTISEMENT
Dampak toxic family sangat memengaruhi perkembangan anak, terutama dalam hal mental atau psikologis. Dalam kehidupan sehari-hari, lingkungan keluarga merupakan tempat utama di mana seorang anak tumbuh dan berkembang.
ADVERTISEMENT
Keluarga yang sehat dan penuh kasih sayang memberikan dasar yang kuat bagi perkembangan anak yang positif.
Namun, tidak semua anak beruntung memiliki lingkungan keluarga yang mendukung. Dalam kasus yang lebih buruk, ada situasi di mana anak-anak harus menghadapi lingkungan keluarga yang beracun atau toxic family.

Dampak Toxic Family Terhadap Perkembangan Anak

Ilustrasi dampak toxic family. Sumber foto: pexels/Liza Summer.
Menurut Hamid Sakti Wibowo, dalam buku Membongkar Perilaku Toxic dalam Pergaulan Mengatasi Toksin dalam Hubungan Anda, toxic adalah perilaku yang merugikan diri sendiri atau orang lain secara emosional atau bahkan fisik.
Berikut beberapa dampak buruk dari keluarga yang toxic.

1. Masalah Emosional dan Kesejahteraan Mental

Anak-anak yang tumbuh di keluarga beracun sering menghadapi masalah emosional yang serius. Misalnya rentan mengalami tekanan emosional, penolakan, pembiaran, atau bahkan pelecehan fisik dan psikologis.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut dapat mengganggu kesejahteraan mental anak dan menyebabkan masalah seperti depresi, kecemasan, rendahnya harga diri, dan masalah perilaku.

2. Membuat Anak Kurang Percaya Diri

Keluarga yang toxic sering kali tidak memberikan model peran yang sehat dan tidak mendukung perkembangan sosial anak.
Sehingga anak mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dengan orang lain, mengembangkan empati, atau menunjukkan perilaku sosial yang tepat.
Keadaan tersebut membuat anak tumbuh menjadi orang yang cenderung kurang percaya diri bahkan senang mengisolasi diri. Hal tersebut dikarenakan mereka merasa kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sosial di luar keluarga.

3. Rendahnya Keterampilan Komunikasi

Komunikasi yang buruk atau tidak sehat di antara anggota toxic family dapat memengaruhi perkembangan keterampilan komunikasi anak.
Anak-anak akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan perasaannya secara sehat, memahami emosi orang lain, atau menyelesaikan konflik dengan cara yang membangun.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut berdampak negatif pada hubungan dengan orang lain di lingkungan sekitar, baik di sekolah maupun di tempat kerja di masa depan.

4. Gangguan Perkembangan Kognitif

Stres yang berkepanjangan dalam keluarga beracun dapat mengganggu perkembangan kognitif anak. Dampak yang sering muncul diantaranya, anak mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, kesulitan memproses informasi atau mengembangkan kemampuan belajar yang sehat.
Hal tersebut berdampak negatif pada prestasi akademik dan membatasi potensi intelektual anak.
Dampak toxic family terhadap perkembangan anak tidak dapat diabaikan. Dengan mempahami implikasi negatif yang ditimbulkan oleh lingkungan keluarga yang tidak sehat, dapat membantu kita mengenali tanda-tanda bahaya dan memberikan bantuan kepada anak-anak yang membutuhkannya.
(DAI)