Hubungan Toxic dalam Rumah Tangga dan Dampak bagi Anggota Keluarga

info psikologi
Menyajikan informasi seputar info psikologi yang terkini, terupdate, dan terlengkap.
Konten dari Pengguna
5 Maret 2024 23:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari info psikologi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi hubungan toxic dalam rumah tangga. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hubungan toxic dalam rumah tangga. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hubungan toxic dalam rumah tangga bisa terjadi antara suami dan istri atau orang tua dan anak. Namun, apapun itu perlu disepakati bahwa hubungan toxic akan selalu memberi dampak buruk.
ADVERTISEMENT
Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai hubungan toxic dalam rumah tangga dan dampaknya bagi anggota keluarga.

Hubungan Toxic dalam Rumah Tangga

Ilustrasi hubungan toxic dalam rumah tangga. Foto: Pexels
Melalui buku Trending Topic of Marriage Life karya Eva Nur, mengemukakan dua pandangan mengenai apa yang harus dilakukan ketika suami dan istri justru menjalani hubungan yang toxic dalam rumah tangga.
Pertama, pasangan bisa memberi maaf kalau mampu. Akan tetapi, jika telah dimaafkan dan hubungan toxic masih berlanjut, jangan segan untuk berpisah dengan pasangan yang toxic.
Pasangan toxic belum tentu bisa berubah, justru bisa saja semakin menjadi karena merasa dirinya benar. Tentu saja rumah tangga yang demikian tidak akan memberikan rasa aman dan nyaman pada kita.
Kedua, ingatlah tujuan menikah yang utama adalah untuk beribadah kepada Tuhan. Jadi, ketika hubungan menjadi toxic dalam rumah tangga, kembalilah pada Tuhan.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, yakinlah bahwa pasangan yang berperilaku tidak baik adalah ladang pahala bagi kita. Penting juga untuk meyakini bahwa Tuhan yang maha membolak-balikkan hati manusia.
Namun, semua akan menjadi lebih rumit ketika anak telah hadir dalam rumah tangga. Karena orang tua yang toxic juga bisa menghasilkan anak yang toxic pula.
Christy MS melalui buku Toxic Relationship Free, menulis bahwa anak dengan keluarga yang tidak harmonis cenderung lebih suka berada di luar rumah karena tidak merasakan ketenangan.
Keluarga yang selalu bertengkar dengan suara keras hingga membanting barang dan melakukan kekerasan fisik. Misalnya cenderung akan menciptakan seorang anak yang menganggap semua hal tersebut normal.
Mempelajari bahwa merusak benda ternyata adalah hal yang normal, maka anak bisa saja tumbuh menjadi seseorang yang suka menyakiti orang lain, termasuk diri sendiri atau dikenal dengan istilah self harm.
ADVERTISEMENT
Pola asuh orang tua yang terlalu banyak menuntut, membanding-bandingkan, merasa paling benar, tidak memberi apresiasi, juga tidak mau mendengar, bisa menjadi cikal bakal anak-anak yang bermasalah.
Oleh karena itu, menghindari hubungan toxic dalam rumah tangga perlu dimulai ketika masa perkenalan sebelum menikah. Istilah lama yang memang perlu dipegang teguh adalah cari pasangan dengan bibit, bebet, dan bobot yang sesuai dan setara.
Selain itu, kuatkan niat dan tekad bersama pasangan sebelum menikah untuk memastikan keberlangsungan rumah tangga juga kehidupan anak-anak nantinya.
Demikian pembahasan mengenai hubungan toxic dalam rumah tangga dan dampaknya bagi anggota keluarga. (SP)