Mengenal Sindrom Anak Bungsu yang Umum Terjadi

Ilustrasi Sindrom Anak Bungsu. Foto: dok. Unsplash/Kenny Eliason

Sindrom anak bungsu adalah sindrom yang biasanya ditemukan pada anak terakhir dalam sebuah keluarga. Adanya sindrom anak bungsu ini ditandai dengan adanya sifat khas yang dimiliki anak bungsu.

Salah satu contoh sindrom anak bungsu adalah cenderung bersikap manja dan selalu bergantung dengan orang-orang di sekitarnya. Selain itu, masih ada beberapa sifat khas yang dapat ditemukan anak bungsu.

Sindrom Anak Bungsu yang Umum Terjadi

Ilustrasi Sindrom Anak Bungsu. Foto: dok. Unsplash/Joshua Rodriguez

Anak bungsu atau anak yang lahir pada urutan terakhir dalam keluarga adalah anak-anak yang relatif lebih manja dibanding anak yang lebih tua. Sifat tersebut membuat anak bungsu memiliki sifat persuasif sehingga orang lain mau mengerjakan suatu hal untuk dirinya. Hal tersebut termasuk salah satu sindrom anak bungsu.

Dikutip dari buku Membesarkan Anak Dengan Kreatif: Panduan Menanamkan Iman Dan Moral Kepada Anak Sejak Dini yang ditulis oleh Binsen Samuel Sidjabat (2008: 196), secara umum anak bungsu cenderung bersikap ingin diperhatikan karena ia merasa sosok yang paling kecil dan paling muda dalam keluarga.

Sindrom anak bungsu juga dapat diketahui dari sifat sosial seorang anak yang lebih tinggi. Hal tersebut karena ia cenderung ingin dianggap sebagai pusat perhatian dalam keluarganya. Mereka juga cenderung memiliki kreativitas dan rasa percaya diri yang cukup tinggi. Anak bungsu juga pandai memecahkan masalah dalam hidupnya, misalnya ia akan melakukan segala hal agar keinginannya dapat diperoleh.

Meski begitu, anak bungsu juga cenderung ceroboh dan melakukan hal-hal penuh rintangan dengan risiko yang tak seharusnya diambil. Sindrom anak bungsu ini timbul karena pola pengasuhan orang tua yang selalu melindungi dan ingin selalu ada ketika anak mengalami kesulitan.

Demikian pembahasan mengenai sindrom anak bungsu dan sifat khas yang umum dijumpai pada anak bungsu. Agar sindrom anak bungsu yang bersifat negatif tidak terus menetap dan berkembang dalam diri, orang tua perlu memberikan bimbingan yang baik sehingga anak tidak menjadi pribadi yang buruk dan nakal. (DAP)