Konten dari Pengguna

Pahami Perbedaan Overprotektif dan Posesif agar tidak Keliru

info psikologi
Menyajikan informasi seputar info psikologi yang terkini, terupdate, dan terlengkap.
29 Oktober 2023 21:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari info psikologi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perbedaan overprotektif dan posesif. Foto: freestocks/Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perbedaan overprotektif dan posesif. Foto: freestocks/Unsplash
ADVERTISEMENT
Perbedaan overprotektif dan posesif sangat tipis. Tak heran bila dua perilaku negatif tersebut kerap disamakan.
ADVERTISEMENT
Mari simak penjelasan berikut agar lebih memahami tentang perbedaan overprotektif dan posesif.

Mengenal Perbedaan Overprotektif dan Posesif

Ilustrasi perbedaan overprotektif dan posesif. Foto: Andrik Langfield/Unsplash
Bila sikap overprotektif kerap merujuk pada pola parenting, posesif justru sering dikaitkan dengan hubungan asmara. Kendati demikian, keduanya sama-sama perilaku yang tidak sehat dan bisa memberi dampak negatif bagi kehidupan orang-orang yang ada di dalamnya.
Melansir situs siloamhospitals.com, sikap posesif membuat seseorang merasa memiliki, bahkan ingin menguasai serta mengontrol orang lain. Ini tak jauh berbeda dari overprotektif yang senantiasa memberi perlindungan berlebih pada anak atau orang lain.
Berikut penjelasan lebih dalam tentang perbedaan overprotektif dan posesif yang penting diketahui.

1. Overprotektif

Overprotektif umumnya terjadi dalam hubungan orang tua dan anak. Orang tua yang overprotektif akan selalu berusaha memberikan perlindungan kepada anaknya dari bahaya serta gangguan fisik atau psikologis.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, orang tua cenderung selalu mengekang anak dengan tujuan untuk menghindarkan si kecil dari sesuatu yang buruk.
Di sini, anak masih diperbolehkan bergaul, tetapi dengan aturan atau batasan ketat. Sebut saja, harus sampai rumah pada jam tertentu atau wajib antar jemput ke mana pun.
Kendati tujuannya baik, pola asuh overprotektif ternyata memiliki dampak buruk bagi anak.
Bukan sebatas menjadi penakut dan kurang percaya diri, anak pun akan sulit mengatasi masalahnya, mudah cemas, kerap berbohong, mudah stres karena takut salah, berisiko menjadi korban bullying, dan berpotensi mengalami depresi.
Dilihat dari sisi hubungan percintaan, sikap overprotektif kepada pasangan biasanya disebabkan oleh perasaan takut kehilangan, pernah dikecewakan, hingga ketidakpercayaan pada pasangan.
ADVERTISEMENT

2. Posesif

Dalam KBBI disebutkan bahwa posesif merupakan sifat yang membuat seseorang merasa menjadi pemilik. Perilaku ini kerap dikaitkan dengan kehidupan percintaan atau hubungan toksik.
Sikap posesif ditunjukkan dengan mendominasi atau mengontrol kehidupan seseorang sebab adanya perasaan ingin memiliki pasangan yang berlebihan.
Orang posesif akan melarang pasangannya untuk bergaul, senantiasa memantau pergerakan pasangan baik di media sosial maupun di dunia nyata, meminta kata sandi media sosial hingga smartphone, dan ingin selalu menjadi pihak pengambil keputusan.
Intinya, kehidupan pasangan seakan tergantung pada si posesif sebab dialah yang memutuskan segalanya.
Penyebab perilaku posesif yaitu faktor keturunan, rasa kurang percaya diri, atau pengalaman dan trauma masa lalu.
Cara mengatasi sikap overprotektif dan posesif ini bisa dilakukan dengan membangun komunikasi yang baik sehingga semua masalah dapat terselesaikan dan menumbuhkan kepercayaan pada anak maupun pasangan.
ADVERTISEMENT
Demikian perbedaan overprotektif dan posesif yang kerap disalahartikan sebagai wujud kepedulian. Kedua perilaku tersebut harus dikikis karena kerap mengakibatkan stres bagi orang lain. (DN)