Konten dari Pengguna

Pengertian Acrophobia, Penyebab, dan Cara Mengobati

info psikologi
Menyajikan informasi seputar info psikologi yang terkini, terupdate, dan terlengkap.
6 Desember 2023 23:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari info psikologi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi acrophobia adalah. Sumber foto: pexels/cottonbro studio.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi acrophobia adalah. Sumber foto: pexels/cottonbro studio.
ADVERTISEMENT
Acrophobia adalah gangguan kecemasan yang dapat membatasi kehidupan sehari-hari seseorang. Terutama aktivitas-aktivitas yang terkait dengan ketinggian.
ADVERTISEMENT
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang acrophobia, penyebab dan cara mengatasinya, simak uraian berikut ini.

Pengertian Acrophobia

Ilustrasi acrophobio. Sumber foto: Gustavo Fring.
Dikutip dalam buku Bukan Takut , Tapi Lawanlah! karya Dwinitha, acropobhia adalah kelainan psikologis dimana seseorang mengalami ketakutan yang berlebih terhadap ketinggian.
Acrophobia merupakan suatu kondisi kesehatan mental yang ditandai oleh ketakutan intens terhadap ketinggian.
Jadi, acrophobia adalah jenis gangguan kecemasan yang membuat individu mengalami kecemasan yang berlebihan ketika berpikir atau berada pada situasi yang melibatkan ketinggian.
Biasanya orang dengan acrophobia cenderung menghindari tempat atau situasi yang tinggi untuk mengurangi kecemasan mereka.

Penyebab Acrophobia

Berikut beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab acrophobia.

1. Teori Evolusioner

Teori evolusi mengusulkan bahwa ketakutan terhadap ketinggian mungkin bersifat bawaan karena jatuh dari ketinggian dapat membahayakan jiwa manusia.
ADVERTISEMENT

2. Teori Behavioris

Acrophobia dapat berkembang melalui interaksi dengan lingkungan. Salah satunya melalui pengamatan orang tua atau pengasuh yang mengalami ketakutan pada ketinggian. Bisa juga melalui pengalaman traumatis terkait ketinggian.

3. Teori Navigasi

Dalam teori navigasi, dijelaskan bahwa persepsi ketinggian dapat diadaptasi melalui seleksi alam untuk mengurangi risiko jatuh yang berbahaya.

Faktor Risiko Acrophobia

Beberapa faktor risiko yang dapat mengembangkan acrophobia, antara lain:
Selain itu, kondisi medis, seperti vertigo, bathophobia, klimakofobia, dan aerofobia juga dapat meningkatkan risiko acrophobia.

Pengobatan Acrophobia

Ada beberapa teknik terapi yang efiktif untuk mengobati acrophobia, antara lain:

1. Terapi Desensitisasi

Salah satu terapi yang dianggap efektif adalah desensitisasi. Terapi ini melibatkan paparan bertahap terhadap situasi yang menimbulkan ketakutan, dalam hal ini, ketinggian.
ADVERTISEMENT
Seorang terapis dapat memberikan tugas kepada pasien, seperti menaiki tangga, dengan tingkat kesulitan yang meningkat seiring waktu.
Proses ini bertujuan untuk mengurangi rasa takut secara bertahap dan membantu pasien memahami akar penyebab kecemasannya terhadap ketinggian.
Metode relaksasi juga diajarkan untuk membantu pasien mengatasi gejala kecemasan.

2. Cognitive Behavioral Therapy

Cognitive Behavioral Therapy (CBT) adalah pendekatan lain yang dapat membantu individu dengan acrophobia. Dalam sesi CBT, seseorang akan belajar untuk mengubah pola pikir dan perilaku negatif menjadi positif.
Terapis akan bekerja sama dengan pasien untuk mengidentifikasi dan mengubah pola pikir yang memicu kecemasan terhadap ketinggian.
Melalui latihan dan teknik kognitif, individu dapat mengembangkan strategi untuk mengelola dan mengatasi ketakutannya.

3. Penggunaan Obat-obatan

Selain terapi, obat-obatan juga dapat menjadi pilihan untuk mengontrol gejala acrophobia.
ADVERTISEMENT
Dokter dapat meresepkan obat anti-ansietas atau anti-depresan untuk membantu mengurangi tingkat kecemasan yang terkait dengan ketinggian.
Meskipun obat-obatan ini dapat memberikan bantuan sementara, hal ini dapat digunakan sebagai bagian dari pendekatan pengobatan yang lebih luas, seringkali dikombinasikan dengan terapi.
Itulah penjelasan singkat tentang pengertian acrophobia, penyebab, dan cara mengobatinya.
Jika acrophobia telah mengganggu kehidupan sehari-hari, sebaiknya segera konsultasi dengan seorang profesional kesehatan mental. Tujuannya agar bisa mendapatkan diagnosis yang tepat dan perawatan yang sesuai. (DAI)