Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Perbedaan Childish dan Inner Child yang Jarang Diketahui
2 Juli 2023 23:49 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari info psikologi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sebagian orang masih menganggap bahwa childish dan inner child adalah dua hal yang sama. Meskipun berkaitan dengan aspek kanak-kanak dalam diri seseorang, namun keduanya memiliki makna yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Untuk mengetahui perbedaan childish dan inner child, dapat dibedakan berdasarkan teori ego state yang dicetuskan oleh paul Federen. Mari simak uraiannya di bawah ini.
Perbedaan Childish dan Inner Child
Dalam teori ego state, konsep childish dan inner child menggambarkan fenomena psikologis yang berbeda dalam kehidupan seorang dewasa. Berikut adalah penjelasannya.
1. Childish
Childish (kekanak-kanakan) merujuk pada perilaku atau sikap seseorang yang menyerupai anak-anak.
Maureen Duffy di dalam buku berjudul Mengubah mendefinisikan childish sebagai sifat kekanak-kanakan yang merepotkan.
Misalnya melompat-lompat dengan riang gembira atau menangis mewek seperti anak kecil.
Childish biasanya digunakan untuk menggambarkan orang dewasa yang belum matang secara emosional atau berperilaku tidak pantas untuk usia mereka.
ADVERTISEMENT
2. Inner Child
Inner child mengacu pada aspek-aspek kanak-kanak yang ada dalam diri seseorang, terutama dalam konteks pengalaman dan emosi.
Secara umum, inner child adalah peristiwa kebatinan yang dialami oleh manusia dewasa terkait dengan pengalaman masa kanak-kanak mereka.
Biasanya inner child tidak berkaitan dengan perilaku yang terlihat secara fisik, melainkan tentang pengalaman emosional yang masih ada dalam diri seseorang saat dewasa.
Dalam teori ego state, inner child mewakili berbagai ego state atau aspek kepribadian yang terbentuk seiring tumbuh kembangnya seseorang.
Hal ini mencakup rasa marah, jijik, takut, ceria, sedih, sayang, dan banyak lagi. Setiap ego state berkembang sejak seseorang dilahirkan dan dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan sekitar.
Sebagai contoh, seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keras dan kasar mungkin akan memiliki ego state yang didominasi oleh rasa marah.
ADVERTISEMENT
Ego state ini saling berinteraksi dan membentuk karakter dan kepribadian seseorang. Jika pengalaman yang dialami positif, ego state yang dominan cenderung positif juga, begitu pun sebaliknya.
Sederhananya, inner child dikatakan bermasalah ketika ada ego state yang mengalami trauma atau pengalaman negatif dalam masa lalu.
Misalnya seorang anak yang tumbuh dengan perasaan disayangi oleh orang tuanya namun mengalami perpisahan yang menyakitkan, bisa mengalami kesulitan menghadapi perasaannya ketika dewasa.
Ego state yang seharusnya penuh dengan rasa sayang dan perhatian bisa terganggu. Hal ini kerap membuat seseorang merasa sulit untuk mengelola emosi dengan tepat.
Kesimpulannya, perbedaan antara childish dan inner child terletak pada fokusnya.
Childish merujuk pada perilaku yang terlihat secara fisik, sedangkan inner child mengacu pada pengalaman emosional dalam diri seseorang. (DAI)
ADVERTISEMENT