Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Perubahan Mental pada Masa Pubertas Remaja yang Sering Terjadi
11 Januari 2024 19:30 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari info psikologi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Perubahan mental pada masa pubertas remaja merupakan hal penting yang perlu diwaspadai oleh para orang tua. Sebab, masa ini sering membuat anak merasa sedih, khawatir, dan takut tanpa alasan.
ADVERTISEMENT
Sebagai orang tua, melihat tumbuh kembang anak memang menjadi salah satu hal yang paling membahagiakan. Akan tetapi, kebahagiaan ini tidak lagi sama saat anak mulai memasuki masa remaja.
Perubahan Mental Pada Masa Pubertas
Perubahan menjadi remaja inilah yang disebut sebagai masa pubertas. Dikutip dari Jurnal Penyesuaian Diri Pada Masa Pubertas karya Lilis Suryani dkk, masa remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa, yang mencakup perubahan biologis dan kognitif.
Akibatnya, anak akan mengalami pergolakan hormon, yang membuatnya mudah emosi, seperti sedih, cemas, marah, cemburu, dan kecewa terhadap suatu hal tanpa alasan yang jelas.
Demi menghindari terjadinya hal buruk, penting bagi orang tua untuk mengetahui sejumlah perubahan mental pada masa pubertas remaja. Apa saja? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini:
ADVERTISEMENT
1. Berubahnya Emosi dan Cara Berpikir
Salah satu perubahan mental pada masa pubertas remaja adalah berubahnya emosi dan cara berpikir. Biasanya, remaja sangat mudah mengalami gejolak emosi, karena hormon. Karena itu, tak heran jika mereka kesal, sedih, atau frustasi tanpa alasan yang jelas.
Di samping itu, remaja juga mulai mengalami perubahan cara berpikir. Saat memasuki fase ini, penting bagi orang tua untuk mengawasi anak, agar tidak terjerumus ke dalam masalah.
2. Lebih Sensitif
Perubahan mental selanjutnya adalah lebih sensitif dari kebanyakan orang, khususnya pada hal tertentu. Misalnya, tumbuh jerawat di wajah akan menurunkan kepercayaan diri remaja, dan membuat mereka enggan untuk beraktivitas seperti biasa.
3. Labil
Pernah mendengar sebutan "remaja labil"? Ternyata, hal ini benar adanya. Pada masa transisi, remaja belum menjadi orang dewasa seutuhnya, sekaligus tidak lagi menjadi anak-anak. Akibatnya, hal inilah yang menimbulkan kebingungan pada diri mereka.
ADVERTISEMENT
Tak jarang, mereka akan merasa takut, tidak nyaman, dan tidak berdaya sebagai anak-anak. Namun, mereka juga perlu untuk tetap kuat dan berani, seperti orang dewasa.
4. Mudah Malu dan Jatuh Cinta
Perubahan mental terakhir yang terjadi saat masa pubertas remaja adalah mengalami jatuh cinta. Pada masa ini, ketertarikan pada lawan jenis akan timbul dengan sendirinya. Namun, di lain sisi mereka juga malu untuk mengungkapkannya.
Rasa malu ini juga timbul ketika remaja sedang bersama orang tuanya, di mana mereka enggan untuk menunjukkan kasih sayang, terutama ketika berada di tempat umum.