Tanda Stockholm Syndrome pada Seseorang dan Cara Mengatasinya

info psikologi
Menyajikan informasi seputar info psikologi yang terkini, terupdate, dan terlengkap.
Konten dari Pengguna
14 Januari 2024 23:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari info psikologi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tanda stockholm syndrome, sumber foto: MART PRODUCTION by pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tanda stockholm syndrome, sumber foto: MART PRODUCTION by pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Stockholm syndrome merupakan mekanisme koping yang terjadi pada orang yang mengalami penculikan. Tanda stockholm syndrome pada seseorang adalah merasa gelisah dan sulit berkonsentrasi.
ADVERTISEMENT
Seseorang yang mengalami stockholm syndrome mengembangkan perasaan positif terhadap pelaku dari waktu ke waktu. Kondisi ini berlaku untuk beberapa situasi, termasuk pelecehan hubungan seks, pelecehan pelatih-atlet, serta pelecehan anak.
Untuk lebih lengkapnya, simak beberapa tanda stockholm syndrome dalam penjelasan berikut.

Tanda Stockholm Syndrome

Ilustrasi tanda stockholm syndrome, sumber foto: Roy Reyna by pexels.com
Korban penculikan yang mengalami stockholm syndrome biasanya tidak akan merasa marah atau ketakutan pada pelaku.
Dikutip dari buku Trapped on You karya AokiRei, di bawah ini ada beberapa tanda seseorang yang mengalami stockholm syndrome, antara lain:

1. Merasa Gelisah dan Sulit Berkonsentrasi

Stockholm syndrome membuat seseorang mudah mengalami stres, merasa tidak percaya, jengkel, gelisah, dan sulit berkonsentrasi.

2. Berkembangnya Perasaan Negatif pada Keluarga

Tidak jarang stockholm syndrome membuat orang yang mengalaminya menjadi kurang percaya hingga selalu berpikiran negatif pada keluarga.
ADVERTISEMENT

3. Menolak untuk Dijauhkan dari Pelaku

Jika korban pelecehan biasanya akan senang saat dijauhkan dari pelaku, berbanding terbalik dengan orang yang mengalami stockholm syndrome.

4. Tidak Mau Mengakui Kesalahan Pelaku

Bukannya ingin membuat pelaku jera, stockholm syndrome membuat seseorang justru tidak mau mengakui kesalahan pelaku.

5. Mendukung Tindakan Pelaku

Parahnya lagi, ia akan mendukung tindakan pelaku yang sudah jelas jika tindakan tersebut dapat memberikan dampak negatif.

6. Merasa Pelaku Termasuk Korban

Kenapa ia tidak mau membuat pelaku dipenjara? Karena ia juga merasa bahwa pelaku adalah korban, sama seperti dirinya.

7. Memiliki Ketidakpercayaan terhadap Polisi

Kasus yang mengakibatkan stockholm syndrome akan sulit diatasi karena pelaku tidak percaya lagi terhadap polisi.

Cara Mengatasi Stockholm Syndrome

Sebenarnya, stockholm syndrome ini belum diakui sebagai kondisi psikologis sehingga belum ada pengobatan yang sesuai standar.
Namun, pengobatan sindrom ini bisa dengan melibatkan konseling ke psikiater. Orang-orang yang mengalami stockholm syndrome juga perlu mendapatkan terapi psikologis, termasuk pemberian obat-obatan.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, tidak ada upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah sindrom ini. Jadi, harus tahu penanganan yang tepat saja.
Itulah beberapa tanda stockholm syndrome pada seseorang yang sering terjadi dalam kehidupan. (DSI)