Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
David Harrison, Eks NBA yang Bangkrut hingga Jadi Pramusaji di McDonald's
11 Desember 2020 19:13 WIB
Tulisan dari Info Sport tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Diperkirakan 60 persen pemain NBA bangkrut dalam lima tahun setelah pensiun, berdasarkan laporan Sports Illustrated pada 2009. Hampir satu dekade kemudian, angka itu masih sama, dan membuat penggemar banyak pertanyaan soal fenomena itu.
ADVERTISEMENT
David Harrison mungkin salah satu dari 60 persen pemain NBA yang bangkrut itu. Pasalnya, mantan pemain Indiana Pacers ini pernah menjadi pramusaji di McDonald's.
Para atlet diklaim terbiasa dengan kehidupan yang penuh dengan kelebihan. Entah itu kelebihan dari ketenaran, kekayaan, wanita, atau bahkan narkoba dan alkohol. Godaan-godaan tersebutlah yang membuat Harrison bangkrut kehilangan uang.
Harrison merupakan draft putaran pertama pada 2004. Akan tetapi, pemain bergaji Rp 62 miliar ini gagal bersinar di NBA. Dia hanya membela Indiana Pacers selama empat musim.
Setelah karier mantan pemain bertinggi 213 centimeter itu habis di Pacers, dirinya mengadu nasib di Tiongkok selama tiga musim.
Usut punya usut, kepergian Harrington dari Pacers berawal dari kedatangan pelatih baru, Jim O'Brian. Sang pelatih diduga menolak melepasnya ke klub lain, padahal Harrison tak juga mendapat kesempatan bermain.
ADVERTISEMENT
Buntut dari kisruh itu, Harrison harus minggat dari NBA musim 2007/2008 padahal usianya baru menginjak 25 tahun.
Pemain kelahiran Nashville, Tennessee mengatakan dia menghisap ganja di akhir musim selama tiga musim pertamanya. Hal tersebut dilakukan akibat frustrasi dengan perannya di bawah O'Brien dan kurangnya waktu bermain.
Harrison mengaku dia memakainya sebelum dan sesudah latihan selama musim 2007-08. Dia pun diskors lima pertandingan musim itu karena melanggar kebijakan anti-narkoba liga karena penggunaan ganja.
"Waktu terburuk dalam hidup saya adalah ketika Jim O'Brien memimpin tim. Saya meminta untuk diperdagangkan atau dikirim ke Summer League, tetapi itu tidak pernah terjadi. Saya tidak bisa menunjuk langsung ke arahnya, tetapi dia tidak ingin saya berhasil," ungkap Harrison seperti dikutip dari Yahoo Sports.
ADVERTISEMENT
Kariernya di Tiongkok pun tak lama. Pria kelahiran 1982 ini cuma bertahan tiga tahun di Tiongkok. Terakhir kali Harrison bermain basket pada 2012 bersama tim Summer League, Dallas Mavericks.
Dengan tidak bermain basket sebagai penghasilan lagi, Harrison dililit masalah keuangan. Pasalnya, seluruh uang hasil bermain di NBA sudah habis terpakai.
"Orang-orang mencoba mengambil mobil saya. Rumah saya disita. Saya tidak punya penghasilan. Saya baru saja melakukan semuanya. Saya memiliki tunjangan anak untuk satu putra. Saya memiliki keluarga yang sangat besar dan saya harus merawat mereka, meskipun saya tidak bermain di NBA. Saya butuh uang," ujar Harrison.
Puncaknya, pada 2013 ketika dirinya ingin membelikan makan anaknya berupa paket Happy Meal McDonald's di Indianapolis, ia tak mampu membayar karena akses kartu debitnya ditolak. Akibat hal tersebut, manajer McD merasa prihatin dan langsung memberikan harga gratis serta tawaran pekerjaan kepada Harrison.
ADVERTISEMENT
Tak berpikir lama, pemain jangkung ini langsung menerima lamaran kerja tersebut.
"Semua orang harus bekerja dan mencari nafkah entah bagaimana. Saya punya dua anak. Mereka tidak peduli di mana saya bekerja. Mereka hanya perlu makan," kata pria 38 tahun ini.
Bekerja pada shift malam untuk mengurangi kerumunan orang tampaknya menjadi alasan yang salah. Pasalnya, dia justru merasa risih karena pelanggannya banyak yang mengenalinya dan ingin berbicara mengapa pemain NBA bisa menjadi pegawai McD.
Selain itu, tak sedikit para pelanggan yang hanya terpesona oleh tinggi badannya. Akibat perlakuan pelanggannya, ia pun memutuskan untuk berhenti bekerja disana.
"Saya sengaja mengambil shift kerja tengah malam. Saya melakukan pelatihan dua minggu. Mereka mengatakan kepada saya bahwa tinggi badan saya cukup menggangu. Setiap kali seseorang akan memesan, mereka akan membutuhkan waktu 40 menit untuk memesan karena mereka menanyakan terlalu banyak pertanyaan kepada saya," pungkas Harrison.
ADVERTISEMENT