Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kepala Tim Racing Point Tak Yakin Formula 1 Bisa Kembali Normal
27 Maret 2020 11:45 WIB
Tulisan dari Info Sport tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kepala tim Racing Point, Otmar Szafnauer, mengatakan bahwa tidak ada kepastian yang jelas soal Formula 1 musim ini, di tengah-tengah wabah SARS-Cov-2.
ADVERTISEMENT
Seperti yang diketahui, delapan balapan sudah dibatalkan atau ditunda akibat meluasnya persebaran dari virus COVID-19.
Dampak dari hal ini adalah sepuluh tim yang turun di F1 akhirnya menyetujui adanya shutdown selama tiga minggu.
"Ini adalah situasi yang tak pernah terjadi sebelumnya. Sekarang ini, tak ada yang bisa mengatakan kapan bisa kembali normal, banyak faktor yang tak bisa kita kontrol," ujar Szafnauer.
Pandemi ini juga sebelumnya telah membuat regulasi musim 2021 ditunda selama 12 bulan, sehingga sasis 2020 dipakai lagi musim depan.
Szafnauer, seperti dikutip dari Motorsport.com, juga menyatakan bahwa mundurnya musim tidak membuat Racing Point meremehkan rival mereka.
"Ini adalah situasi yang tak pernah terjadi sebelumnya. Sekarang ini, tak ada yang bisa mengatakan kapan bisa kembali normal, banyak faktor yang tak bisa dikontrol oleh manusia," ujar Szafnauer.
ADVERTISEMENT
"Tentunya itu tak membuat segalanya lebih mudah. Masih banyak pekerjaan yang menunggu kami ketika nantinya musim dimulai kembali," tambahnya.
Pandemi ini juga sebelumnya telah membuat regulasi musim 2021 ditunda selama 12 bulan, sehingga sasis 2020 dipakai lagi musim depan.
"Keputusan lain yang diambil oleh FIA dan para tim untuk menunda regulasi baru hingga 2022 masuk akal dalam sudut pandang logistik dan biaya," kata eks pebalap Formula Ford tersebut.
Racing Point baru akan kembali pada 16 April setelah menjalani shutdown selama tiga pekan. Namun, Szafnauer menjamin bahwa mereka dapat bekerja di rumah hingga waktu tersebut.
Pria asal Amerika Serikat tersebut menambahkan bahwa prioritas tim pada saat seperti ini adalah kondisi fisik dan mental dari para personel, mengingat situasi yang tidak memungkinkan.
ADVERTISEMENT