Konten dari Pengguna

Ketika Pertarungan Muhammad Ali vs Joe Frazier Disaksikan 300 Juta Orang

8 Maret 2021 12:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Sport tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Muhammad Ali berduel melawan Brian London. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad Ali berduel melawan Brian London. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Lima puluh tahun yang lalu, tepatnya pada 8 Maret 1971, tercatat sekitar 300 juta orang di seluruh dunia menyaksikan pertandingan tinju antara Muhammad Ali vs Joe Frazier melalui layar kaca.
ADVERTISEMENT
Laga itu merupakan pertemuan pertama Ali dan Frazier yang berlangsung di Madison Square Garden, New York. Catatan 300 juta penonton tersebut bahkan mengalahkan siaran pendaratan di bulan pertama kali pada dua tahun sebelumnya.
Pertandingan yang dijuluki ‘The Fight of Century’ itu menjadi pertandingan yang sangat ditunggu-tunggu oleh hampir seluruh masyarakat dunia, tak terkecuali para selebriti dunia. Bahkan, tidak semua bintang selebriti bisa mendapatkan tiket untuk menonton.
Beberapa selebriti yang tidak dapat menonton langsung memilih untuk menonton bersama di beberapa tempat yang tersedia. Bing Crosby, penyanyi dengan lagu ‘White Christmas’ harus diantar untuk bergabung dengan 6.500 orang yang menonton di layar raksasa di Radio City Hall Music.
Oscar Paul Newman gagal mendapatkan salah satu dari 20.455 kursi dan memilih untuk tetap menonton di Hollywood. Begitupun dengan Elvis Presley di Memphis.
Muhammad Ali menganvaskan Sonny Liston. Foto: AFP
Sebagai pecinta tinju, Nelson Mandela menonton dengan semangat di televisi yang berkedip di dalam selnya di Pulau Robben.
ADVERTISEMENT
Dustin Hoffman, Diane Keaton, Woody Allen, Gene Kelly, Diana Ross, Bob Dylan, dan ikon jazz Miles Davis sederet selebriti yang berhasil menonton di Garden.
Penyanyi jazz terkenal Frank Sinatra rela menjadi fotografer untuk dapat menyaksikan pertandingan di pinggir ring.
Pertandingan brutal antara Ali melawan Frazier berlangsung selama 15 ronde dengan hasil kemenangan untuk Frazier. Ini menjadi kekalahan pertama Ali di atas ring tinju.
Diwartakan Daily Mail, pertarungan keduanya berakar dari pelabelan Ali terhadap Frazier sebagai ‘Uncle Tom’ dan ‘juara orang kulit putih’. Sedangkan Frazier menghina Ali dengan sebutan ‘gorila’. Pertarungan kata antar keduanya berbuntut dengan perkataan Frazier yang ingin membunuh Ali.
Menariknya, pertarungan Ali dan Frazier membawa sentimen di para penggemar. Beberapa orang kulit putih Amerika masih marah dengan Ali lantaran menolak untuk ikut perang melawan Vietnam, merubah namanya Cassius Clay menjadi Muhammad Ali saat pindah Islam, dan dukungan Ali terhadap aktivisme muslim kulit hitam. Banyak orang yang berharap ‘Smokin’ Joe akan mengalahkan Ali.
ADVERTISEMENT
Ali dan Frazer sejatinya merupakan teman yang baik. Persaingan keduanya dimulai saat Ali berusaha mengakhiri tiga tahun pengasingan dari ring karena menolak wajib militer.
Ali membutuhkan dua pertandingan untuk pemanasan sebelum dirinya siap untuk merebutkan gelar kelas berat dunia yang telah direbut Frazier selama absennya dari ring tinju.
Setelah melalui 15 ronde pertandingan, juri Artie Aidala dan Bill Recht masing-masing mengartikannya 9-6 dan 11-4, semuanya untuk Frazier. Wasit Marcente secara bulat menyatakan kemenangan untuk Frazier.
Ali tidak terima dengan hasil tersebut, ia menyatakan itu sebagai ‘keputusan orang kulit putih’. Pertemuan kedua mereka berlangsung tiga tahun setelahnya dengan kemenangan Ali di 12 ronde.
Pertandingan ketiga, berlangsung setahun setelahnya pada 1975 di Manila, Filipina bertajuk ‘The Thrilla’. Pertarungan ini dinilai lebih brutal dari pertandingan pertama mereka.
ADVERTISEMENT
Setelah 14 ronde, Eddie Futch mengatakan kepada wasit bahwa ia menolak membiarkan Frazier untuk melanjutkan pertandingan dengan mata yang hampir buta. Setelah pertandingan Frazier tidak pernah memaafkan Futch.
Dengan dinyatakan sebagai pemenang, Ali mengatakan, ‘ini adalah saat terdekat saya dengan kematian’.
Sentimen keduanya berlangsung setelah bertanding. Frazier sering mengabaikan permintaan Ali untuk nomor teleponnya.
Dalam otobiografinya, Frazier menyikapi diagnosis parkinson yang Ali alami.
Muhammad Ali. Foto: Gary Hershorn MR/VP/REUTERS
"Orang-orang bertanya apakah saya merasa kasihan padanya? Tidak. Saya tidak peduli. Saya ingin memukulnya sepotong demi sepotong dan mengirimkannya kembali kepada Yesus. Saya akan mengubur pantatnya ketika Tuhan memilih untuk mengambilnya,” ujar Frazier.
Namun, Frazier yang meninggal lebih dulu pada 2011 pada usia 67 tahun karena kanker hati. Di akhir hidupnya, ia hidup miskin di Philadelphia.
ADVERTISEMENT
Lima tahun berikutnya, Ali meninggal dunia pada 2016 setelah melawan parkinson sampai akhir hayatnya. Berbeda dengan Frazier, pemakaman Ali jauh lebih megah dengan pidato dari Presiden Clinton.