Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
Info Dompu - Menghadapi Revolusi Industri 4.0 kaum perempuan tidak punya pilihan lain kecuali meningkatkan kapasitas diri dengan terus belajar. Meski begitu, diakui bahwa tantangan perempuan untuk berkiprah di ruang publik masih cukup berat karena menghadapi pandangan sebagian besar masyarakat yang masih patriarkis.
ADVERTISEMENT
Simpulan itu mengemuka dalam Dialog Keperempuanan yang digelar Korps HMI-Wati (Kohati) Cabang Dompu di Gedung PKK Kabupaten Dompu, Jum’at (20/12). Aktivis perempuan Nur Syamsiah menegaskan, di tengah kultur patriarkis kaum perempuan harus berjuang dan melawan berbagai pandangan keliru tersebut.
“Berjuang dan melawan tidak berarti kita melupakan kodrat kita sebagai perempuan, tetapi kita memperjuangkan kesetaraan,” ujarnya.
Nur Syamsiah menyontohkan, meski ia bekerja di LSM dan berbisnis tapi ia merasa tugas utamanya tetaplah seorang istri dan ibu. “Meski saya bekerja tapi standing position saya tetaplah seorang ibu yang harus mengurus anak-anak saya,” ujar ibu tiga anak ini.
Ditambahkan, peran sebagai ibu seharusnya membuat kaum perempuan harus lebih terdorong untuk belajar dan meningkatkan kemampuan diri. Hal yang sama juga diingatkan pembicara lain Nadirah, Ketua Fraksi Partai Bulan Bintang yang juga menjabat sebagai anggota DPRD Kabupaten Dompu.
ADVERTISEMENT
Legislator Perempuan yang sudah menduduki jabatan dua periode ini menyatakan, waktu dirinya terjun ke politik banyak yang meragukan kemampuannya untuk terpilih. Tetapi dengan kerja keras akhirnya berhasil membuktikan bahwa keraguan itu keliru.
“Saya juga mengajak kepada perempuan muda khususnya untuk terjun ke politik. Jangan takut masuk politik karena dengan cara itu kita bisa berjuang dan memperjuangkan aspirasi kaum perempuan,” tuturnya.
Nadirah mengakui adanya hambatan patriarki tersebut. Bahkan menurutnya kaum perempuan sendiri kadang yang menghadang kemajuan sesama kaumnya.
“Harus diakui masih ada perempuan yang justru tidak yakin dengan kemampuan dirinya. Malah cenderung menghambat dan sinis jika ada sesama perempuan yang mau maju,” sindirnya.
Dia berseloroh, jika saja darinya bukan baru terpilih sebagai anggota DPRD, ia akan maju dan mencalonkan diri dalam bursa Pilkada Bupati Dompu tahun 2020. Karena itu ia mengajak kaum perempuan untuk mendukung calon bupati dari kalangan perempuan nanti.
ADVERTISEMENT
Menjawab soal budaya patriarki, Nadirah menyatakan sebagai keturunan Arab dirinya sangat merasakan perlakuan berbeda tersebut. Sebagai perempuan dia dilarang keluar rumah dan bergaul dengan orang lain kecuali sesama komunitas Arab.
“Iya tahu sendiri bagaimana budaya orang Arab.. Abah saya dulu ketat sekali. Saya tidak boleh sering keluar rumah dan bergaul dengan orang lain. Bahkan kalau menikah pun harus sesama orang Arab hehehe,” ujarnya disambut tertawa peserta.
Nyatanya, kata dia, ia berjuang membuktikan dirinya punya kemampuan hingga jadi mahaiswa asal NTB satu-satunya yang berhasil lolos masuk Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada Yogyakarta. “Bahkan saya menikah dengan orang non-Arab loh,” ujarnya lagi.
Sementara itu Nur Syamsiah mengingatkan, meski kini banyak pekerjaan yang digantikan oleh robot tapi masih ada aspek lain yang tidak dapat tergantikan oleh mesin. Dia menyebutkan ada 9 aspek yakni kemampuan berpikir kritis, kreativitas, negosiasi, koordinasi, pemecahan masalah secara kompleks, fleksibel dan berorientasi servis. Kesembilan hal itu hanya dapat dilakukan oleh manusia.
“Apa yang harus dilakukan kaum perempuan adalah mengasah soft skill dan menjadi expert di bidangnya. Jadilah perempuan yang bersinar,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Dialog Keperempuanan tersebut digelar dalam rangka peringatan Hari Ibu ke-91 yang diikuti sekitar 70 perwakilan organisasi wanita dan organisasi kepemudaan se-Kabupaten Dompu. Acara dibuka oleh Asisten 3 Bupati Dompu, Gaziamansyuri. Bertindak sebagai moderator aktivis Kohati Dompu, Susi Nuriyah dan Pemateri, Nuratul Awalia, Kepala Seksi Pengaduan Perempuan dan Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Dompu.
-
Ilyas Yasin