Dampak Corona, Sekolah Pelosok di Dompu, NTB, Keluhkan Kesulitan Belajar Online

Konten Media Partner
30 Maret 2020 11:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Doc: SMA 1 Hu'u
zoom-in-whitePerbesar
Doc: SMA 1 Hu'u
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memutuskan memperpanjang masa tanggap darurat bencana hingga tanggal 13 April 2020 akibat wabah Virus Corona (COVID-19).
ADVERTISEMENT
Satuan pendidikan diminta tetap melakukan aktivitas pendidikan seperti biasa dan menggantinya dengan pembelajaran dalam jaringan (daring). Tetapi hal tersebut ternyata tidak mudah dilakukan terutama bagi sekolah-sekolah yang jauh dari kota.
Sekolah-sekolah di pelosok mengeluhkan kesulitan pelaksanaan daring baik karena kompetensi guru yang belum terlatih menggunakan teknologi informasi, tidak semua siswa memiliki HP android maupun membebani siswa harus membeli kuota internet.
Kepala SMA Negeri 1 Hu’u, Hendratno, menjelaskan tidak semua guru di sekolahnya akrab dengan IT sehingga memerlukan pelatihan khusus.
“Saya kira hampir semua sekolah di NTB kemampuan IT gurunya tidak merata, apalagi bagi sekolah di pinggiran seperti sekolah kami sehingga menyulitkan pembelajaran daring,” ujarnya ketika dihubungi, Sabtu (28/3).
Doc SMA 1 Hu'u
Kesulitan lain adalah akses jaringan. Ini berbeda dengan sekolah di kota di mana jaringan internet cukup stabil karena relatif dekat pemancar. Selain itu, katanya, tidak semua siswa memiliki HP android maupun punya kemampuan secara ekonomi untuk membeli paket internet untuk keperluan daring.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya bisa saja siswa memanfaatkan koneksi internet di sekolah ini atau menyuruh anak-anak minjam HP temannya bagi yang gak punya hape, tapi kan terbentur lagi dengan aturan social distancing yang melarang orang berkumpul,” ujarnya masygul.
Meski begitu, katanya, proses pembelajaran harus tetap diupayakan entah dengan cara apa pun. Karena itu pihaknya akan membahas hal tersebut dalam rapat dengan semua wali kelas dan mendorong mereka mencari cara-cara kreatif untuk mengatasi masalah tersebut agar proses pembelajaran dapat tetap berlangsung.
“Kebetulan hari ini (Sabtu, red) saya sedang mau rapat dengan para wali kelas untuk memecahkan masalah tersebut. Sebab bagaimanapun mustahil siswa dibiarkan tidak menerima pelajaran,” terangnya.
Doc SMA 1 Hu'u
Ditambahkan, bagi sekolah-sekolah di daerah perkotaan barangkali tak masalah dengan belajar daring, tetapi sekolah di pelosok seperti sekolah yang dipimpinnya cukup berat. Untuk mengatasi masalah kuota internet, katanya, dia berharap Bupati Dompu mau mengundang para provider atau operator untuk meminta keringanan biaya agar pembelajaran daring tersebut tidak memberatkan warga sekolah.
ADVERTISEMENT
“Mungkin tidak gratis ya, tapi minimal kita membayar kuota setengahnya namun dengan kuota normal. Dan saya optimis para provider akan bersedia membantu dalam situasi darurat seperti sekarang,” ujarnya.
Sebab menurut Hendratno, durasinya cukup lama karena masa tanggap darurat bencana berlangsung selama 169 hari dan itu bukan waktu yang sebentar sehingga memerlukan keterlibatan pihak di atas untuk membantu sekolah.
“Orang tua secara otomatis akan mengeluarkan biaya ekstra untuk kebutuhan kuota anak-anaknya. Bagi wali murid tambah berat sebenarnya,” ujarnya.
Menurut Hendratno, jumlah rombongan belajar di sekolah yang dipimpinnya sebanyak 19 rombongan belajar dan siswa yang mengikuti UN tahun ini 198 orang, sedangkan jumlah siswa seluruhnya mencapai 565 orang.
-
Ilyas Yasin
ADVERTISEMENT
---
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran coronavirus. Yuk, bantu donasi sekarang!