Dosen Universitas 45 Mataram di NTB Kembangkan Jamu Pencegah COVID-19

Konten Media Partner
11 Mei 2020 10:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Virus Corona. Unplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Virus Corona. Unplash
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Wabah Virus Corona (COVID-19) yang melanda lebih dari 200 negara saat ini telah melumpuhkan roda ekonomi di banyak negara. Larangan untuk berkumpul dan melakukan kontak fisik secara langsung telah menyebabkan gelombang PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) di sejumlah perusahaan sehingga menambah jumlah pengangguran dan angka kemiskinan.
ADVERTISEMENT
Dosen sekaligus Rektor Universitas 45 Mataram, NTB, Evron Asrial menegaskan penanganan virus mematikan tersebut tidak bisa hanya mengandalkan pendekatan medis tapi juga harus dilakukan secara holistik baik secara sosial, ekonomi, pendidikan, dan pangan.
“Agian dan orbitasi COVID-19 yang berlangsung cepat menutupi seluruh muka bumi sehingga butuh penanganan khusus dan profesional dalam bentuk special force, special power atau special army. Penanganan pandemi COVID-19 seyogyanya didekati juga dari dimensi-dimensi sosial, ekonomi, pendidikan, dan pangan," ujarnya ketika dihubungi, Sabtu (8/5).
Ilustrasi. Shutterstock
Menjawab dampak Corona dari segi medis maupun sosial ekonomi tersebut, pihaknya kini sedang terlibat dalam riset yang bersumber dari kegiatan penjaringan ide melalui Ideathon 2020 besutan Kemenristek/BRIN.
Riset ini merupakan Riset Terapan, kolaborasi antara dosen Universitas 45 Mataram dengan dosen UIN Mataram, dimana Evron bertindak sebagai ketua tim. Riset yang akan dimulai Juni nanti, kata dia, juga bertujuan menciptakan lapangan pekerjaan individu (individual) dan mempertahankan pendapatan angkatan kerja.
ADVERTISEMENT
“Hasil riset ini diharapkan akan mampu menjawab permasalahan PHK, pendapatan, potensi kriminalitas, dan keberlanjutan bisnis publik,” terangnya.
Ditambahkan, timnya akan melakukan riset jamu yang berasal dari 16 jenis tanaman herbal yang seluruhnya hidup dan tumbuh di NTB. Berbasis hasil telaah dan kajian artikel ilmiah, bahan-bahan herbal tersebut tidak kandungan mengandung zat toksik bagi manusia.
Evron Asrial, Dosen Universitas 45 Mataram. Foto: Dok Evron
“Namun demikian, kami tetap akan melakukan uji toksisitas di Laboratorium milik BP POM Mataram” imbuh Evron Jenis kelor dan gelinggang (kembang kuning) akan menjadi motor untuk menghadapi virus dan memperbaiki kerusakan organ (paru-paru).
Selain itu, Oleifera+15 juga akan menjadi salah satu bahan herbal riset tersebut. Jamu Oleifera+15 akan diberi merk dagang "RINJANI" dan "TAMBORA".
ADVERTISEMENT
Pada tahap awal pihaknya merencanakan memproduksi sampel jamu sebanyak tiga varian yaitu untuk manusia, hewan ternak, dan ikan budidaya. Dikatakan, jamu itu mengandung zat aktif untuk menambah nafsu makan, meningkatkan daya tahan tubuh, dan memperkuat imunitas tubuh serta melawan virus dan merekonstruksi organ tubuh yang rusak akibat virus.
“Seluruh jenis virus termasuk COVID-19 bekerja aktif saat kondisi tubuh manusia melemah. Jadi, Oleifera+15 ini berfungsi untuk mencegah aktivitas virus dalam tubuh sampai dia mati,” ujar Evron.
Kegiatan Ideathon dari Kemenristek/BRIN menjaring ide-ide cemerlang dari putera-puteri bangsa Indonesia di luar konsorsium riset. Kegiatan Ideathon 2020 ini mendapat respon positif dari para akademisi dan peneliti dan mengirimkan ide-ide mereka dari berbagai dimensi.
Ilustrasi. Pixabay
Menurut Evron, dosen di kampusnya sendiri sejak 2016 sudah gencar melaksanakan riset Oleifera+15 sebagai bagian dari rencana bisnis Koperasi Syari’ah Universitas 45 Mataram dengan sistem "Bapak Angkat" hingga 2026 nanti.
ADVERTISEMENT
“Periode 2020 adalah Tahap Riset, 2021-2025 sebagai Tahap Bisnis, dan 2026-2030 merupakan Tahap Pengembangan Bisnis, Bisnis ini berbasis program studi di Universitas 45 Mataram yang dipersiapkan untuk menampung lulusan. Sehingga, Universitas 45 Mataram mencetak sarjana yang bertindak sebagai job creator, bukan job seeker,” ujarnya.
Evron menyatakan, sebagai ketua tim selain bertugas merancang pengelolaan kegiatan riset, dirinya juga mendesain pola bisnisnya mulai dari raw material hingga end consumer. Ke depan, katanya, produk jamu tersebut akan membuka lapangan pekerjaan terutama bagi angkatan kerja produktif. Dia juga optimis, peluang pasar produknya cukup besar karena efek COVID-19 tidak hanya melanda Indonesia tapi seluruh dunia.
“Pasar lainnya adalah untuk usaha peternakan dan perikanan dalam upaya pemenuhan kebutuhan protein hewani yang bermutu dan murah bagi manusia," paparnya optimis. Adapun anggota tim riset ini adalah Wawan Apzani, Siti Zaenab, dan Naning D.S. dari Universitas 45 Mataram, serta Ali Harris dari UIN Mataram.
ADVERTISEMENT
-
Ilyas Yasin