Konten Media Partner

Foto: Keindahan Pulau Satonda di Dompu, NTB

25 April 2019 18:37 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Danau air asin di tengah Pulau Satonda. Foto: Info Dompu
zoom-in-whitePerbesar
Danau air asin di tengah Pulau Satonda. Foto: Info Dompu
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Pulau Satonda terletak di bagian utara Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), yaitu di Desa Nangamiro, Kecamatan Pekat, merupakan pulau yang menyerupai lingkaran atau cincin. Pada bagian tengahnya, terdapat sebuah danau air asin, sedangkan di bagian luarnya adalah lepas pantai utara Pulau Sumbawa.
ADVERTISEMENT
Dikutip dalam buku karya Setyo Manggala yang berjudul Dana Dompu, Pulau Satonda merupakan sebuah pulau vulkanik non-aktif. Danau di tengah pulau ini merupakan kawah vulkanik yang terisi air asin dengan kedalamannya mencapai 69 meter dengan diameter hingga 1,2 kilometer.
Sisi barat danau air asin di Pulau Satonda. Foto: Info Dompu
Terbentuknya danau air asin ini sekitar 10.000 tahun yang lalu akibat letusan Gunung Api Satonda, di mana runtuhan yang terjadi di atas dapur magma gunung tersebut menyebabkan terbentuknya kawah Satonda.
Sisi utara danau air asin di Pulau Satonda. Foto: Info Dompu
Di pesisir pantai di pulau atau bagian luar lingkarannya adalah Semenanjung Sanggar yang terletak di laut Flores yang merupakan lepas pantai Pulau Sumbawa.
Saat pengunjung pertama kali menginjakkan kaki di pulau ini, akan disambut oleh beningnya air laut di pesisir pantai dengan pasir putih yang memesona. Terdapat sebuah papan pintu masuk pulau yang menjadi ikon pulau ini.
Papan selamat datang di pulau satonda. Foto: Info Dompu
Juga terdapat sebuah dermaga baru yang dibangun sebagai pengganti dermaga lama di pulau ini. Selain sebagai tujuan boat yang datang dan berangkat dari pulau, dermaga ini juga bisa berfungsi sebagai akses untuk turun ke laut bagi pencinta snorkeling atau diving.
Dermaga di Pulau Satonda. Foto: Info Dompu
Dengan air yang begitu bening, terumbu karang yang melimpah dan ada jutaan ikan warna warni membuat siapapun ingin segera menyebur, terutama bagi pencinta snorkeling atau diving. Bagi pengunjung yang pernah datang ke pulau ini, pasti banyak yang menyebutkan bahwa Pulau Satonda adalah tempat terbaik di Dompu untuk menyelam.
ADVERTISEMENT
Pelabuhan Nanga Miro. Foto: Info Dompu
Menuju ke pulau ini dapat ditempuh dengan waktu sekitar tiga jam dari Dompu dengan menggunakan motor atau mobil. Di Desa Nangamiro terdapat sebuah pelabuhan penyeberangan menuju Pulau Satonda. Di pelabuhan Nangamiro terdapat banyak perahu nelayan yang berjejer untuk dapat disewa oleh pengunjung dengan harga sewa per perahu adalah Rp 400 ribu sampai Rp 700 ribu tergantung jumlah penumpangnya.
Juga ada pilihan alternatif bagi yang ingin lebih cepat sampai ke pulau, yaitu bisa menggunakan speed boat yang dapat disewa dengan harga Rp 400 ribu, dengan kapasitas hanya lima sampai tujuh orang. Di mana waktu tempuh speed boat kurang dari 15 menit.
Speed boat yang bisa disewa untuk menuju ke Pulau Satonda. Foto: Info Dompu
Selain keindahan pulau yang begitu memesona, di Satonda juga terdapat hal unik yang pertama kali diketahui ada di Indonesia yaitu stromatolit. Stromatolit merupakan hasil simbiosis ganggang bersel satu dengan sedimentasi vulkanik Pulau Satonda, yang menurut banyak ahli telah berusia sekitar 4.000 tahun lamanya di pulau ini.
ADVERTISEMENT
Stromatolit ini tersebar di seluruh danau air asin Pulau Satonda dan menjadi aset sejarah yang perlu dijaga di tanah Dompu. Sangat disarankan bagi para pendatang agar hati-hati untuk turun ke danau ini dan usahakan tidak menginjak stromatolit yang telah hidup ribuan tahun, bahkan disarankan untuk tidak nyebur ke danau jika hanya merusak makhluk hidup langka ini.
Stromatolit di Pulau Satonda. Foto: Info Dompu
Organisme ini sebenarnya hidup pada zaman Paleozoikum dan memiliki peranan penting bagi awal terbentuknya bumi, terutama bagi perkembangan evolusi fauna bersel tunggal yang membutuhkan oksigen. Stromatolit membentuk komposisi kimiawi atmosfer hingga menghasilkan oksigen yang cukup ada purba.
-
Penulis: Intan Putriani